Membela Schalke, Melawan Schalke

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Membela Schalke, Melawan Schalke

Harapan Benedikt Howedes tinggi walau operasi pangkal paha pada Mei 2017 memaksanya menepi 67 hari. Tinggal menunggu lampu hijau sampai dia bisa kembali berlatih bersama Schalke—bersama Schalke yang menjelang era baru dengan Domenico Tedesco di posisi kepala pelatih.

“Aku sangat tidak sabar karena para pemain sudah berbicara tentang bagaimana menariknya latihan, betapa antusiasnya pelatih baru menangani mereka, dan energi yang dibawanya ke tim,” ujar Howedes dalam wawancara eksklusif yang dimuat di laman web Bundesliga. “Mereka penuh harap dan sangat antusias mengenai latihan dan gagasan taktis. Kami harap kami dapat menerapkannya. Kami harus menebus musim lalu.”

Schalke menyudahi musim 2016/17 di posisi sepuluh. Untuk klub papan atas Liga Jerman, untuk klub yang pada 2011 bisa melaju sejauh semifinal Liga Champions, jelas itu bukan pencapaian yang bisa dibanggakan. Kembali ke kompetisi Eropa, walau hanya Liga Europa, menurut Howedes adalah harga yang tidak bisa ditawar.

“Tentu bukan tujuan kami untuk menjadi kuda hitam dan mengejutkan untuk jangka waktu yang pendek,” ujar Howedes. “Ini tentang keberlanjutan, ini yang kami inginkan di Schalke. Hasilnya kami berinvestasi dalam banyak pemain muda berpotensi. Sebagai tambahan, Domenico Tedesco adalah manajer muda yang ingin meraih banyak hal lewat dinamisme dan sikap riangnya. Itulah yang akan kami kerjakan bersama mulai saat ini.”

Di luar target kolektif, Howedes punya target pribadi. Tidak muluk-muluk, hanya tetap bugar sepanjang musim agar bisa maksimal menjalankan tugasnya sebagai kapten Schalke, tugas yang sudah diembannya sejak 2011. Tedesco, walau demikian, punya agenda berbeda. Ban kapten dipindahkannya ke lengan Ralf Fahrmann.

“Ini bukan keputusan yang dibuat untuk menentang Benedikt,” ujar Tedesco menjelaskan. “Benedikt selalu berjuang saat situasi tidak begitu baik tapi kami tidak ingin pemain-pemain lain sembunyi di belakangnya. Kami ingin memberi dorongan baru kepada tim dan membagi tanggung jawab kepada sejumlah pemain. Utamanya, kami ingin Leon [Goretzka] dan Ralf [Fahrmann] memimpin dari depan. Kami memulai masa baru. Benedikt masih memiliki hak dan kewajiban untuk bicara sampai sekarang, seperti pemain-pemain lain.”

Alasan Tedesco sedikit banyak taktis, walau rekam jejak cedera Howedes dua musim ke belakang juga memainkan peran dalam pengambilan keputusan. Tedesco menginginkan pemain-pemain belakang yang mampu memainkan bola, bek tengah yang lancar menjalankan transisi dari bertahan ke menyerang. Untuk menjalankan taktiknya, Tedesco sampai menggeser Benjamin Stambouli dari lini tengah ke lini belakang. Ditambah masalah kebugaran, Howedes semakin terbenam di bangku cadangan.

“Menurutku sangat mengesankan bagaimana dia membaktikan seluruh hidup dan setiap tetes energinya untuk satu klub,” pernah Howedes berujar mengenai Francesco Totti kepada Blauer Brief, fanzine yang dikelola Ultras Gelsenkirchen, kelompok pendukung Schalke. “Totti bertahan di klubnya melewati masa-masa baik dan buruk. Zaman sekarang, aku rasa itu istimewa.”

Ucapan Howedes bukan omong kosong. Sejak bergabung dengan Schalke di usia 13, sepuluh tahun sebelum dipercaya mengemban peran kapten, empat kali sudah dia menandatangani perpanjangan kontrak—yang terbaru pada Februari 2016, kontrak yang mengikatnya hingga 2020.

Para pendukung Schalke juga mencintainya. Bagaimana tidak? Pernah pada sebuah kesempatan, karena tak bisa bermain akibat cedera, Howedes ikut bertandang ke Mainz bersama para pendukung alih-alih ikut rombongan tim. Ia menonton pertandingan di tribun tandang, sebagai pendukung.

Karenanya para pendukung Schalke tidak begitu saja menerima keputusan Tedesco. Pada 27 Agustus 2017, di pertandingan ketiga Tedesco sebagai kepala pelatih Schalke (laga tandang melawan Hannover), para pendukung Schalke membentangkan spanduk berisi tuntutan untuk “perlakuan hormat kepada pemain yang berhak mendapatkannya.”

Namun semuanya sudah terlanjur. Peran pelapis tak cukup baik untuk Howedes. Per 30 Agustus dia sudah menjadi pemain Juventus. “Aku pergi sebagai pemain, tapi tetap pendukung [Schalke]! Terima kasih, Schalke, untuk 16 tahun ini!” tulis salam perpisahan Howedes lewat akun Twitter-nya.

Massimiliano Allegri, kepala pelatih Juventus, menerima Howedes atas dasar pengalaman dan kemampuan bermain di posisi “bek kanan, bek tengah, dan pemimpin.” Kontraknya membuat status Howedes hanya pinjaman selama musim 2017/18, dengan opsi pembelian di musim berikutnya.

Opsi tersebut tak pernah diambil Juventus pada akhirnya. Selama di Turin Howedes menderita lima cedera yang memaksanya menepi selama 140 hari, melewatkan 30 pertandingan Juventus. Yang tidak diambil Juventus disambar Lokomotiv Moskwa. Per musim ini Howedes berkarier di Rusia, dan Rabu malam WIB dia akan berhadapan dengan klub yang membesarkannya.

Komentar