Benarkah Manchester United Kandidat Juara Liga?

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Benarkah Manchester United Kandidat Juara Liga?

Oleh: Damar Senoaji

Kemenangan Manchester United atas Burnley pada Rabu dini hari merupakan suatu ajang pembuktian bagi sang manajer, Ole Gunnar Solskjaer. Posisi Ole sempat terpojok saat skuad asuhannya mengalami start buruk di awal musim setelah kalah 1-3 dari Crystal Palace dalam laga pembuka dan mengakui keunggulan telak Tottenham Hotspur dengan skor 1-6.

Parahnya, dua kekalahan tersebut terjadi di kandang sendiri. Bahkan pada pekan keenam, United terdampar ke peringkat ke-15 klasemen. Catatan tersebut tak ayal sempat membuat posisi Solskjaer di ujung tanduk dan rumor pemecatannya sempat merebak di media sosial pada Oktober silam.

Namun lambat laun, Solskjaer berhasil membawa skuad asuhannya untuk bangkit dan memperbaiki peringkatnya di kompetisi domestik. Keberhasilan United menekuk Burnley menjadi torehan sebelas laga tak terkalahkan di liga. Meskipun keberhasilan The Red Devils memuncaki klasemen Liga Inggris tak lepas dari inkonsistensi yang menerpa para rival seperti Chelsea, Manchester City, dan Tottenham Hotspur, United telah membuktikan jika mereka mampu bangkit dan kembali ke tempat semula, yakni bersaing di papan atas.

Meskipun musim belum beranjak setengah jalan, situasi tersebut lantas membuat media mengangkat wacana jika Manchester United adalah penantang gelar juara Premier League musim ini. Secara matematis memang segalanya masih memungkinkan, apalagi ditambah dengan performa moncer armada racikan Ole Gunnar Solskjaer yang berhasil dipertontonkan belakangan ini. Kini, United mengantongi jumlah poin yang sama dengan pemuncak klasemen, Liverpool, dengan satu pertandingan yang belum dimainkan oleh Setan Merah.

Meski kini dipuji setinggi langit karena berhasil membuat anak asuhnya bertengger di papan atas dan menjadi salah satu kandidat perebutan juara, Solskjaer malah merendah demi megendurkan tekanan bagi pemain-pemainnya. “Tidak ada (pembicaraan mengenai) perebutan gelar juara setelah hanya 15 pertandingan. Saat laga sudah mencapai 30, di sanalah kita mungkin baru bisa membicarakan perebutan gelar juara.” ujar Solskjaer seperti yang dikutip dari Goal.

Namun pelatih yang juga merupakan legenda Setan Merah itu bukannya sama sekali menampik wacana terkait peluang United untuk menggondol trofi Premier League yang sudah tujuh tahun lebih tak mampir di kabinet Old Trafford. “Akan tetapi kami tetap mempunyai keyakinan. Hasil ini (saat menang atas Wolverhampton) adalah pemantik kuat bagi kepercayaan diri kami.” pungkas pria asal Norwegia tersebut.

Dengan rentetan hasil positif yang berhasil digapai Manchester United belakangan ini, tak semata-mata menghilangkan kemungkinan semisal mereka kembali mengalami inkonsistensi performa. Jadwal yang dipadatkan sedemikian rupa guna mengejar ketertinggalan jumlah pertandingan karena mundurnya jadwal sepak mula liga-liga sepak bola Eropa akibat pandemi Covid-19, bisa saja menguras stamina pemain.

Belum lagi tim seperti Liverpool dan Manchester City sebagai klub yang tampil konsisten di papan atas Liga Inggris sejak 2018 lalu yang kini tengah melempem senantiasa siap bangun dari tidurnya kapan saja dan kembali menghadirkan teror apabila masing-masing dari mereka telah kembali ke bentuk permainan aslinya.

Jika peluang Manchester United untuk menjuarai liga masih tampak abu-abu atau bahkan cenderung sulit, tak ada salahnya bagi Solskjaer untuk mengintip peluang memenangi silverware, seperti ajang domestik macam Piala FA, atau menjuarai Liga Europa.

Sebenarnya, Solskjaer sudah menggaungkan ambisinya untuk mempersembahkan trofi bagi Setan Merah, mengingat raihan piala adalah indikator utama yang dijadikan parameter kesuksesan seorang pelatih di era sepak bola moderen. Hal ini agaknya relevan dengan situasi yang tengah terjadi di Old Trafford. United tidak pernah menjuarai kompetisi apapun selama tiga tahun lebih. Terakhir kali The Red Devils merengkuh trofi ialah saat mereka memenangi kejuaraan Liga Europa di tahun 2017 ketika masih diarsiteki Jose Mourinho yang kini menangani Tottenham hotspur.

Sebelum laga perempat final Carabao Cup kontra Everton pada 23 Desember lalu yang dimenangkan United dengan skor 0-2, Ole dengan tegas menyuarakan keinginannya untuk memenangkan kejuaraan apapun, termasuk Piala Carabao yang gengsinya tak sementereng gelar liga primer ataupun Liga Champions. “Tentu gelar Piala Carabao adalah sesuatu yang menjadi tujuan kami. Kami sangat ingin menggapai sebuah piala,” tutur eks pelatih Cardiff City itu seperti yang dikutip dari Sky.

Ambisi Solskjaer itu rupanya sejalan dengan para pemainnya. Penggawa tumpuan Setan Merah musim ini macam Bruno Fernandes, Marcus Rashford, dan Fred telah menyuarakan tekad yang sama untuk memenangi trofi, apa pun kompetisi dan gengsinya.

Meski manajer dan pemain United lebih vokal mendeklarasikan hasratnya untuk memenangi silverware dan jalan untuk menggapai juara liga tampak amat terjal, bukan berarti rentetan performa United di EPL belakangan ini otomatis menjadi suatu kesia-siaan. Justru momentum positif yang dialami Setan Merah seperti saat ini harus terus dijaga sebelum kompetisi memasuki fase akhir jelang musim panas ketika intensitas kompetisi amat padat dan sentimental yang otomatis berpotensi besar menguras stamina dan mental para pemain dan pelatih.

Jika saja United terus menerus tampil apik dan bisa memanen poin sebanyak-banyaknya, tentu akan mengamankan posisi mereka di klasemen liga sebagai ancang-ancang jika Solskjaer lebih menjadikan silverware sebagai prioritas. Misalkan ketika United akan menjalani laga di ajang piala domestik atau Liga Europa, Solskjaer bisa melakukan rotasi dengan mengistirahatkan sejumlah pemain di pertandingan liga. Untuk meminimalisasi kemungkinan terburuk, dalam hal ini kedalaman skuad menjadi sangat krusial bagi kampiun Inggris dua puluh kali itu.

Manajemen Setan Merah tentu saja tidak ingin mengulangi situasi yang terjadi pada musim 2016/2017 dan 2019/2020 yang lalu ketika mereka harus “mengorbankan” salah satu ajang yang mereka arungi demi suatu prioritas yang dirasa lebih urgen. Misal pada musim 2016/2017 waktu ketika United masih ditangani oleh Mourinho yang lebih mengejar trofi Europa League untuk lolos ke Liga Champions ketimbang mengamankan posisi liga. Di akhir musim itu, United kerap kali menurunkan tim cadangan dalam pertandingan liga agar para pemain utama bisa tampil prima dalam gelaran kompetisi Eropa. Walaupun Mourinho pada akhirnya berhasil mengantarkan United merengkuh gelar Liga Europa, Setan Merah terperosok di peringkat enam klasemen akhir liga.

Hal serupa terjadi musim lalu tatkala United tengah berebutan posisi empat besar dengan Chelsea dan Leicester City. Dalam kurun waktu yang sama, skuad arahan Ole Gunnar Solskjaer mesti melakoni babak semi final Piala FA kontra Chelsea. Saat itu, United hanya punya waktu tiga hari istirahat setelah menjalani laga sulit melawan Crystal Palace, sedangkan Chelsea punya jeda lima hari istirahat. Ujungnya, Solskjaer memilih berjudi dengan menyimpan beberapa pemain utama di laga itu seperti Paul Pogba, Mason Greenwood, dan Anthony Martial. Hasilnya, United keok 1-3 di Wembley.

Meski demikian, pengorbanan Ole untuk memenangi trofi pertamanya demi kelangsungan finansial klub dan nilai tawar untuk memikat pemain incaran dapat dibayar lunas dengan lolosnya Man. United ke Liga Champions setelah berhasil menempati peringkat ketiga klasemen akhir Liga Primer.

Untuk menghindari hal semacam itu terjadi lagi, United musim ini harus banyak-banyak bergantung pada kedalaman skuad yang mereka punyai untuk menjaga asa menjuarai silverware dan tetap mampu tampil baik di liga. United sendiri di awal musim telah merekrut beberapa pemain yang dinilai bisa menambal kedalaman skuad yang tidak terdapat dalam komposisi susunan pemain Setan Merah pada musim-musim sebelumnya, di mana terjadi perbedaan kualitas yang cukup timpang antar penghuni skuad utama dan cadangan.

Pada musim panas lalu, Manchester United berhasil memboyong Donny van de Beek, Edinson Cavani, dan Alex Telles. Keberadaan tiga pemain tersebut, ditambah Dean Henderson yang kembali dari masa peminjamannya dari Sheffield United, sejauh ini terbukti telah memberikan banyak opsi alternatif bagi Solskjaer dari bangku cadangan semisal skema permainan berjalan buntu atau sekadar melakukan rotasi.

Meski sebenarnya mereka tidak banyak merumput sejak menit awal, kontribusi mereka baru akan menjadi kunci saat kompetisi mencapai tahap akhir pada bulan April mendatang. Keberadaan mereka akan memudahkan Solskjaer jika berencana melakukan rotasi pemain atau menggantikan pemain yang cedera karena jadwal yang begitu padat.

Di samping cedera, virus Corona yang masih sukar dikendalikan juga menjadi ancaman baru bagi tim manapun, karena para pemain bisa saja terinfeksi Covid-19 sehingga mesti absen dan mengganggu performa tim.

Walaupun tak berhasil mendaratkan nama tenar seperti Jadon Sancho, transfer yang dilakukan United pada awal musim sejauh ini berdampak positif. Selain membuat persaingan antar pemain jadi lebih kompetitif, kondisi tersebut dapat membawa United mampu mengarungi jadwal padat yang menguras tenaga dan pikiran dengan lebih nyaman. Serta yang paling penting, mengakomodasi rasa haus mereka akan gelar juara.

*Penulis bisa diajak ngobrol di akun twitter @DamarEvans_06

**Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.

Komentar