Bagaimana Taktik Sederhana Tedesco Mengangkat Schalke?

Taktik

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Bagaimana Taktik Sederhana Tedesco Mengangkat Schalke?

Penjelasan untuk keberhasilan FC Schalke 04 duduk nyaman di peringkat kedua klasemen sementara Bundesliga musim ini adalah satu nama: Domenico Tedesco.

Tedesco belum lagi semusim menangani Schalke (ia baru ditunjuk menjadi pelatih kepala pada awal musim ini) namun gagasan-gagasan besarnya sudah dapat diterima dan, yang terpenting, berhasil.

Menyoal taktik, Tedesco tidak membawa perubahan mencolok namun di saat yang bersamaan ia mengubah Schalke musim ini menjadi Schalke yang berbeda dari musim-musim sebelumnya.

Begini: gaya menyerang Schalke di bawah arahan Tedesco tetap sama—tetap vertikal, tetap mengambil rute langsung. Formasi tiga bek tengah, susunan pemain belakang andalan Tedesco, juga bukan hal baru bagi Schalke.

Yang membuat Schalke musim ini tampak segar adalah detail-detail taktik yang Tedesco tanamkan, juga fleksibilitas taktik yang ia mainkan.

Tedesco mendasarkan permainan timnya kepada formasi pertahanan yang—dalam bahasa Tedesco sendiri—indah. Tiga bek tengah yang mendapat perlindungan dari dua gelandang. Fungsi utama dua gelandang Schalke, utamanya, adalah pemutus jalur umpan. Tidak perlu menekan, hanya mengarahkan. Membuat lawan memindahkan bola ke sayap berarti berhasil.

Dengan memindahkan bola ke dekat garis tepi, para pemain lawan akan berhadapan dengan dua wingback dan akan terlibat dalam perebutan bola yang alot. Pemain sayap Schalke hanya ada dua, dan keduanya pekerja keras.

Merangsek ke tengah melewati dua gelandang Schalke sendiri adalah perkara mudah, mengingat dua gelandang Schalke tidak agresif menekan. Berhadapan dengan para bek tengah Schalke, sementara itu, adalah persoalan yang berbeda.

Lawan melewati gelandang adalah sinyal untuk bermain menekan. Begitu lawan dan bolanya memasuki sepertiga pertama Schalke, tiga bek tengah dan dua gelandang Schalke bermain menekan untuk memaksa lawan kehilangan bola.

Begitu penguasaan bola berpindah kepada Schalke, salah satu dari tiga bek tengah melepas umpan langsung kepada para penyerang. Secepat mungkin memindahkan bola dari kaki bek tengah ke penyerang adalah penting, karena lawan sedang dalam transisi menyerang ke bertahan.

Dua gelandang tengah (para pemberi perlindungan terhadap lini belakang) dan satu gelandang serang dilewati sama sekali dalam kiriman ini, namun mereka bukannya tak ada fungsi. Begitu bola dikirim kepada para penyerang, tiga gelandang Schalke dan dua wingback-nya bergerak naik.

Tentu fungsi para gelandang dan wingback Schalke bukan penyokong dan pelindung penyerang dan bek tengah saja. Ketika serangan cepat dari sepertiga pertama ke sepertiga akhir gagal, tiga gelandang Schalke siap sedia membangun serangan gelombang kedua.

Jika para bek tengah memulai serangan saat penyerang lawan kehilangan bola, para gelandang Schalke justru memulai serangan ketika yang kehilangan bola adalah penyerang mereka sendiri. Kuncinya tetap sama: mengejutkan lawan di masa transisi.

Utamanya, taktik ini berhasil karena satu hal: gaya main gelandang Schalke yang tidak agresif mengundang para pemain lawan untuk menyerang. Ini, pada akhirnya, membuat pertahanan lawan cukup rentan terhadap serangan balik. Untuk lawan yang bertahan di kedalaman, Tedesco punya pendekatan yang berbeda.

Ada waktunya, Schalke tidak memainkan bola vertikal secepat mungkin. Jika lawan tak memberi cukup ruang dan kesempatan untuk itu, maka Schalke akan dengan sabar menjaga penguasaan bola. Tentu bukannya tanpa tujuan. Penguasaan bola Schalke dilakukan agar lawan terpancing keluar dari wilayah pertahanan. Jika itu terjadi, barulah umpan-umpan kunci dikirimkan.

Sesederhana itu saja taktik Tedesco di Schalke—sesederhana dan seefektif itu.

Namun persiapannya tidak sederhana. Bahwa para pemain Schalke mampu dengan baik menjalankan instruksi sang pelatih walau mereka belum lama bermain di bawah arahannya, adalah berkat kerja keras dan keterlibatan para pemain dalam latihan.

Tedesco tidak hanya memberi arahan, tetapi juga melibatkan para pemainnya secara aktif dalam latihan taktik. Tedesco tidak memerintahkan para pemainnya untuk melakukan A dan B, tapi menjelaskan mengapa sang pemain perlu melakukan A dan B sembari, di saat yang bersamaan, mendengarkan opini sang pemain tentang A dan B yang ia jelaskan.

Terlepas dari efektivitas taktik yang diterapkannya, pendekatan di tingkat individu inilah yang membuat Tedesco sukses di Schalke. Adalah dengan kesepahaman yang terjalin itu para pemain Schalke, dalam pertandingan, nyaris selalu berada di posisi yang tepat dalam setiap situasi. Para pemain Schalke, dengan kata lain, dibuat menjadi ahli taktik oleh Tedesco.

“Itu nyaris latihan neurologis,” ujar Tedesco pada sebuah wawancara. “Karena ini berarti memprogram ulang para pemain.”

Komentar