Pengorbanan Norwich City yang Berujung Keterpurukan

Analisis

by Redaksi 15

Redaksi 15

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Pengorbanan Norwich City yang Berujung Keterpurukan

Berhasil merepotkan Chelsea dan mengalahkan Manchester City, Norwich City sempat digadang-gadang akan menjadi kuda hitam di Liga Primer Inggris 2019/2020. Teemu Pukki, Todd Cantwell, dan Emiliano Buendia mencuri perhatian. Bahkan ‘Pukki Party’ sempat menjadi trending topic di sosial media. Tiba-tiba, saat banyak orang memasukkan nama mereka ke tim Fantasy Premier League (FPL), performa Pukki dan kawan-kawan menurun.

Skuat asuhan Daniel Farke tidak pernah lagi merasakan kemenangan sejak mengalahkan Manchester City (14/9). Menjalani tujuh pertandingan dalam durasi sekitar dua bulan, the Canaries menelan enam kekalahan dan satu hasil imbang.

Banyak hal yang dapat disalahkan dari penurunan performa Norwich. Mulai dari cederanya beberapa pemain kunci seperti Onel Hernandez dan Timm Klose. Hingga kegagalan memanfaatkan peluang di atas lapangan. Pertandingan kontra Watford merupakan contoh bagaimana the Canaries sering membuang-buang poin.

“Saya tidak mengerti lagi. Kami seharusnya tidak kalah dalam pertandingan ini. Kami menguasai 70 persen dari aliran bola. Melepaskan hampir 20 tembakan dan menciptakan begitu banyak peluang di kotak penalti mereka [Watford]. Tapi kami masih kesulitan dan gugup. Akhirnya mengundang mereka untuk menyerang,” kata Farke setelah pertandingan.

Kekalahan dari Watford membuat Norwich duduk di peringkat terbawah Liga Primer Inggris 2019/2020 untuk pertama kalinya. Sesuatu yang tidak terbayangkan jika mengingat masa-masa Pukki dan kawan-kawan membombardir gawang Ederson Moraes.

Jika kita lihat lebih dalam, Norwich City sebenarnya memang tidak dalam performa yang baik sejak awal musim. Mereka hanya sempat membuat kejutan dengan hattrick Teemu Pukki saat menang 3-1 atas Newcastle dan kemenangan sensasional atas Manchester City 3-2. Selain dua pertandingan tersebut, Norwich sudah mengalami 9 kali kekalahan dan 1 kali imbang hingga pekan ke 12 Liga Inggris musim ini.

Beberapa pihak bahkan beranggapan bahwa kemenangan Norwich atas Manchester City terjadi karena Manchester City yang bermain buruk. Gol pertama dari sundulan Kenny McLean tercipta karena Sergio Aguero dan Raheem Sterling lengah dalam menjaga tiang dekat. Gol kedua dicetak Cantwell setelah Kyle Walker tidak menjaga garis pertahanan dan membiarkan Pukki berada dalam posisi onside. Sementara gol ketiga adalah blunder Nicolas Otamendi.

Manchester City tetap mendominasi pertandingan tersebut dengan 68,6 persen penguasaan bola, 16 sepak pojok, dan menciptakan 18 peluang. Norwich hanya menyerang secara sporadis yang ketika itu sangat efektif. Ederson bahkan tidak sekalipun melakukan penyelamatan dalam pertandingan tersebut.

Saat bertemu dengan kesebelasan lain yang lebih rapat dan sudah menemukan pola permainan terbaik mereka, Norwich pun keok. Ditambah dengan masalah cedera, minimnya kedalaman skuat, Daniel Farke tidak bisa berbuat banyak.

Keterpurukan The Canaries di Liga Primer Inggris musim ini mungkin dapat dihindari kalau saja mereka mau berbelanja lebih banyak pada bursa transfer musim panas lalu. Mereka hanya mengeluarkan total uang sebesar 3,75 juta Pauns pada bursa transfer bulan Juli lalu. Angka ini jauh di bawah total biaya transfer yang dikeluarkan oleh dua klub promosi lainnya, Sheffield United dan Aston Villa. Sheffield menghabiskan dana hingga 42,75 juta pauns sementara Aston Villa menghabiskan dana hingga 133 juta pauns.

Farke pun mengakui permasalahan ini. “Kami paham bahwa untuk bisa bertahan di sini [Liga Primer Inggris], akan butuh pemain berkualitas. Mungkin harganya sekitar 10-15 juta Pauns. Tapi kami tak bisa melakukan hal itu,” ungkap Farke. “Pekan ini (8/11) saya berharap kami mendapatkan poin sebanyak bayi yang lahir,” lanjutnya mengacu ke Onel Hernandez dan Kenny McLean yang baru dianugerahi anak pekan lalu.

Leicester, Manchester City, dan Liverpool adalah contohnya. Mereka bisa ada di papan atas karena berani mengeluarkan dana untuk pemain-pemain yang memang dirasa dibutuhkan oleh manajer masing-masing.

Khusus untuk Liverpool, Jurgen Klopp memang hanya mengeluarkan dana 1,7 juta Pauns di musim panas 2019, namun mereka sudah mengeluarkan banyak dana di musim sebelumnya, 2018/2019 (163,9 juta Pauns). Jurgen Klopp pun mengantarkan the Reds menjadi jawara Liga Champions di akhir musim lalu. Musim ini, ia masih mengandalkan skuat yang sama dan lebih fokus kepada regenerasi tim.

Minimnya pengeluaran Norwich di bursa transfer menjadi alasan mengapa Pukki dan kawan-kawan gagal melanjutkan momentum mereka setelah mengalahkan juara bertahan Liga Primer Inggris dan hal itu tidak akan mengalami perubahan dalam waktu dekat.

Menurut laporan keuangan klub, the Canaries sebenarnya mendapatkan keuntungan sebesar 18 juta Pauns dari kesuksesan mereka di 2018/2019. Setelah dikurangi pajak dan pembayaran bonus, menurut Michael Bailey dalam artikelnya di The Athletics setidaknya terdapat 15 juta Pauns dana yang tersedia untuk melakukan belanja pemain musim ini.

Dana itu cukup setidaknya untuk mendatangkan pemain berkualitas yang disebut Farke. Sialnya, keuntungan yang didapat Norwich ini belum tentu bisa digunakan Farke di musim dingin 2020. Pasalnya, pihak klub sudah memiliki rencana finansial untuk tiga tahun ke depan hingga 2021. Termasuk menghemat dana pengeluaran dan memaksimalkan penjualan pemain.

Bukan hanya tidak bisa mendatangkan pemain, Farke bahkan terancam akan kehilangan pemain andalannya untuk memperbaiki kondisi keuangan Norwich. Mereka sudah melepas James Maddison untuk menstabilkan keuangan mereka di musim lalu. Musim ini, bisa saja Farke harus rela melepas Ben Godfrey dan Buendia yang diincar berbagai klub Liga Primer Inggris.

Ben Kensell, Chief Operating Oficer (COO) Norwich City menjelaskan permasalahan ini, “sebagai klub yang didanai secara independen, kami harus tahu cara bergerak yang tepat. Norwich tidak bisa terlalu terbawa suasana. Jangan sampai pada akhirnya kita justru melakukan kesalahan. Saya sangat mengapresiasi saran para anggota direksi yang mendorong Norwich mengeluarkan uang demi mencapai target [bertahan di Liga Primer Inggris]. Memang kami ingin bertahan di sini”.

“Tapi kami memang tak bisa menghambur-hamburkan uang. Itu bedanya Norwich dengan tim lain di Liga Primer Inggris. Kami harus tetap mempertahankan rencana tiga tahun ke depan. Jangan sampai mengorbankan masa depan hanya karena keadaan,” tambah Kensell.

Beruntung bagi Norwich, Farke juga mendukung sikap para direksi. “Percayalah, kami sebenarnya tidak bangga berhemat seperti ini. Tapi kami memang harus menghadapi hal ini dengan cara yang berbeda seperti mengandalkan akademi. Semoga suatu hari nanti Norwich bisa jadi klub yang memiliki finansial kuat. Tapi untuk sementara kita harus berjuang seperti ini,” kata Farke.

“Ini bukan berarti kami menyerah. Kami akan terus berjuang untuk tetap bertahan di sini. Namun, kami harus mencari cara lain. Saya tak bisa berkata apa-apa lagi. Saya sangat percaya dengan cara ini sepenuh hati,” tutup Kensell.

Beruntung suporter mereka tetap mendukung tim kesayangannya apapun yang terjadi. Carrow Road yang dapat menampung 27.244 penonton selalu berhasil menjual 27.000 tiket di setiap laga kandang. Norwich memang sedang sulit. Namun mereka memilih untuk jalan sulit ini. Berharap saja pengorbanan mereka benar-benar terbayar.

Komentar