Belajarlah dari Lady Gaga, Super Mario!

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Belajarlah dari Lady Gaga, Super Mario!

Oleh: Reynaldi Manasse*

Mario Balotelli, salah satu nama yang pastinya muncul di benak sebagian besar orang tatkala ditanya perihal pesepakbola kontroversial. Sosok yang satu ini kerap disebut sebagai salah satu talenta terbaik yang gagal memaksimalkan potensinya.

Bukan cedera atau hambatan lain yang kerap dialami pemain pada umumnya, Balotelli gagal mencapai puncak kariernya karena berbagai kontroversi yang dibuatnya sendiri. Penyerang asal Italia yang juga berdarah Ghana ini seakan punya halaman khusus berisi daftar ulah yang pernah dibuat dalam CV pribadinya.

Karier pria kelahiran 12 Agustus 1990 itu sejatinya bukan tanpa prestasi. Ia pernah menjadi pilar Manchester City ketika menjuarai Piala FA 2011 dan Premier League 2012. Bahkan asisnya untuk Sergio Aguero menjadi satu momen krusial sekaligus penentu The Citizens meraih gelar liga setelah penantian selama 44 tahun.

Di level tim nasional, Balotelli juga pernah menjadi tumpuan Gli Azzurri saat mengantarkan mereka menjadi runner-up Piala Eropa 2012, meski langkah Andrea Pirlo dkk harus dihentikan Spanyol di partai puncak.

Sayangnya rentetan prestasi di atas tak diikuti dengan sikap dan karakter Balotelli. Pemain berjuluk Super Mario ini malah lebih sering berulah dan melakukan berbagai hal yang kemudian dicap negatif.

Berkelahi dengan rekan setim memperebutkan jatah tendangan bebas, menyalakan kembang api di area latihan kesebelasan, hingga berkata kurang sopan tentang Ratu Elizabeth, merupakan sederet kelakuan yang pernah dilakukan mantan pemain Internazionale Milan itu baik di dalam maupun di luar lapangan.

Bahkan pelatih sekaliber Jose Mourinho, yang juga terkenal dengan kontroversinya, mengaku kelimpungan saat melatih seorang Balotelli.

“Di suatu pertandingan, aku hanya memiliki satu striker tersisa (Balotelli). Ia mendapat kartu kuning di babak pertama. Sepanjang istirahat, aku habiskan 5 menit untuk membahas strategi babak kedua. 10 menit [sisa]nya hanya untuk berbicara dengannya. Aku katakan ‘Mario tolonglah, jangan melakukan hal yang tidak perlu,’ dan di menit ke-46, ia mendapat kartu kuning kedua,” cerita Mourinho saat ditanya momen tak terlupakannya bersama Balotelli.

Masalah attitude berdampak langsung pada karier Super Mario. Melanglang buana di Liga Inggris bersama City dan Liverpool, sempat kembali ke Serie A bersama AC Milan, hingga kini bertualang ke Ligue 1 Prancis bersama OGC Nice, sinar Balotelli tak seberkilau dulu, bahkan cenderung meredup. Di timnas pun, ia sudah tak menjadi pilihan utama.

Dua Sisi Mata Uang Lady Gaga

Bergeser sedikit ke industri musik, Lady Gaga juga merupakan salah satu nama yang diingat orang ketika menyinggung soal musisi kontroversial. Penyanyi bernama asli Stefani Joanne Angelina Germanotta ini memang dikenal berkat lagu ciptaan, gaya berbusana, hingga aksi panggung nyentrik nan mengundang perdebatan.

Soal prestasi, nama Lady Gaga tak perlu diragukan lagi. Mengawali karier di dunia hiburan pada 2001, pelantun Poker Face ini punya segudang prestasi di antaranya enam piala Grammy, tiga Brit Awards hingga beberapa Rekor Dunia Guinness.

Belum lagi angka penjualan album fantastisnya yang pernah menembus angka 27 juta keping di tahun 2016, yang kala itu menjadikannya salah satu musisi dengan rekor penjualan album terbanyak di dunia.

Meski demikian, nama Gaga tak bisa lepas dari kontroversi. Seperti Balotelli, penyanyi berjuluk Mother Monster itu juga kerap menghebohkan dunia dengan berbagai kontroversi yang dibuatnya. Menciptakan lirik lagu serta koreografi erotis sekaligus terkesan menyesatkan, membuat varian rasa Air Susu Ibu (ASI) pada produk es krim miliknya, hingga mengenakan busana berbahan dasar daging mentah yang mengundang hujatan berbagai komunitas pecinta hewan, adalah rangkaian ulah Gaga yang dianggap negatif.

Layaknya sebuah mata uang, Lady Gaga sejatinya juga mempunyai dua sisi berbeda. Semua citra diri di atas seakan lenyap ketika menyaksikan film A Star is Born. Ya, film musikal pertama yang dibintangi Gaga bersama sutradara sekaligus aktor kenamaan, Bradley Cooper. Sepanjang 134 menit durasi film, kita seperti melihat sisi lain seorang Lady Gaga.

Berperan sebagai Ally, pegawai restoran biasa yang punya talenta emas dalam bernyanyi, pertemuannya dengan Jackson Maine (diperankan Cooper) yang merupakan bintang rock terkenal mengubah jalan hidupnya. Maine yang melihat potensi Ally kemudian mengajaknya ke setiap panggung konser sehingga nama Ally semakin populer dan menarik perhatian produser musik dunia. Hingga akhirnya Ally menjadi seorang penyanyi papan atas yang mampu meraih Grammy.

Gaga bisa dibilang tampil sempurna sebagai Ally di film ini. Ia sukses menampilkan sosok gadis biasa dengan segala kepolosannya dan fokus untuk meraih mimpi-mimpinya. Kita seakan diajak melupakan segala pernik kontroversi yang melekat pada dirinya.

Meski awalnya banyak yang meragukan, Cooper ternyata sangat mempercayai Gaga untuk memerankan karakter Ally. “Ada 100 orang dalam ruangan dan 99 di antaranya tidak memercayaimu. Kamu hanya butuh satu orang percaya dan orang itu bisa mengubah hidupmu. Itulah yang Bradley lakukan padaku,” ujar Gaga dalam setiap sesi interview untuk film A Star is Born.

Mengambil Pelajaran

Mengambil pelajaran dari kisah Lady Gaga, Balotelli sejatinya bisa mengambil banyak pelajaran berharga. Yang terpenting mungkin adakah bagaimana menjadi pribadi yang ‘sederhana’, fokus memaksimalkan talenta yang dimiliki guna meraih prestasi. Menjauhi bahkan lepas dari segala hal yang mengundang kontroversi nyatanya bisa jadi faktor penunjang.

Mungkin saja Super Mario perlu menemukan sosok ‘Bradley Cooper’ yang mampu melihat, menggali dan memaksimalkan potensinya. Sosok itu sejatinya pernah ada pada diri Roberto Mancini.

Mancio adalah orang yang kali pertama menangani Balotelli di Inter, sekaligus yang membawanya ke City. Ia pun adalah sosok sama yang memanggilnya kembali ke timnas Italia beberapa waktu lalu.

Namun, ‘Bradley Cooper’ sehebat apapun tak akan mampu berbuat banyak jika Balotelli sendiri tak mau berubah dan memaksimalkan potensi dirinya. Terlebih di usianya yang sudah menginjak 28 tahun, rasanya tak ada waktu untuk menunda-nunda lagi jika ingin kembali ke jalur yang benar.

Lantas mampukah Super Mario mengembalikan atau setidaknya memulihkan kariernya? Bisakah ia mengikuti jejak Lady Gaga untuk sejenak menanggalkan kontroversi dan fokus pada tujuan utama yaitu berprestasi di sepakbola? Sejatinya tak ada kata terlambat. Pun jika memang sudah terlambat, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, bukan?


*Penulis adalah playmaker di dalam dan di luar lapangan. Bisa dihubungi lewat akun Twitter dan Instagram di @reymanasse

**Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.

Komentar