Menunggu Aksi Bayi-Bayi Pembunuh Ole Gunnar Solskjaer

Analisis

by Redaksi 15

Redaksi 15

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Menunggu Aksi Bayi-Bayi Pembunuh Ole Gunnar Solskjaer

Semenjak Ole Gunnar Solskjaer menangani Manchester United sebagai pengganti Jose Mourinho pada Desember 2018, ada satu yang ingin ia lakukan di Old Trafford: Mengembalikan The Red Devils seperti masa-masa kejayaan bersama Sir Alex Ferguson. Artinya, Solskjaer ingin membawa Manchester United meraih gelar lagi, memaksimalkan koneksi pemandu bakat, dan menjadikan anak-anak muda akademi klub sebagai tulang punggung tim asuhannya.

Menangani Manchester United selama dua dekade lebih, Ferguson memberikan banyak hal untuk klub, termasuk melewati pencapaian Liverpool dan menjadi kesebelasan dengan gelar liga terbanyak di divisi tertinggi sepakbola Inggris. Tapi, kesuksesan Ferguson tidak lepas dari tiga hal di atas.

Dirinya membuat dunia tergila-gila dengan Class of ’92 yang menghasilkan David Beckham, Ryan Giggs, Paul Scholes, dan kawan-kawan. Ferguson memboyong pemain-pemain berbakat sejak usia dini seperti Cristiano Ronaldo (18 tahun) dan Wayne Rooney (19 tahun). Ia juga memperkenalkan talenta-talenta dari negara yang sebenarnya asing untuk pendukung Manchester United seperti Park Ji-Sung (Korea Selatan) hingga Javier "Chicharito" Hernandez (Meksiko). Bahkan, Ronaldo adalah pemain Portugal pertama yang pernah membela The Red Devils!

Live Streaming Sheffield United vs Manchester United

Solskjaer ingin melakukan hal serupa. Daniel James dan Aaron Wan-Bissaka yang belum genap 23 tahun pada 2019 didaratkan ke Old Trafford. Pemain-pemain akademi seperti Tahith Chong, Brandon Williams, dan James Garner diorbitkan ke tim senior. Yang terbaru, pria berjuluk The Babyface Assassin itu kabarnya mengirim pemandu bakat terbaik Manchester United untuk memantau penyerang RB Salzburg, Erling Haaland.

Beberapa pihak mengaku kesal dengan Solskjaer yang seperti terperangkap masa lalu. “Semuanya diukur dengan era Ferguson. Ferguson akan melakukan ini. Ferguson akan melakukan itu. Andaikan saya yang menangani Manchester United, saya tidak akan lagi melihat ke Ferguson. Saya akan membuat sejarah sendiri, sekalipun Ferguson akan selalu memiliki tempat dalam sejarah klub,” kata Zlatan Ibrahimovic melempar kritik kepada Solskjaer.

Padahal sejak awal, Solksjaer sendiri juga sadar bahwa ia tidak bisa membuat Manchester United sama seperti era Ferguson. Ia hanya merasa cara yang digunakan Ferguson pasti akan menular ke dalam gayanya melatih.

“Kita menghadapi pemain-pemain yang berbeda dengan jaman Ferguson. Beberapa di antara mereka mungkin tidak akan sanggup jika dilatih oleh Ferguson. Akan tetapi, semua orang di sini [Manchester United] paham tentang sejarah klub. Kita hanya tidak mau terlalu bergantung pada hal itu dan membuka jalan sendiri,” jelas Solskjaer.

Memahami sejarah klub menjadi kunci dari semuanya. Ferguson mungkin merupakan manajer terbaik yang pernah dimiliki Manchester United. Tapi sebelum dia datang sekalipun, The Red Devils sudah lebih dulu merasakan kesuksesan. Kesuksesan yang juga mengandalkan cara serupa dengan akademi dan memaksimalkan peran pemandu bakat. Bryan Robson didatangkan dari West Bromwich Albion pada usia 24 tahun (tergolong muda saat itu), Mark Hughes diorbitkan ke tim senior sebelum Ferguson datang, dan "Busby Babes" lahir jauh lebih dulu dibandingkan Class of ’92.

Sejak Ferguson pergi, David Moyes, Louis van Gaal, dan Jose Mourinho, lupa untuk memaksimalkan kembali kunci kesuksesan Manchester United. Mereka lebih memilih untuk mendatangkan berbagai pemain dari segala penjuru dunia tanpa memberi banyak kesempatan kepada pemain akademi. Pemain-pemain yang didatangkan juga sudah menginjak usia matang seperti Marouane Fellaini (25 tahun). Bahkan, Alexis Sanchez didatangkan di usia 29 tahun, sementara Bastian Schweinsteiger datang di usia 30 tahun.

Walaupun Solskjaer harus mengawali kariernya sebagai manajer Manchester United secara inkonsisten, secara perlahan ia mulai membentuk kembali identitas klub. Menurut Transfermarkt, pemain seperti Andreas Pereira dan Axel Tuanzebe sebenarnya sudah ada sejak Louis van Gaal menangani klub. Tapi, Pereiera hanya bermain 19 kali di kedua era tersebut sementara Tuanzebe hanya mendapatkan 435 menit di era kepelatihan Mourinho.

Di bawah arahan Solskjaer, yang terjadi sebaliknya. Pereira diberikan kesempatan bermain di 31 laga. Pun dengan Tuanzebe yang dalam waktu singkat mendapatkan 360 menit dari Solskjaer.

Hal serupa juga dialami oleh Angel Gomes, Scott McTominay, James Garner, Tahith Chong, dan Mason Greenwood. Solskjaer bahkan sudah mengorbitkan pemainnya sendiri dengan memberikan Brandon Williams kesempatan di tim utama. Pemain kelahiran 3 September 2000 tersebut bahkan berperan sebagai arsitek gol kemenangan Manchester United ketika dijamu Partizan pada pekan keempat Liga Europa 2019/2020.

Asisten Manajer Manchester United, Michael Carrick, pun berjanji akan semakin banyak pemain-pemain muda yang diorbitkan ke tim senior. “Saya sebenarnya lebih suka menyaksikan aksi pemain-pemain ini sebagai seorang penggemar, bukan pelatih. Tapi mereka selalu memberikan yang terbaik ketika mendapatkan kesempatan. Mereka sadar bahwa ini adalah sesuatu yang spesial. Saya yakin akan lebih banyak pemain muda yang mendapatkan kesempatan di tim utama,” kata Carrick.

Hanya butuh waktu untuk pemain-pemain muda Solskjaer membunuh para pesaing mereka di Liga Primer Inggris. Entah berapa lama, yang jelas mereka butuh waktu. Dalam jangka panjang, hal ini akan sangat berguna untuk Manchester United. Mengingat pihak klub baru saja mengumumkan bahwa mereka sedang menerima pukulan dari segi finansial. Pendapatan menurun, utang melambung, dan oleh karena itu, anak-anak muda harus mulai disiapkan jadi tulang punggung.

Akhir pekan ini, Manchester United akan menghadapi Sheffield United pada pekan ke-13 Liga Primer Inggris. Sheffield yang berhasil tidak terkalahkan dalam 5 pertandingan terakhir akan menjadi ujian tersendiri bagi anak asuh Ole Gunnar Solksjaer. Pertandingan Sheffield United vs Manchester United dapat disaksikan secara gratis melalui aplikasi Mola TV.

Live Streaming Sheffield United vs Manchester United

Komentar