Giuseppe Rossi dan Kutukan Pemain Italia di Man United

Cerita

by Redaksi 15

Redaksi 15

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Giuseppe Rossi dan Kutukan Pemain Italia di Man United

Manchester United kembali membuka pintu mereka untuk muka-muka lama. Selain Ole Gunnar Solskjaer, ada Mike Phelan yang mengasuh Paul Pogba dan kawan-kawan. Selain itu, the Red Devils juga menyambut kembali Giuseppe Rossi. Penyerang Italia berusia 31 tahun terlihat ikut latihan di Carrington.

Rossi sempat dirumorkan jadi bagian dari tim pelatih Solskjaer, namun sosok yang melambung bersama Villarreal itu langsung menampik kabar tersebut. "Saya jadi pelatih? Hahaha," tulis Rossi di Twitter miliknya.

Kembalinya Rossi ke Manchester tak lebih untuk menjaga kebugaran. Penyerang yang membela Manchester United pada periode 2004-2007 itu sedang tidak membela kesebelasan apapun setelah putus kontrak dengan Genoa karena masalah doping. Kehadiran Rossi tak lepas dari undangan Solskjaer kepada mantan rekan satu timnya tersebut.

Solskjaer secara tidak langsung memang membawa memori masa lalu ke Manchester United. Dipercaya menggantikan Jose Mourinho, pria berjuluk `Baby Face Assassin` mengembalikan kepercayaan publik Old Trafford. Solskjaer berhasil mencatatkan rekor sebagai kepala pelatih Manchester United pertama yang memenangkan enam pertandingan pertamanya. Menyamai rekor Sir Matt Busby, memenangkan lima partai pertamanya di liga 1946/47. Tapi, keputusannya mengundang Rossi juga membuka luka.

Giuseppe Rossi berbeda dengan Thierry Henry di Arsenal atau Clint Dempsey di Fulham. Saat Arsene Wenger membawa Henry kembali berlatih dengan Arsenal, reputasi positif penyerang asal Prancis itu membuat dirinya mendapatkan sambutan baik. Begitu juga Dempsey di Fulham. Sementara Rossi merupakan salah satu pembelian gagal yang pernah dilakukan Sir Alex Ferguson.

Rossi hanya tampil 14 kali setelah ditebus dengan dana sekitar 280 ribu paun dari Parma. Rossi saat itu masih berusia 17 tahun. Dirinya memulai perjalanan karier di Manchester dari U18 sebelum diberi debut pada 10 November 2004 di Piala Liga melawan Crystal Palace. Total, Rossi mencetak empat gol dari 14 penampilannya untuk Manchester United.

Rossi dianggap masih terlalu muda untuk menghiasi skuat Manchester United. Ferguson percaya dengan kemampuan Rossi, saat kubu Setan Merah menjual Rossi ke Villarreal, ia menyertakan klausul pembelian kembali. Akan tetapi pada akhirnya Rossi terus membela The Yellow Submarines dan bersinar di Spanyol.

Kisah Rossi menjadi ciri khas pemain-pemain Italia yang pernah berseragam Manchester United. Davide Petrucci, Federico Macheda, Rodrigo Possebon, semua masih terlalu muda saat dicoba di tim utama Manchester United. Usia muda ini akhirnya membuat peluang mereka untuk tampil secara reguler tertutup lebih awal dan akhirnya hengkang.

Ketika ada pemain asal Italia dengan usia matang mendarat di Old Trafford, mereka harus mengisi sepatu yang terlalu besar. Matteo Darmian adalah bek kanan murni pertama yang dibeli Manchester United setelah Garry Neville pensiun. Sebelum Darmian masuk, pos tersebut diisi oleh produk akademi, Rafael da Silva dan mantan pemain sayap Wigan, Antonio Valencia. Ketika Darmian masuk, Valencia sudah nyaman menjaga sisi kanan pertahanan dan sulit digeser. Darmian juga sebenarnya bukan target utama Louis van Gaal untuk pos tersebut.

Selain Darmian, ada juga nama Massimo Taibi. Penjaga gawang ini diboyong Manchester United untuk menggantikan Peter Schmeichel. Mark Bosnich yang merupakan pelapis Schmeichel diterpa cedera. Dana 4,5 juta paun akhirnya dikeluarkan Manchester United untuk Taibi. Sial bagi Ferguson, kualitas Taibi jauh di bawah Schmeichel.

Setelah Manchester United ditahan Southampton dengan skor 3-3, The Sun menjuluki Taibi sebagai `Si Buta dari Venezia`. Taibi tidak mengingat apa yang terjadi dalam pertandingan itu sampai dirinya mendapat julukan yang kejam dari media asal Inggris. Akan tetapi, dirinya mengaku sangat tertekan menjadi pengganti Schmeichel.

"Dipercaya menjadi pengganti Schmeichel adalah tekanan bagi saya. Sesuatu yang terlalu berat untuk dibawa. Saya juga tidak dekat dengan Sir Alex Ferguson. Saya hanya tahu dia ingin memboyong saya ke Manchester United. Saya senang karena suporter Manchester United sangat luar biasa. Akan tetapi saya hanya bertemu Sir Alex sekali sebelum mendarat di Old Trafford," aku Taibi.

Tidak ada jawaban pasti mengapa pemain-pemain Italia begitu terkutuk di Manchester United. Pasalnya, sebelum Taibi dan Rossi, ada satu pemain asal Negeri Pizza yang merasakan kesuksesan bersama Manchester United, walau hanya sebentar. Carlo Sartori namanya. Direkrut Manchester United setelah Perang Dunia II, Sartori mengawali karier dari akademi sebelum diorbitkan ke tim utama oleh Sir Matt Busby.

Perlahan tapi pasti, Sartori berhasil menjadi pemain utama di tim asuhan Matt Busby. Namun, karier Sartori di Manchester United juga tergolong pendek. Sartori adalah pemain non-Britania Raya pertama dalam sejarah Manchester United. Ia naik dari akademi hingga ke tim utama, tapi saat dirinya sudah membuktikan diri, Matt Busby pergi meninggalkan Manchester United. Tanpa kehadiran Matt Busby, Sartori seperti ayam tanpa kepala. Ia kembali menjadi cadangan dan akhirnya hengkang ke Bologna.

Kini, Manchester United kembali membuka pintu mereka kepada pemain asal Italia. Gelandang 21 tahun milik Cagliari, Nicolo Barella, jadi incaran. Tawaran 30 juta euro sudah dilayangkan oleh Manchester United dan ditolak. Cagliari menginginkan 50 juta euro untuk Barella. Tapi dengan persaingan lini tengah yang diisi oleh Paul Pogba, Nemanja Matic, Ander Herrera, hingga Scott McTominay, perlukah mereka mengeluarkan 50 juta euro untuk Barella? Apalagi pemain-pemain Italia punya rekam jejak buruk dalam sejarah Man United.

foto: Squawka

Komentar