Cedera Bukan Alasan Man United Kalah

Analisis

by Evans Simon

Evans Simon

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Cedera Bukan Alasan Man United Kalah

Manchester United kembali tersandung - kali ini, hingga terjungkal. Mereka kalah 0-2 dari West Ham United dalam laga lanjutan Premier League, Minggu (22/09), akibat gol Andriy Yarmolenko dan Aaron Cresswell.

Sebagian suporter Man United yang berakal sehat sewajarnya sudah siap kecewa sejak pertandingan belum dimulai. Sebab, beberapa musim terakhir telah mengajarkan tidak boleh berekspektasi terlalu tinggi terhadap tim ini.

Cuplikan pertandingan West Ham United vs Manchester United

Kekecewaan terbesar bukan datang dari hasil akhir, melainkan cara Man United bermain. Mereka tak bertaring, miskin agresivitas dan kreativitas.

Daniel James, Juan Mata, dan Andreas Pereira tidak mencatatkan satupun operan kunci - hanya dua operan yang memasuki kotak penalti West Ham - sepanjang babak pertama. Total, masing-masing hanya mencatatkan satu operan kunci.

Marcus Rashford hanya menyentuh bola sebanyak empat kali di dalam kotak penalti West Ham, sebelum diganti oleh Jesse Lingard pada menit ke-61 akibat cedera. Ketika pertandingan berakhir, Man United hanya mampu 75 kali mengoper bola di sepertiga akhir pertahanan lawan.

Permainan West Ham sendiri sebenarnya tidak istimewa. Mereka sempat kesulitan mencari celah di lini pertahanan Man United, yang harus berterima kasih kepada Aaron Wan-Bissaka.

Mantan pemain Crystal Palace tersebut seperti berlian di tengah lumpur. Ia berkali-kali mematahkan serangan West Ham, mencatatkan tiga tekel sukes, tiga intersepsi, empat sapuan, dan empat ball recoveries.

The Hammers tahu Bissaka terlalu sulit ditembus. Maka, mereka lebih memusatkan serangan ke sisi kiri pertahanan Man United yang diisi oleh Ashley Young (255 operan, berbanding 215 operan ke arah kanan).

Bissaka terlihat bertukar posisi dengan Young dalam beberapa kesempatan. Namun, saat nama pertama kembali ke kanan pada menit ke-43, West Ham mampu mengkapitalisasinya.

Felipe Anderson dengan jeli melihat pergerakan Yarmolenko, yang mampu mencari ruang di jantung pertahanan Man United dengan melebar ke kanan dan melewati batas offside, membuatnya terbebas dari penjagaan.

Yarmolenko pun tidak menyia-nyiakan operan terobosan Anderson, yang kini terlibat dalam 15 gol West Ham sejak awal musim 2018/19 (sembilan gol dan enam asis, terbanyak di tim). Hanya dengan satu sentuhan, Ia mengecoh Harry Maguire dan melepaskan tendangan datar ke pojok kiri bawah gawang David De Gea. West Ham unggul, 1-0.

https://twitter.com/OptaJoe/status/1175769641349767168">

Sebenarnya, antisipasi The Red Devils dengan sistem low block atau garis pertahanan rendah tidak salah, hanya saja - yang sialnya paling krusial - gagal menjalankannya. Mereka tidak memberikan tekanan. Terlalu pasif menutup ruang gerak dan operan lawan, terutama pasangan double pivot Nemanja Matic dan Scott McTominay. Keduanya hanya menonton para pemain West Ham memindahkan bola dalam proses terjadinya gol pertama.

Di sisi lain, skuat asuhan manajer Manuel Pellegrini justru punya kuartet pertahanan yang solid. Mereka bahkan tak ragu melakukan pelanggaran jika diperlukan - Angelo Ogbonna mendapat kartu kuning karena sengaja menjatuhkan Pereira agar Man United gagal membangun serangan.

Performa Declan Rice juga patut diacungi jempol. Ketika Rashford sukses melewati penjagaan Issa Diop, Ia mampu membaca situasi dengan tepat dan langsung turun menjaga ruang kosong.

Pemain binaan akademi Chelsea tersebut mencatatkan 100% operan sukses sepanjang babak pertama (97% ketika laga berakhir). Ia juga mampu lima kali melakukan ball recoveries.

Dengan keunggulan satu gol, West Ham tahu hanya perlu memperdalam dan merapatkan garis pertahanan, sambil menunggu Man United melakukan kesalahan di babak kedua. Walaupun Man United hampir menyamakan kedudukan jika bukan karena Mata gagal memaksimalkan peluang emas dan kiper Lukasz Fabianski melakukan penyelamatan gemilang atas tendangan Maguire, taktik ini tentu efektif melihat hasil akhir pertandingan.

Gol tendangan bebas Cresswell berawal dari keberhasilan pertahanan membaca operan Pereira kepada James. Fabianski lalu melepaskan operan jauh yang berujung di kaki De Gea.

Operan kiper asal Spanyol tersebut gagal dikuasai dengan baik oleh Bissaka, sehingga bisa direbut oleh Pablo Fornals. Bola diberikan kepada Mark Noble yang kemudian dilanggar oleh Young.

Atas kemenangan ini, West Ham melanjutkan tren positif mereka ketika menjamu Man United di kandang. Mereka mencatatkan tiga kemenangan dan hanya satu kali kalah dalam lima pertemuan terakhir. Adapun Pellegrini menjadi manajer pertama yang mampu mengalahkan empat manajer Man United berbeda.

https://twitter.com/OptaJoe/status/1175772396210577408">

Sementara bagi Ole Gunnar Solksjær, situasi jelas bertambah pelik. Sejak hasil fantastis melawan Paris Saint-Germain di Parc des Princes (7 Maret 2019), mereka tidak mampu memenangi sembilan laga tandang di seluruh kompetisi (tiga seri dan enam kekalahan). Seakan, ada sesuatu yang tertinggal di Paris.

Hal tersebut diperparah dengan fakta bahwa De Gea gagal menjaga gawangnya dari kebobolan dalam 11 laga tandang terakhir. Jika tidak ada perubahan drastis dan signifikan, bukan tidak mungkin mereka akan menyamai rekor terburuk (14 laga tandang beruntun) yang terjadi pada April-Desember 2002.

Boleh saja jika ingin berkelit bahwa absennya Anthony Martial dan Paul Pogba menjadi faktor penting kekalahan di Stadion London. Keduanya memang merupakan pemain penting.

Martial, yang telah menyumbangkan dua gol dan satu asis, menjanjikan kelincahan. Kemampuannya untuk bertukar posisi dengan Rashfod juga menambah sedikit kreativitas pola serangan di dalam kotak penalti lawan. Sementara, Pogba mencatatkan 12 operan kunci - terbanyak di skuat Man United - yang dua di antaranya berbuah asis.

Bagaimanapun, agaknya kekalahan Man United dari West Ham telah `disiapkan` sejak musim belum bergulir. Mereka gagal mencari pengganti Romelu Lukaku - dan Alexis Sanchez - di lini serang.

Situasi tersebut memaksa Solksjær menurunkan Rashford sebagai starter dalam tujuh pertandingan di seluruh kompetisi berturut-turut. Ia nampak lemas sepanjang laga vs West Ham. Ketika Mason Greenwood yang seharusnya menjadi pelapis juga tidak tersedia, kita sama-sama tahu hasilnya: Lingard jadi penyerang tengah!

Kepergian Ander Herrera juga tidak ditanggulangi dengan baik. Padahal, performa Matic terus menurun dan Fred tak kunjung memenuhi harapan sejak direkrut pada musim 2018.

Sebagai klub yang menampuk diri sebagai salah satu terbesar di dunia, Man United wajib lebih baik dari ini.

Komentar