Piala Eropa 2020: 11 Pemain Muda yang Patut Dinanti Aksinya

Cerita

by Redaksi 7 Pilihan

Redaksi 7

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Piala Eropa 2020: 11 Pemain Muda yang Patut Dinanti Aksinya

Sebanyak 24 tim akan bersaing di fase grup Piala Eropa 2020 mulai 12 Juni mendatang. Seluruh timnas, mulai Italia hingga Jerman, telah menunjuk skuad final untuk bertanding. Tak sedikit pemain muda yang berhasil masuk skuad.

Di antara 600-an pemain yang dipilih, terdapat 38 pesepakbola yang lahir pada tahun 2000-an. Pemain termuda di turnamen kali ini adalah gelandang Polandia, Kacper Kozlowski. Ia berusia 17 tahun 8 bulan ketika Piala Eropa dimulai.

Selain Kozlowksi, tentu banyak pemain muda yang akan bertanding. Mereka adalah prospek masa depan dengan karier yang masih panjang. Ajang Piala Eropa 2020 dapat menjadi tonggak sekaligus panggung untuk menegaskan talenta yang dimiliki.

Siapakah yang mampu bersinar? Berikut adalah daftar 11 pemain muda yang aksinya patut dinanti—mulai dari top skor Liga Ceko hingga Berlian Makedonia Utara.

Patut diingat bahwa para pemain yang dipilih berusia 21 tahun ke bawah. Jadi, tidak akan ada Kylian Mbappe (22) atau Kai Havertz (22) dalam daftar ini. Selain itu, agar lebih merata, para pemain dipilih dari negara-negara yang berbeda.

Adam Hlozek

Nama Adam Hlozek mungkin belum terlalu familiar bagi penikmat sepakbola di luar Republik Ceko. Namun, di negara asalnya, striker Sparta Praha ini telah menyita perhatian sejak mendapat debut tim senior pada usia 16 tahun 3 bulan. Ia digadang-gadang sebagai talenta terbaik Ceko sejak era Tomas Rosicky.

Musim ini, Hlozek menunjukkan mengapa bakatnya begitu dihargai. Di Fortuna Liga 2020/21, striker 18 tahun ini menjadi top skor bersama dengan torehan 15 gol, sejajar dengan penyerang Slavia Praha, Jan Kuchta. Meskipun demikian, catatan Hlozek sejatinya lebih baik: ia hanya bermain dalam 19 pertandingan, sedangkan Kuchta 27.

Delapan asis pun dibuat Hlozek untuk timnya pada 2020/21. Ia mengakhiri musim dengan catatan impresif kendati harus menepi empat bulan akibat cedera.

Di Piala Eropa 2020, pos striker tengah Ceko diisi oleh Patrik Schick, Tomas Pekhart, hingga Matej Vydra. Hlozek muda bukanlah pilihan utama. Ia mesti berjuang meyakinkan pelatih Jaroslav Silhavy agar memberinya menit bermain.

Christoph Baumgartner

Penampilan Christoph Baumgartner adalah sedikit kabar baik di tengah musim medioker Hoffenheim pada 2020/21. Gelandang Austria ini tampil energik di lini tengah die Kraichgauer. Seorang gelandang kreatif yang dinamis, Baumgartner semakin berkembang sejak meninggalkan kampung halaman pada 2017 silam.

Baumgartner telah tampil dalam 71 pertandingan Hoffenheim, mencetak 16 gol dan 13 asis. Pemain berusia 21 tahun ini biasa diturunkan di pos gelandang serang. Ia kapabel mengirim umpan yang memintas lini pertahanan dan keberadaannya di sepertiga akhir adalah ancaman konstan. Tembakan kaki kanannya pun tak bisa diremehkan.

Saat lawan menguasai bola, Baumgartner juga tampil disiplin dalam skema pressing Hoffenheim. Ia gelandang yang rajin dan sigap. Dalam dirinya, Austria memiliki sosok gelandang kreatif dengan kontribusi defensif yang bagus.

Christoph Baumgartner mendapat debut timnas pada September 2020 dan mendapatkan 10 caps sejak itu. Kendati masih 21 tahun, ia menjadi pemain penting Austria setahun belakangan.

Dejan Kulusevski

Pindah ke Italia pada usia 16 tahun, Dejan Kulusevski tak butuh waktu lama untuk menunjukkan keunggulannya. Ia bersinar ketika dipinjamkan ke Parma pada 2019/20, mencetak 10 gol dan sembilan asis. Juventus pun enggan buang-buang waktu untuk menggaet sang pemain. Si Nyonya Tua menebusnya dengan mahar 35 juta euro dari Atalanta.



Kulusevski adalah seorang bintang yang sedang digodok. Untuk ukuran pemain sayap, ia memiliki postur yang cukup besar. Eks Atalanta ini memiliki fisik kuat dan olah bola yang terampil.

Sang pemain juga bisa bertanding di beberapa posisi. Ia dapat diandalkan di pos gelandang tengah, sayap, hingga striker. Di Timnas Swedia, ia tak jarang menjadi tandem Alexander Isak di lini serang.

Sayangnya, di Piala Eropa 2020, Kulusevski mesti absen hingga setidaknya partai kedua. Pemain kelahiran Stockholm ini dinyatakan positif COVID-19 dan harus menjalani karantina. Untuk menghadapi lawan-lawan tangguh di Grup E, Janne Andersen tentu berharap Kulusevski segera pulih.

Eljif Elmas

Eljif Elmas adalah keturunan Turki. Keluarganya tinggal di bilangan Skopje, ibukota Makedonia Utara, yang dihuni banyak etnis Turki. Saat masih anak-anak, Elmas bermain untuk klub setempat bernama Fenerbahce Tefejuz sebelum merintis karier di Rabotnicki.

Pada 2017, ia kembali ke Fenerbahce. Hanya saja, Fenerbahce yang ini bukanlah klub dekat rumah, melainkan salah satu klub terbesar di Semenanjung Anatolia.

Napoli meminangnya dengan biaya 16 juta euro pada 2019 silam. Ia memang belum menjadi pemain inti Partenopei, masih kalah dari Piotr Zielinski. Namun, Gennaro Gattuso menyadari bakatnya dan rutin memainkannya walau dari bangku cadangan. Hingga akhir 2020/21, Elmas telah tampil dalam 173 pertandingan level klub. Di level timnas, ia telah mengantongi 27 caps Makedonia Utara.

Ia dihargai sebagai talenta terbaik Makedonia Utara, sebuah negara yang hanya delapan tahun lebih tua darinya. Kebetulan, nama Elmas dalam bahasa Turki berarti ‘berlian’. Nama itu menunjukkan betapa berharganya ia bagi bangsa Makedonia.

Piala Eropa 2020 dapat menjadi panggung yang sempurna untuk mengetes kemampuan Elmas. Sang pemain tentu tak ingin Makedonia Utara sekadar “numpang lewat” di turnamen debut.

Ferran Torres

Timnas Spanyol, seperti biasanya, membawa skuad berisikan nama-nama yang menarik. Di antaranya adalah duo Torres, Pau dan Ferran. Keduanya masih relatif muda dan nama terakhir lah yang dipilih untuk artikel ini. Alasannya, meskipun memiliki potensi besar dan Piala Eropa adalah debut turnamennya, Pau sudah berusia 24 tahun.

Ferran Torres sendiri tergolong baru dalam skuad asuhan Luis Enrique. Ia baru mendapatkan debut pada September 2020 saat Spanyol menghadapi Jerman. Sejak itu, ia tampil dalam 10 dari 12 pertandingan La Furia Roja sebelum Piala Eropa 2020.



Satu pertandingan internasional yang tak akan ia lupakan tentu pertemuan kedua lawan Jerman. Pada November 2020, di ajang UEFA Nations League, winger Manchester City ini mengemas hat-trick, membantu negaranya membabat der Panzer 6-0.

Torres kemungkinan akan masuk 11 utama Luis Enrique. Setahun belakangan, ia telah membuktikan diri sebagai winger gesit dengan pergerakan tiba-tiba yang sulit ditebak. Aksinya di Piala Eropa 2020 patut dinanti.

Ilya Zabarnyi

Pada 2019/20, Ilya Zabarnyi masih bermain untuk Dynamo Kyiv U-21. Ia baru dipromosikan musim ini ketika bek senior Dynamo Kyiv (Oleksandr Tymchyk) menderita cedera panjang. April 2020, ia mendapatkan debut bersama Timnas Ukraina U-21. Empat bulan kemudian, Zabarnyi memenangkan debut timnas senior dan selalu dipanggil semenjak itu.

Andriy Shevchenko membawa sang pemain ke Piala Eropa 2020 dan ia menjadi pemain termuda di skuad. Usianya baru 18 tahun delapan bulan ketika turnamen dimulai.

Walaupun masih remaja, Zabarnyi mampu tampil apik sebagai bek modern di level senior. Ia tenang saat menguasai bola, cakap memainkan operan untuk menginisiasi serangan, serta membaca pergerakan lawan dengan baik. Bek 18 tahun ini berperan penting dalam keberhasilan Dynamo Kyiv menjuarai Liga Ukraina 2020/21.

Di Timnas Ukraina, Zabarnyi selalu tampil dalam delapan dari 12 pertandingan terkini. Bek berpostur 1,89m tersebut diandalkan Shevchenko baik dalam skema empat bek maupun tiga bek. Piala Eropa 2020, terutama partai perdana lawan Belanda, akan mengetes kesiapan sang pemain di level tertinggi.

Jeremy Doku

Timnas Belgia memiliki penyerang sayap kelas wahid dalam diri Dries Mertens, Eden Hazard, hingga Yannick Carrasco. Di Piala Eropa 2020, The Red Devils melengkapi deretan penyerang sayap mereka dengan pemuda 19 tahun bernama Jeremy Doku.

Doku pertama mencuri perhatian saat menembus tim senior Anderlecht pada musim lalu. Awal musim ini, Stade Rennais rela mengucurkan dana 26 juta euro untuk mengamankan jasanya.

Roberto Martinez pun kepincut dengan talenta sang pemain. Pelatih asal Spanyol ini memberinya debut pada Mei 2020 silam. Doku telah bermain delapan kali untuk Belgia dan mencetak dua gol.

Doku merupakan pendribel natural. Ia gesit, cepat, dan seringkali menipu pemain lawan dengan gerakan tak terduga. Di Ligue 1 2020/21, ia rata-rata membuat 5,95 dribel per pertandingan dengan tingkat kesuksesan 58,5%. Jumlah dribel suksesnya di Liga Perancis hanya diungguli oleh Neymar.

Di Piala Eropa 2020, Doku menawarkan kesegaran di lini serang Belgia. Kendati tak memiliki visi sekelas Mertens atau Hazard, kegesitannya akan menyulitkan pertahanan lawan. Dipadukan dengan jangkauan umpan Lukaku dan De Bruyne, kecepatan Doku dapat menimbulkan masalah serius bagi rival Belgia.

Joao Felix

Joao Felix adalah nama paling terkenal dalam daftar ini. Ia sama sekali bukan bintang yang sedang merintis karier. Pada 2019/20 silam, ia telah menjadi pemain termahal keempat sedunia. Namun, siapa sangka eks wonderkid Benfica ini akan menghadapi masa sulit di Atletico Madrid.

Peraih Golden Boy 2019 tersebut kesulitan beradaptasi dengan skema Diego Simeone. Bersama Los Rojiblancos, Felix lebih sering difungsikan sebagai supersub. Musim ini, ia memainkan 31 pertandingan La Liga, tetapi hanya 14 kali menjadi starter.

Fernando Santos pun berupaya menjaga kepercayaan diri sang pemain. Salah satu kekurangan yang membuatnya kalah saing di Atletico adalah kontribusi defensif. Namun, di Portugal, Santos tak ingin membebaninya dengan tuntutan seperti demikian. Setahun belakangan, Santos hanya sekali tak memainkan Felix.

“Joao selalu punya kesulitan [secara defensif]. Dia punya cara main tersendiri. Dia bukanlah pemain kombatif dan kami tidak mengharapkannya seperti demikian. Dia punya kualitas untuk membuat perbedaan, tetapi kami harus bersama-sama [bermain sebagai tim] agal hal tersebut bisa terwujud,” kata Santos pada Maret lalu.

Joao Felix adalah bintang muda yang sedang meredup. Piala Eropa 2020 dapat menjadi ajang penebusan sekaligus pembuktian baginya.

Mikkel Damsgaard

Mikkel Damsgaard adalah satu dari sekian banyak pemain muda yang bersinar di Serie A 2020/21. Ia bermain dalam 35 pertandingan Sampdoria di Serie A (18 sebagai starter) dan mencetak empat gol serta lima asis. Eks pelatihnya di Nordsjaelland, Fleming Andersen, memuji sang pemain dengan memperbandingkannya dengan legenda Timnas Denmark, Michael Laudrup.

Damsgaard biasanya diturunkan di pos sayap kiri. Namun, ia bukanlah seorang winger tipikal, permainannya lebih menyerupai gelandang serang. Ketika menguasai bola atau mendapat operan di sayap, Damsgaard cenderung bergerak menengah di mana ia lebih leluasa menggunakan kaki kanan.

Penggawa Sampdoria ini kapabel mengirim umpan yang memintas lini belakang lawan. Kecakapan operan membuatnya berpotensi jadi kreator serangan mumpuni. Tak hanya itu, Damsgaard juga cukup liat untuk melepaskan diri dari kawalan pemain lawan. Larinya pun cukup cepat untuk menjadi target umpan terobosan.

Di Timnas Denmark, Damsgaard telah bermain tiga kali dan mencetak dua gol serta tiga asis. Di Piala Eropa 2020, ia berpeluang diturunkan sebagai pembeda dari bangku cadangan. Mikkel Damsgaard akan bahu-membahu dengan kompatriot sekaligus idolanya, Christian Eriksen.

Phil Foden

Talenta Phil Foden sudah termasyhur dan ia menjalani musim yang impresif bersama Manchester City. Ia mulai rutin bermain di Premier League, juga berperan penting dalam keberhasilan The Cityzens menembus final Liga Champions. Dijuluki “Iniesta dari Stockport”, Foden adalah opsi menarik di lini serang Inggris.

Pep Guardiola biasa memasangnya di sayap kiri. Ia juga bisa bermain di lini tengah, beberapa kali diturunkan Gareth Southgate di pos gelandang serang. Sejak mendapat debut pada September 2020, Foden telah bermain dalam enam pertandingan The Three Lions dan mencetak dua gol serta dua asis.

Musim 2020/21 adalah musim pengukuhannya sebagai anggota tim senior Man City. Ajang Piala Eropa 2020 pun dapat menjadi titik tolak untuk memulai karier bersama timnas senior Inggris.

Foden secara luas dianggap sebagai talenta terbaik Inggris sejak Paul “Gazza” Gascoigne. Sang pemain pun sadar akan sensasi yang melekat kepadanya. Jelang dimulainya Piala Eropa, ia mencukur dan menyemir rambut dengan gaya serupa Gazza di Piala Eropa 1996. “Saya tahu seperti apa artinya dia [Gascoigne] dan bagaimana kontribusinya bagi negara ini. Rasanya tidak buruk jika saya berupaya membawakan sebagian Gazza di atas lapangan,” kata Foden.

Ryan Gravenberch

Bagi Timnas Belanda, Matthijs de Ligt adalah pemain muda yang hebat. Sedangkan Owen Wijndal adalah opsi reliabel di pos bek kiri. Namun, di antara talenta muda yang dibawa de Oranje, Ryan Gravenberch adalah sosok yang paling sensasional.

Dia baru mendapatkan debut timnas senior pada Maret lalu. Gravenberch selalu bermain dalam lima pertandingan terkini Belanda, semuanya dari bangku cadangan. Keputusan tersebut menunjukkan bahwa Frank de Boer ingin membiasakan gelandang Ajax Amsterdam itu dengan gaya bermain Timnas Belanda.

Gravenberch memiliki postur tinggi, kuat, tetapi memiliki kemampuan teknis yang luar biasa. Karakter bermainnya membuat sang pemain dibandingkan dengan Paul Pogba, meskipun dia sendiri menyebut gayanya lebih mirip Zinedine Zidane.

Pemain berusia 19 tahun ini bisa menjalankan peran box-to-box dengan baik. Ia juga bisa bermain di posisi sayap. Gravenberch memiliki jangkauan umpan yang luas dan tembakan jarak jauhnya pun terasah. Pemain berbakat ini dapat menjadi pembeda Belanda ketika menghadapi situasi buntu.

***

Selain 11 nama di atas, tentu banyak pemain muda lain yang akan bertanding di Piala Eropa 2020. Jamal Musiala di Timnas Jerman dan duo Dortmund di Timnas Inggris adalah beberapa di antaranya.

Pada akhir turnamen, siapakah yang akan meraih penghargaan Pemain Muda Terbaik? Apakah salah satu dari 11 pemain di atas akan mendapatkannya? Kiprah para pemain muda di Piala Eropa 2020 menarik disimak.

Komentar