Rumah Christian Streich

Backpass

by Redaksi 18

Redaksi 18

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Rumah Christian Streich

Sebuah kabar membuat Christian Streich terkejut di tengah dinginnya udara Kota Freiburg pada bulan Desember 2011. Pelatih SC Freiburg, Marcus Sorg, telah dibebastugaskan oleh klub menyusul performa klub yang sangat tidak memuaskan hingga pertengahan musim 2011/12.

Sebagai seorang yang menjabat asisten pelatih Freiburg ketika itu, Streich diminta oleh klub untuk mengisi posisi yang ditinggalkan Sorg. Streich menolak tawaran tersebut pada awalnya. Ia merasa belum mampu menanggung semua tugas-tugas yang harus diselesaikannya nanti.

“Apa jadinya jika nantinya semua berjalan buruk? Apa aku yang harus disalahkan?” ujarnya saat itu.

Streich dikenal sebagai pribadi yang tegas. Ucapannya adalah hukum. Dengan demikian, tak ada harapan bagi Freiburg untuk menggaetnya sebagai pelatih.

Akan tetapi sebuah anomali terjadi pada hari itu. Hanya berselang satu jam setelah menolak tawaran melatih, Streich menarik kembali keputusannya. Ia mengaku teringat dengan kata-kata bekas Presiden Freiburg, Achim Stocker, yang berpesan kepadanya bahwa suatu saat ia harus melatih Freiburg.

Perjalanan Christian Streich bersama klub yang berdiri pada 30 Mei 1904 itu pun dimulai.

Walau terbilang sebagai pelatih baru, Streich bukanlah orang asing bagi SC Freiburg dan para pendukungnya. Streich pernah membela klub ini saat masih aktif bermain. Streich juga mengawali karier kepelatihannya dengan melatih tim muda Freiburg.

Streich langsung dihadapkan dengan masalah besar di awal debutnya sebagai pelatih Freiburg. Striker andalan mereka, Papis Cisse, memutuskan hengkang dari Freiburg pada bursa transfer musim dingin 2012. Cisse melanjutkan karier di Inggris bersama Newcastle United.

Kehilangan Cisse merupakan kerugian besar bagi Freiburg yang tengah berjuang untuk beranjak dari dasar klasemen ketika itu. Akan tetapi Streich mampu mengantisipasinya dengan merekrut pemain baru. Bukan pemain dengan nama besar, melainkan pemain yang diambil dari tim muda Freiburg.

Matthias Ginter, pemuda tulen asal Freiburg, menjadi rekrutan pertama Streich. Rekrutmen itu tepat. Di debutnya bersama Freiburg dalam pertandingan melawan Augsburg—yang juga merupakan debut pertandingan bagi Streich—Ginter berhasil mencetak satu gol penting yang memenangkan Freiburg.

Semuanya berjalan indah selanjutnya. Streich berhasil membawa Freiburg melewati 10 pertandingan tanpa sekali pun menelan kekalahan. Di akhir musim, Freiburg berhasil lolos dari ancaman degradasi dengan finis di peringkat ke-12.

Pada musim selanjutnya, Streich berhasil membawa Freiburg finis di peringkat ke-5 klasemen akhir. Streich juga membawa Freiburg melenggang ke semifinal DFB Pokal—pertama kali dalam sejarah klub.

Guncangan mulai terjadi ketika Freiburg terdegradasi dari Bundesliga pada musim 2014/15. Kendati demikian, Freiburg tetap mempertahankan Streich sebagai pelatih mereka. Ini jarang terjadi pada klub Bundesliga lain yang mana biasanya akan langsung memecat pelatih yang menyebabkan klub terdegradasi.

Keputusan untuk mempertahankan Streich tak sia-sia. Streich mampu membawa Freiburg menjuarai kompetisi Divisi Kedua pada musim 2015/16. Freiburg berhak untuk kembali ke Bundesliga musim selanjutnya.

Streich masih menjadi pelatih SC Freiburg sampai saat ini. Dengan pengabdiannya selama enam musim di Freiburg, ia menjadi satu-satunya pelatih terlama yang menangani sebuah klub di Bundesliga. Ia pun mengaku tak pernah terpikir untuk meninggalkan Freiburg.

“Keluarga dan teman-temanku ada di Freiburg. Ini rumahku. Pelatih Bundesliga mana yang bisa berkata seperti ini? Mereka pindah ke satu klub pada satu waktu, kemudian pindah lagi pada klub lain hanya dalam beberapa bulan kemudian. Sedangkan aku di sini bisa menemui keluargaku setiap saat. Ini kemewahan tersendiri.”

Komentar