Memahami Oriundo dalam Visi Pragmatisme Conte

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Memahami Oriundo dalam Visi Pragmatisme Conte

Usai ketegangan-ketegangan yang terjadi di laga Livepool vs Manchester United dan Barcelona vs Real Madrid, kini para penikmat sepakbola Eropa bakal menikmati sejenak. Pasalnya mulai akhir pekan ini kualifikasi Euro 2016 sudah dimulai kembali dan beberapa pemain kesebelasan top Eropa akan memperkuat negaranya masing-masing sejak Sabtu (28/3) mendatang. Kompetisi Eropa pun istirahat.

Ada yang menarik dari persiapan Italia. Menjelang laga kualifikasi Euro 2016 melawan Bulgaria dan ujicoba melawan Inggris, ada sedikit polemik yang melanda Italia. Polemik itu dipicu oleh pilihan Antonio Conte, pelatih Italia, yang memanggil beberapa debutan yaitu Mirko Valdifiori (Empoli), Martin Eder (Sampdoria) dan Franco Vazquez (Palermo). Nama-nama itu dipanggil, salah satunya, sebagai antisipasi menyusul cederanya Andrea Pirlo (Juventus) dan Daniele De Rossi (AS Roma).

Tapi bukan soal mutu atau kualitas kedua pemain itu yang memancing sedikit polemik, melainkan status sebagai oriundo -- khususnya dua nama terakhir.

Istilah oriundo bisa diartikan sebagai imigran. Dalam definisinya yang lebih luas, oriundo merujuk seorang warga negara asing yang mendapatkan status kewarganegaraan Italia. Termasuk juga seseorang yang lahir di negara lain tapi ada salah satu dari orang tuanya yang berdarah Italia.

Beberapa cerita terkait imigran-imigran pemain sepakbola :

Fagundez ke Piala Dunia dan Nasib Imigran Gelap dalam Sepakbola

Sepakbola Sebagai Cara Imigran Beradaptasi di Australia

Kebanggaan Baru Rakyat Basque


Soal oriundo dalam sepakbola Italia ini sebenarnya bukan barang baru, sudah muncul sejak dekade kedua abad 20. Salah satunya ketika Ermanno Aebi (Internazionale Milan) menjadi oriundo pertama Azzurri, julukan kesebelasan nasional Italia, tepatnya pada tanggal 18 Januari 1920. Aebi merupakan pemain kelahiran dari pasangan orang tua dari Swiss-Italia.

Di masa itu, masih dimungkinkan seorang pemain berganti kewarganegaraan dan masih mungkin pemain yang pernah memperkuat sebuah negara bisa bermain untuk negara lain. Contoh yang paling terkenal tentu saja Alfredo di Stefano. Lahir di Argentina, ia pernah memperkuat Argentina dan kemudian bermain untuk Spanyol seiring kepindahannya ke Real Madrid.

Istilah oriundo sendiri mulai menjamur dalam sepakbola Italia di dekade 1960an. Kebanyakan pemain nasional Italia di masa itu yang berstatus oriundo merupakan warga negara asing yang bermain di kesebelasan-kesebelasan Serie-A dan kemudian diberi status kewarganegaraan Italia. Misalnya Omar Sivori dan Humberto Maschio, pemain Argentina yang bersama negara asalnya pernah memenangkan Copa America pada 1957.

Argentina memang paling banyak menyumbangkan oriundo bagi kesebelasan nasional Italia. Ketika Gli Azzurri, julukan Italia, menjuarai Piala Dunia 1934 pun diperkuat oriundo berdarah Argentina seperti Raimundo Orsi (Juventus), Luis Monti (Juventus) dan Enrique Guaita (AS Roma).

Pada awal dekade 200aan, Mauro Camoranesi, gelandang sayap asal Juventus, juga menghangatkan kesebelasan Italia. Camoranesi merupakan oriundo yang juga berasal dari Argentina, persisnya kelahiran Tandil, wilayah yang masuk ke dala provinsi Buenos Aires. Kiprah Camoranesi tidak asal lewat, ia menjadi bagian dari skuat yang menjuarai Piala Dunia 2006, bahkan menjadi starter di laga final melawan Prancis.

Jelang kualifikasi 2016 ada dua oriundo debutan dipanggil dipanggil Conte untuk memperkuat Italia melawan Bulgaria pada Minggu (29/3) mendatang. Kini giliran Franco Vazquez (Palermo) dan Martins Eder (Sampdoria) yang dipanggil. Vazquez merupakan anak dari seorang ibu yang berasal dari Italia, sedangkan Eder memiliki paspor Negeri Pizza setelah berada di Italia lebih lama dari lima tahun.

Cerita lain tentang pemain-pemain sepakbola keturunan bisa disimak di bawah ini:

Belajar Dari Jepang Soal Naturalisasi dan Pembinaan

Sepenggal Cerita Tionghoa di Lapangan Sepakbola Indonesia

Pemain Arsenal Ini Dapatkan Kewarganegaraan Amerika


Vazquez menambah jumlah oriundo Argentina setelah Gabriel Palletta yang memperkuat Italia di Piala Dunia 2014. Sedangkan Eder pun menambah jumlah oriundo Brasil karena sebelumnya, Thiago Motta, sudah lebih dulu memperkuat Italia pada Euro 2012 serta Piala Dunia 2014.

Terkait Motta dan Eder ini, perlu ditegaskan, Italia memang menganut sistem dua-kewarganegaraan. Dan dalam konstitusi Italia, mereka memang sangat terbuka terhadap para imigran.

Di sisi lain keputusan Conte memanggil Vazquez dan Eder melahirkan respon sinis dari Pelatih Inter Milan Roberto Mancini.

"Tim nasional Italia harus Italia," ujar Mancini bersikeras saat ditemui pada pertemuan kesebelasan-kesebelasan Serie-A seperti dilansir dari Football Italia. "Mereka yang tidak lahir di Italia, tapi memiliki kerabat jauh, seharusnya tidak dipanggil, itulah pendapat saya," sambungnya.

Apa yang dikatakan Mancini seperti mencerminkan sifat-sifat nasionalis yang dimiliki orang-orang Italia yang sudah kental sejak lama. Siapa yang bisa lupa prinsip politik fasisme yang pernah membuat Italia masuk ke dalam pertarungan global di Perang Dunia di bawah kepemimpinan Bennito Mussolini.

Cerita-cerita lain terkait Fasisme dalam sepakbola :

Catatan dari Hamburg: Ultras St. Pauli dan Perseteruannya dengan HSV

Pengabdian Alessandro Lucarelli pada Parma dan Sepakbola

Aksi Rasis Suporter Chelsea dan Catatan Buruk Lainnya


Vazaquez dan Eder Karena Penyerang Italia Lain Mandul dan Berumur

Kenyataannya, prestasi Italia di kancah internasional tidak lepas dari peran oriundo. Selain trio Orsi, Monti dan Guaita (trio Argentina di Piala Dunia 1934), jangan lupa juga peran Mauro Camoranesi di Piala Dunia 2006 seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.

Itulah salah satu dalih yang akhirnya digunakan Conte untuk menggunakan jasa dan tenaga para oriundo.

"Saya bisa mengatakan bahwa saya bukan yang pertama dan tidak akan menjadi yang terakhir untuk memanggil oriundo," ujar Conte ketika konferesi pers jelang pertandingan kualifikasi Euro 2016 melawan Bulagaria. "Di masa lalu ada beberapa pemain (oriundo) seperti Camoranesi, Paletta, (Cristian) Ledesma, Amauri," sambung mantan pelatih Juventus ini.

Apalagi mengingat jika sekarang ini Italia tengah krisis pemain depan yang tajam mencetak gol. Di kompetisi Serie-A pun jajaran pencetak gol terbanyak didominasi penyerang-penyerang yang berasal dari negara lain.

Cuma Luca Toni yang mewakili penyerang Italia di jajaran pencetak gol terbanyak di Serie-A dengan koleksi 13 gol. Akan tetapi saat ini usia Toni sudah mencapai 37 tahun, sama dengan Antonio Di Natale yang mengemas 10 gol.

Di sisi lain nama-nama penyerang seperti Mattia Destro, Mario Balotelli, tidak nampak di jajaran top skor. Ciro Immobile yang musim lalu melesat malah sulit mendapatkan tempat utama bersama Borussia Dortmund di Bundesliga musim ini. Sedangkan torehan gol Graziano Pelle penyerang Southampton terhenti di gawang Crystal Palace pada 24 Januari lalu.

Paling rasional yang dipanggil adalah Manolo Gabbiadini dengan raihan tiga gol untuk Napoli dan tujuh gol ketika berseragam Sampdoria setengah musim. Maka dari itu tidak ada salahnya Conte memanggil Eder dan Vazquez untuk memperkuat Azzurri. Pemanggilan ini, bisa dibaca, sebagai sebuah langkah yang dibimbing oleh sebentuk pragmatisme sepakbola saja. Ada kebutuhan teknis yang harus dipenuhi oleh lini depan dan Conte menilai Eder, penyerang Sampdoria, sebagai solusinya.

Eder sendiri merupakan penyerang andalan Sampdoria musim ini dan membawa kesebelasannya duduk di peringkat empat klasemen Serie-A 2014/2015 sementara. Torehan penyerang kelahiran Brasil tersebut sudah mencapai sembilan gol mengalahkan Destro (tujuh gol) dan Balotelli (satu gol di Premier League).

Selain mencetak sembilan gol, Eder juga melancarkan 27 umpan kunci yang empat di antaranya menjadi asist. Eder merupakan penyerang yang bisa dijadikan penyerang sayap. Ia gemar melepaskan tendangan jarak jauh dan dilengkapi dengan kemampuan penyelesaian akhir yang baik.

Sementara Vazquez merupakan penyumbang asist terbanyak di Serie-A, artinya dia adalah salah satu Raja Asist di Italia, dengan sembilan asist dari 46 umpan kunci yang dilepaskannya. Vazquez melepaskan 44.1 operan perlaga dengan akurasi 79.2% setiap pertandingan. Itu angka dan raihan yang amat signifikan untuk dipertimbangkan, terlebih setelah motor lini tengah harus absen yaitu Pirlo dan De Rossi.

Selanjutnya tinggal Conte sendiri yang akan memaksimalkan kedua pemain oriundo tersebut dalam ramuan formasi 3-5-2 yang akan diterapkannya nanti. Maka ajang melawan Bulgaria pada laga kualifikasi Euro 2016 akhir pekan ini akan menjadi pembuktian bagi Conte dan dua pemain oriundo-nya untuk menepis pandangan sinis dari Mancini.

Perihal nasionalisme dan patriotisme, Conte tinggal mengutip apa yang dikatakan Vittorio Pozzo, pelatih yang membawa Italia juara di Piala Dunia 1934, yang juga diserang banyak orang karena memakai pemain-pemain imigran. Kata Pozzo, untuk membela keputusannya itu, "Jika mereka sanggup mati demi Italia, mereka juga pasti bisa bermain demi Italia."

Kata-kata itu merujuk peristiwa wajib militer menjelang Perang Dunia kedua di mana banyak imigran yang dengan sukarela mendaftarkan dirinya bergabung dengan pasukan Italia sebagai tentara cadangan. Termasuk di antaranya, Enrico Guita, pemain Argentina yang bermain di Piala Dunia 1934 untuk Italia, yang mendaftarkan diri sebagai tentara cadangan dalam Perang Abyssinian di Ethiopia.

Simak juga beberapa pemain dengan torehan-torehan fantastis lainnya :

Raja Asist dari “Serigala” Bundesliga

Dimitri Payet, Gelandang Serang Versi Bielsa

Mengenal Kante, Gelandang dengan Tekel Terbaik di Eropa


*sumber cerita: dari berbagai sumber

Komentar