Pasang Surut Mantan ?Negeri Samba Kecil?

Cerita

by Ifsani Ehsan Fachrezi

Ifsani Ehsan Fachrezi

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Pasang Surut Mantan “Negeri Samba Kecil”

Sepak terjang sepakbola Timor Leste mungkin tidak sementereng negara-negara kontestan Piala AFF 2020 lainnya. Menilik dari posisi FIFA, Timor Leste menduduki peringkat terendah seantero Asia Tenggara (peringkat ke-194), terpaut empat posisi dari Brunei Darussalam yang menduduki peringkat 190.

Sebetulnya, popularitas sepakbola di negara yang pernah menjadi bagian dari Indonesia tersebut cukup tinggi. Sama seperti pemandangan di Indonesia, sepakbola pinggir jalan, tarkam, hingga kompetisi profesional berjalan cukup meriah.

Geliat sepakbola Timor Leste bermula pada era kolonialisme Portugis. Kala itu, penduduk lokal menantang para penduduk Portugis untuk bermain sepakbola. Hingga, setelah memisahkan diri dari Indonesia pada 2002, Timor Leste memutuskan untuk membuat federasi sepakbola untuk mengelola sepakbola lebih baik lagi.

Di tahun yang sama, Federação de Futebol de Timor-Leste (Federasi Sepakbola Timor Leste atau FFTL) diakui sebagai anggota dari Federasi Sepakbola Asia (AFC). Tiga tahun berselang, tepatnya tahun 2005, FFTL diakui secara resmi oleh federasi sepakbola dunia (FIFA).

Sebagai negara yang masih seumur jagung, Timor Leste mengawali laga perdananya menghadapi Sri Lanka dalam gelaran kualifikasi piala asia, tahun 2003. Laga tersebut merupakan pertama kalinya Timor Leste mencicipi laga resmi, dan diakhiri dengan kekalahan. Laga selanjutnya, Timor Leste menghadapi Taiwan yang kembali menelan kekalahan dengan skor akhir 3-0.

Tahun demi tahun, laga demi laga, Timor Leste cukup akrab dengan kekalahan. Sesekali, Timor Leste menjadi “lumbung gol” bagi lawannya. Pada laga Piala Tiger 2004, Timor Leste kalah telak dengan skor 5-0 dan babak belur dihajar Thailand 8-0.

Timor Leste baru bisa mulai mencicipi kemenangan sembilan tahun kemudian, kala menghadapi Kamboja di gelaran AFF 2012 dengan skor telak 5-1. Kemenangan selanjutnya Timor Leste peroleh ketika melawan Laos dengan skor 3-1. Sayang, dua kekalahan tipis melawan Brunei dan Myanmar menghambat Timor Leste melaju ke langkah selanjutnya.

Tren positif Timor Leste berlanjut kala melakoni Kualifikasi Piala Dunia 2015 melawan Mongolia. Pada leg pertama, Timor Leste melibas Mongolia dengan skor 4-1. Di leg kedua, Timor Leste kembali menang dengan skor 1-0 dan melangkah ke babak selanjutnya.

Peningkatan penampilan Timor Leste dilatarbelakangi oleh gerbong pemain naturalisasi berkebangsaan Brasil. Mendadak, Timor Leste menjadi mengerikan kala skuad “Brasil” nya merumput.

Gerbong pemain Brasil tersebut merupakan sebuah keberhasilan tersendiri bagi Timor Leste yang sebelumnya sangat sulit mendulang performa positif di tiap laga. Mereka bahkan berhasil menempati posisi ke-170 dalam Ranking FIFA di tahun 2015 (yang menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah). Julukan “The Little Samba Nation” pun disematkan kepada Timnas Timor Leste.

Sayangnya, performa baik tersebut tak berumur panjang. Alih-alih senang melihat meningkatnya performa timnas, para pendukung Timor Leste justru kecewa karena hasil tersebut bukan hasil dari sebangsanya. Kepada The New York Times, pendukung Timor Leste, Alex Tilman berujar, “kami lebih suka kalah dalam pertandingan dengan bakat kami sendiri daripada memenangkan pertandingan dengan pemain asing.”

Ditambah lagi, kontroversi naturalisasi pemain Brasil mulai terendus. Para pemain naturalisasi tersebut memegang paspor dan berkewarganegaraan Timor Leste dalam waktu singkat. Hal ini tercium oleh AFC. Berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan oleh AFC pada 2017, ditemukan pemalsuan dokumen naturalisasi 12 pemain yang dilakukan FFTL.

Alhasil, gerbong pemain Brasil didepak. Dengan kembali ke setelan awal, Timor Leste mengalami badai kekalahan. Rentetan hasil negatif tersebut membuat Timor Leste terperosok ke peringkat 194 Ranking FIFA.

AFF 2020 dapat dikatakan menjadi penyegar bagi masyarakat Timor Leste karena kembali melakoni kompetisi besar dan bersaing melawan kontestan di Asia Tenggara lainnya. Timor Leste lolos secara cuma-cuma dalam babak kualifikasi setelah Brunei Darussalam memutuskan mengundurkan diri dari gelaran AFF 2020 dengan alasan persiapan yang minim akibat Covid-19.

Tergabung dalam Grup A, Timor Leste bersiap menghadapi kekuatan raksasa Asia Tenggara, seperti Thailand, Myanmar, Singapura, dan Filipina dengan para pemain muda. Tidak ada pemain yang berusia kepala tiga. Dengan rata-rata usia sekitar 23 tahun, Timor Leste menjadi salah satu kontestan AFF 2020 dengan skuad termuda.

Komentar