Promosinya FC Twente dan Makna Sekaleng Bir

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Promosinya FC Twente dan Makna Sekaleng Bir

Oleh: Adityo Nugroho

“Twente Komt Eraan”, pekik kemenangan para suporter atas keberhasilan FC Twente promosi ke Eredivisie. Secara harfiah mereka meneriakan suatu frasa yang memiliki arti “Twente Akan Datang”.

Awal kisah ini bermula beberapa bulan yang lalu di Kabupaten Enschede tempat tinggal penulis. Perjumpaan dengan salah satu bapak-bapak (meneer) asli Belanda ketika tanpa sengaja berada dalam satu lift apartemen. Menuju lantai yang sama, dalam balutan nuansa busana yang sama, setelan jogging. Setelah sama-sama membisu tanpa suara dalam kotak lift yang kecil, barulah sang meneer membuka obrolan ketika berjalan bersama di lorong apartemen.

Bahan obrolan pertama yang dilontarkan adalah pertanyaannya tentang jersey home PSS Sleman yang kebetulan penulis pakai. Layaknya idiom lawas, obrolan seputar sepakbola mampu menyambungkan dua insan dengan latar belakang yang berbeda.

Cukup lama kami mengobrol ngalor ngidul seputar sepakbola, belakangan penulis ketahui bahwa sang meneer salah satu supporter fanatik FC Twente. Jadilah kami bertukar cerita tentang kesebelasan yang didukung masing-masing.

Satu kesebelasan dari negara berperingkat tinggi di FIFA, satu lagi kesebelasan dari negara yang ranking FIFA-nya seratus sekian puluh sekian (159 per Mei 2019—red). Entah menikmati obrolan atau capek meladeni penulis yang hanya bisa berbahasa Inggris ala kadarnya, sang meneer mengajak masuk ke dalam apartemennya yang persis di samping apartemen penulis.

Setelah masuk, tak lama berselang sudah ada dua boks kardus diletakan di depan penulis. Awalnya sempat kaget dengan ulah sang meneer, walau pada akhirnya penulis hanya bisa tersenyum simpul.

Ya, isi dua boks tersebut adalah pernak-pernik FC Twente yang dikumpulkannya selama puluhan tahun. Barang-barang lawas ini menjadi saksi bisu sang meneer dalam mengawal perjuangan FC Twente baik kandang ataupun tandang.

Beragam barang mulai dari majalah, tiket pertandingan, foto, poster, gantungan kunci, kartu pos, serta potongan berita koran yang dijadikan kliping. Bahkan sampai menyimpan replika “piring juara” Eredivisie, dengan ukuran sama dengan aslinya. Walau sebenarnya hanya foto yang dicetak pada selembar kertas dan ditempelkan pada potongan kardus, sefanatik itu.

Bahkan lebih nyeleneh lagi sang meneer sampai-sampai masih menyimpan kaleng bir bekas minum di semua pertandingan final yang melibatkan FC Twente. Amazing.

Di akhir obrolan sang meneer memberikan salah satu koleksinya berupa kartu pos lawas dengan latar foto Stadion De Grolsch Veste. Katanya, biar penulis bisa mengirimkannya ke salah satu teman di Indonesia. Sontak penulis menanggapi bahwa kartu pos tidak akan dikirim, cukup berpindah tangan saja untuk kembali disimpan. Eman, banyak kenangannya.

***

Tak lama berselang divisi kedua Liga Belanda yang diikuti FC Twente atau lebih dikenal dengan Eerste Divisie telah usai. Setelah berkompetisi semusim penuh selama 2018/19, FC Twente menjadi kampiun dengan raihan 80 poin. Hasil ini didapat dari 38 pertandingan dengan rincian 25 kali menang, lima kali imbang, dan delapan kali kalah.

Berjarak lebih dari 10 poin dari para pesaingnya, sangat impresif. FC Twente sebenarnya sudah mengunci gelar juara sejak pekan ke-35 (dari total 38 pertandingan). Di pekan tersebut FC Twente berhasil menahan imbang Jong AZ Alkmaar dengan skor 0-0, di waktu sama pesaing terdekatnya, yaitu Sparta Rotterdam kalah 0-2 di kandang Jong PSV.

FC Twente juara Keuken Kampioen (Eerste) Divisie – Sumber: Akun Twitter @fctwente

Eerste Divisie telah usai, lalu siapa yang menemani FC Twente promosi ke Eredivisie? Sampai naskah ini ditulis, belum bisa dipastikan siapa dua kesebelasan lain yang musim depan menemani FC Twente berlaga di divisi teratas Liga Belanda.

Sistem promosi degradasi antar dua divisi ini bisa dibilang lumayan rumit. Tidak seperti kebanyakan liga-liga top Eropa lain.

Skema degradasi dan promosi pada contoh enam liga di Eropa

Tabel di atas adalah perbandingan sistem degradasi promosi antar dua divisi teratas di enam liga top Eropa (berdasarkan koefisien UEFA terbaru, Belanda berada pada peringkat ke-11; sementara enam liga top Eropa adalah Spanyol, Inggris, Italia, Jerman, Perancis, dan Rusia—red). Keenam liga ini menyediakan sejumlah tiga kuota divisi pertama untuk diperebutkan, baik dari promosi langsung, play-off promosi, maupun play-off degradasi.

Liga Inggris dan Spanyol punya konsep yang sama persis, tiga kesebelasan langsung terdegradrasi dari divisi pertama (Premier Leauge dan La Liga). Dari divisi kedua (Championship dan Segunda División ) ada dua kesebelasan promosi langsung, sedangkan empat kesebelasan lain harus berjuang memperebutkan tiket terakhir lewat jalur play-off promosi.

Liga Italia (Serie A) hampir mirip dengan Inggris dan Spanyol, hanya saja play-off promosi dari divisi kedua (Serie B) diperebutkan enam kesebelasan.

Agak lain dengan Liga Jeman (Bundesliga) dan Perancis (Ligue 1), di mana hanya ada masing-masing dua kesebelasan yang terdegradasi langsung dari divisi pertama. Sedangkan peringkat ketiga dari bawah harus menjalani laga play-off, dengan satu kesebelasan lain dari divisi kedua untuk Liga Jerman (2. Bundesliga) dan dengan tiga kesebelasan lain dari divisi kedua untuk Liga Perancis (Ligue 2).

Liga Belanda punya cerita sendiri. Hanya satu kesebelasan terdegradasi langsung dari divisi pertama, dengan dua kesebelasan lain masuk zona play-off. Divisi kedua memberi satu tempat untuk promosi langsung, dan luar biasanya memberi delapan tempat posisi play-off promosi.

Namun tunggu dulu, delapan kesebelasan yang berhak itu bukan hanya berasal dari peringkat 2-9. Selain berdasarkan peringkat, ada beberapa kriteria pendahuluan untuk memilih delapan kesebelasan lolos play-off dari divisi kedua.

Pertama, bukan tim muda (jong) kesebelasan Eredivisie. Divisi kedua Belanda memang memperbolehkan tim muda ikut berpartisipasi. Tahun ini ada Jong PSV, Jong Ajax, Jong AZ Alkmaar, dan Jong Utrecht.

Keempat tim tersebut tidak berhak promosi ataupun mengikuti play-off promosi jika peringkat mereka memungkinkan. Kedua, dari delapan kesebelasan yang lolos play-off promosi di dalamnya termasuk empat kesebelasan yang masing-masing menjuarai empat periode selama liga bergulir.

Periode pertama (hasil pertandingan pekan 3-11), periode kedua (hasil pertandingan pekan 12-20), periode ketiga (hasil pertandingan pekan 21-29), dan periode keempat (hasil pertandingan pekan 30-38). Ketiga, baru sisa empat kesebelasan lain menurut klasemen akhir.

Klasemen akhir Eerste Divisie 2018/2019 – Sumber: fctwente.nl

Klasemen akhir Eerste Divisie di atas bisa kita gunakan untuk melihat siapa saja delapan kesebelasan yang lolos fase play-off promosi. Kesebelasan yang memenangi empat periode liga (pada tabel klasemen diberi tanda “+”) adalah Sparta Rotterdam (periode pertama), FC Den Bosch (periode kedua), FC Twente (periode ketiga), dan Almere City FC (periode keempat).

Karena FC Twente mendapat jatah promosi langsung, maka masih tersisa lima tempat yang diisi berdasarkan peringkat. Dengan tidak mengikutsertakan Jong PSV yang merupakan tim muda, maka kesebelasan yang berhak mengikuti play-off adalah Go Ahead Eagles, Top Oss, RKC Waalwijk, NEC Nijmegen, dan SC Cambuur.

Barulah peringkat akhir klasemen akan digunakan untuk menentukan posisi kesebelasan dalam tahapan play-off. Ada tiga tahapan yang harus dilalui untuk mendapatkan satu dari dua jatah play-off, dengan format pertandingan kandang-tandang.

Ronde pertama mempertemukan empat dari delapan kesebelasan play-off dengan peringkat Eerste Divisie paling rendah. Ronde kedua diikuti delapan kesebelasan, mempertemukan empat kesebelasan dengan peringkat lebih baik dan dua kesebelasan zona play-off (peringkat 16 dan 17) Eredivisie yang berjumpa pemenang ronde pertama.

Barulah di ronde ketiga mempertemukan empat kesebelasan yang lolos ronde kedua. Pemenang akan promosi. Cukup rumit bukan?

Skema Play-off degradasi dan promosi Eredivisie dan Eerste Divisie Belanda 2018/19 – Sumber: Wikipedia

***

Seperti yang pernah penulis ungkapkan pada tulisan terdahulu, ”Menikmati Sepakbola di Maguwoharjo dan De Grolsch Veste”, keberhasilan FC Twente tahun ini merupakan kali kedua berturut-turut penulis merayakan euforia promosinya kesebelasan dari divisi kedua, setelah tahun sebelumnya PSS Sleman.

Beragam pesta perayaan silih berganti menghiasi Kabupaten Enschede, semua warga tanpa terkecuali menjadikan momen ini sebagai topik pembicaraan di mana-mana. Cukup semusim mereka melihat De Grolsch Veste hanya dikunjungi kesebelasan- kesebelasan semenjana.

Tahun depan kembali kesebelasan- kesebelasan besar macam Ajax, PSV, dan Feyenoord akan bertandang ke stadion kebanggaan warga kabupaten. Semua bersuka cita atas kembalinya kesebelasan “kuda jingkarak” ke divisi tertinggi.

Pun dengan penulis, walau baru lima bulan bermukim tapi semangat Tukker (sebutan untuk penduduk wilayah Twente) tampaknya sudah meresap dalam. Seperti kala itu, beberapa hari setelah FC Twente dipastikan promosi. Pasca rutinitas jogging sore, kembali menghampiri salah satu meneer tetangga apartemen yang berdarah asli Tukker, sedikit mengganggu ritual basuh sepeda sorenya.

Penulis memulai sapaan selamat sore dalam bahasa Belanda yang terbata-bata, dilanjutkan ucapan selamat atas promosi kesebelasan yang telah didukungnya selama puluhan tahun, tentu kali ini dengan bahasa Inggris.

Wajah sumringah langsung terpancar dari wajah sang meneer. Diikuti beragam ocehan tentang keberhasilan kesebelasan kesayangannya musim ini dan rasa tak sabarnya untuk segera menatap musim depan.

Sesaat sebelum obrolan berakhir, sang meneer menghilang menuju dapur. Sampai akhirnya keluarlah sang meneer membawa sekaleng bir dan diulungkannya. Sebagai perayaan katanya, entah mau diminum atau tidak terserah karena tidak tahu apakah penulis minum bir atau tidak, imbuhnya. Penulis terima dengan senang hati.

Sekaleng bir yang diberikan pun bukan sembarang bir. Melainkan bir kaleng edisi khusus yang diproduksi pabrik bir lokal, produk sama yang mengakuisisi nama stadion FC Twente. Bir kaleng edisi khusus ini memang diproduksi sebagai apresiasi atas dukungan suporter untuk membawa kembali FC Twente ke Eredivisie. Dalam desainnya tentu tidak lupa menambahkan slogan “Twente Komt Eraan”.

Lalu bagaimana sekaleng bir perayaan ini dimaknai oleh suporternya? Bagi sang meneer, dan mungkin bagi kebanyakan warga Belanda, minum bir bersama adalah tanda perayaan akan suatu kemenangan spesial.

Promosinya FC Twente adalah kemenangan besar yang patut dirayakan oleh sang meneer, dengan minum bir tentunya. Sama seperti yang dilakukannya tahun 2010 lalu ketika menjuarai Eredivisie, untuk kemudian menyimpan lagi kaleng bir bekas minumnya entah sampai kapan. Mungkin untuk kemudian diperlihatkan pada orang baru yang akan ditemuinya.

Bagi penulis sendiri paling tidak ini tanda persahabatan dari kawan seorang Tukker, sesama suporter yang mencintai kesebelasan idolanya masing-masing. Lagian apa susahnya menerima pemberian orang lain, yang ada malah rasa bangga. Entah memang dia membeli lebih untuk diberikan ke penulis atau hanya ketidaksengajaan. Pertanyaannya, apakah yang harus dilakukan penulis dengan sekaleng bir ini. Menyimpan seisinya, atau diminum dulu baru menyimpan kaleng birnya seperti yang dilakukan MeneerGertz?

Penulis merupakan peneliti yang berdomisili di Enschede, Belanda. Bisa dihubungi lewat akun Twitter di @AdityoNugroho89

Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.

Komentar