Mengapa Kemenangan Sevilla atas Liverpool adalah Angin Segar bagi Real Madrid?

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Mengapa Kemenangan Sevilla atas Liverpool adalah Angin Segar bagi Real Madrid?

Oleh: Farhan Reza Gumay*

Pekan lalu, Sevilla secara mengejutkan mampu mengalahkan Liverpool dengan skor 3-1 untuk merebut trofi Europa League mereka yang kelima atau yang ketiga kalinya secara beruntun. Penampilan luar biasa skuat asuhan Unai Emery pada babak kedua mengubah segalanya. Gol luar biasa dan perayaan gol dansa yang kembali dilakukan Daniel Sturridge di malam itu menjadi tak pernah lagi diperbincangkan.

Mengejutkan? Sebenarnya tidak terlalu mengejutkan jika melihat sejarah bahwa Sevilla merupakan kampiun Europa League di dua musim sebelumnya secara beruntun. Tapi jika Anda terkejut, itu juga bukan merupakan salah Anda, mengingat luar biasanya Liverpool di Europa League musim ini di bawah asuhan Jurgen Klopp.

Jika Anda melakukan survey, saya yakin delapan dari 10 orang akan menjagokan Liverpool untuk mengalahkan Sevilla pada malam itu. Jika Anda ragu, cukup lihat perjalanan heroik The Reds menuju final. Emre Can dan kolega menyingkirkan sang rival abadi Manchester United, serta menang dramatis atas calon terkuat juara Europa League musim ini, Borussia Dortmund. Liverpool pun mampu menghancurkan Villareal untuk membalikkan kekalahan di leg pertama.

Liverpool boleh jadi hanya finis di peringkat kedelapan di Premier League, namun mereka hanya berjarak tiga poin dari peringkat kelima, dan perlu diingat, hampir selama dua bulan terakhir mereka bermain dengan pemain akademi (plus Christian Benteke dan Martin Skrtel) untuk bisa fokus di Europa League. Ditambah lagi dengan faktor Jurgen Klopp, tepatlah rasanya jika Liverpool lebih diunggulkan dibandingkan Sevilla.

Lalu, apa hubungan Real Madrid dengan Sevilla dan Liverpool? Jika diperhatikan, kondisi di final Champions League musim ini sangat mirip dengan final Europa League. Bayangkan Atletico Madrid adalah Liverpool, sebuah tim yang bukan unggulan utama untuk menjadi juara di awal kompetisi, namun berubah menjadi tim yang lebih diunggulkan di babak final.

Sama seperti Liverpool, dalam perjalanannya ke final Atletico juga menyingkirkan tim-tim yang menjadi unggulan utama juara seperti Barcelona dan Bayern Munchen. Tak perlulah rasanya diceritakan di sini bagaimana luar biasanya penyelamatan-penyelamatan dari Jan Oblak, solo run indah ala Saul, gol – gol khas ala Antoine Griezmann, serta perjuangan Atletico ketika harus bermain dengan 10 pemain saat Torres di kartu merah kala menghadapi Barcelona. Semua hal sudah dialami Atletico dalam perjalanan mereka menuju final, mulai dari mengalami adu penalti kontra PSV, membalikkan keadaan saat kalah di leg pertama menghadapi Barcelona, dan mati-matian mempertahankan keunggulan di leg pertama atas Bayern Munchen.

Bandingkan dengan Madrid, mereka “hanya” berhadapan dengan AS Roma, bersusah payah menghadapi Wolfsburg, dan secara membosankan menyingkirkan Manchester City yang bahkan memiliki poin sama dengan tim asuhan Louis van Gaal di Premier League.

El Real menghadapi lawan-lawan yang secara kualitas jauh di bawah mereka, namun tak pernah bisa menang dengan meyakinkan. Tak heran rasanya jika Atletico lebih diunggulkan dibandingkan sang rival sekotanya itu pada final kali ini.

Atletico jelas sudah pasti berbeda dengan Liverpool, di mana pemain- pemain mereka sudah memiliki pengalaman tampil di final pada turnamen sebesar ini ketika dua tahun lalu juga menghadapi lawan yang sama. Skuat mereka juga mayoritas masih sama ketika menjuarai La Liga dua musim lalu. Mereka juga memiliki sosok leader di dalam tim pada diri Diego Godin, dua hal yang tidak dimiliki oleh skuat muda Liverpool musim ini yang menyebabkan mereka tidak bisa menghadapi tekanan bermain di final dengan status unggulan yang melekat.

Namun, setidaknya Sevilla sudah memberikan Real Madrid sebuah contoh. This is final dan semuanya bisa terjadi. Madrid juga adalah kampiun dari turnamen antar klub paling bergengsi di Eropa ini dua musim lalu, kejadian yang hampir mirip dengan Sevilla. Status mereka yang underdog mungkin juga akan membantu untuk menghilangkan beban sehingga mereka bisa tampil lepas.

Ingat, final hanya berlangsung dalam satu leg, final juga tidak mementingkan hasil dari laga- laga sebelumnya, tidak peduli bagaimana Atletico hebatnya menyingkirkan para unggulan di babak sebelumnya. Ingat juga bahwa di atas kertas, kualitas dari pemain-pemain yang dimiliki oleh Real Madrid masih di atas Atletico. Jika Sevilla mampu membalikkan semua prediksi, mengapa Madrid tak mampu?

Tentu sebagai pecinta sepakbola yang kita harapkan hanyalah sebuah partai final yang menghibur dan layak untuk dikenang, tak peduli siapa pemenangnya (kecuali Anda fans Barcelona), dan mari berharap cedera Cristiano Ronaldo tidak parah sehingga ia bisa tampil maksimal di final memberikan hiburan yang sepantasnya diterima semua pecinta sepak bola. Let’s enjoy the show football lovers!

*Penulis adalah mahasiswa jurusan Matematika Institut Teknologi Bandung. Berakun twitter @farhanreezaa

ed: fva

Komentar