Evolusi Pola Serangan Arema Cronus

Taktik

by redaksi

Evolusi Pola Serangan Arema Cronus

Arema Cronus menjadi tim yang cukup disegani di kancah persepakbolaan Indonesia. Klub yang merupakan hasil akuisisi Bakrie Group terhadap Arema Malang ISL yang juga merupakan pemilik dari Pelita Jaya Jawa Barat ini selalu menempati posisi atas klasemen Indonesia Super League dan juga menjadi kandidat juara setiap tahunnya.

Bahkan, di beberapa ajang turnamen yang diikuti saat Liga Super Indonesia vakum, Arema Cronus selalu berhasil minimal menembus babak semifinal. Seperti di ajang Piala Presiden (sebelum ditaklukkan oleh Sriwijaya FC dengan agregat 3-2), di ajang Piala Jenderal Sudirman (sebelum ditaklukkan oleh Mitra Kukar lewat babak adu penalti), dan juga di Piala Gubernur Kaltim (kalah bersaing dengan Madura United). Pengecualian, di ajang Bali Island Cup mereka menjadi juara setelah mengalahkan Persib Bandung dengan skor 1-0.

Selama mengikuti turnamen itu, ada beberapa hal yang sering berganti dari Arema, termasuk evolusi dari cara menyerang tim berjuluk Singo Edan ini. Di setiap turnamen, meski menggunakan formasi 4-3-3, Arema selalu menggunakan micro tactic yang berbeda-beda.

Hengkangnya Gustavo Lopez

Pindahnya Gustavo Lopez, gelandang kreatif Arema yang hijrah ke Trengganu FA, membuat Arema harus mengubah pola serangan. Hasilnya terlihat ketika Arema Cronus berlaga di ajang Piala Presiden dan Piala Jenderal Sudirman. Saat itu Arema benar-benar mengandalkan serangan mereka dari sisi sayap yang dibangun oleh Samsul Arif, Dendi Santoso, dan Lancine Kone, ataupun para bek sayap yang bergerak melakukan overlap seperti Ahmad Alfaridzie, Benny Wahyudi, dan juga Hasyim Kipuw. Bukan hanya mengandalkan sayap, para pemain Arema juga mulai mengandalkan set-piece sebagai salah satu cara mencetak gol.

Hal ini terlihat dari gol-gol yang diciptakan oleh Arema Cronus sepanjang gelaran Piala Presiden. Saat itu, gol-gol lebih banyak terjadi dari sisi sayap. Dari total 14 gol yang dicetak oleh Arema selama gelaran Piala Presiden, lima gol dicetak dari kanan dan lima gol dicetak dari kiri, sedangkan empat gol dicetak melalui set-piece.

Gaya ini tidak banyak berubah saat Arema mengikuti ajang Piala Jenderal Sudirman. Meski mendatangkan pemain baru seperti Esteban Vizcarra maupun Toni Mossi Espinosa, Arema tetap melakukan serangan dari sayap. Gol dari sisi sayap masih banyak terjadi. Dari total 21 gol yang diciptakan Arema selama turnamen, total lima gol terjadi dari sisi kanan dan empat gol terjadi dari sisi kiri.

Tapi, di ajang Piala Jenderal Sudirman ini, hadirnya Toni Mossi Espinosa membuat Arema menjadi lebih andal dalam memanfaatkan set-piece dalam mencetak gol. Tujuh dari 21 gol yang Arema cetak berasal dari set-piece.

Setelah hengkangnya Gustavo Lopez, terlihat jelas bahwa Arema mulai memanfaatkan cara lain untuk mencetak gol. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan sisi sayap dan juga set-piece. Dengan tipikal striker seperti Cristian Gonzales yang dapat menjadi pemantul ataupun eksekutor bola-bola dari sayap ataupun bola set-piece, ataupun tipikal Samsul Arif yang rajin melakukan cut inside dari sayap, membuat serangan Arema sepeninggal Gustavo Lopez masihlah tetap tajam.

Hanya saja, ketika melawan SFC di semifinal Piala Presiden maupun Mitra Kukar di semifinal Piala Jenderal Sudirman terlihat bahwa Arema kesulitan untuk menyerang dengan mengandalkan sayap dan set-piece saat tim lawan bermain dengan garis pertahanan rendah dan memiliki bek yang handal dalam duel udara. Hasilnya, dalam dua ajang itu mereka kalah dan gagal melaju ke babak final.

Masuknya Milomir Seslija dan Serdjan Lopicic Mengubah Gaya Serang Arema

Ketika akan berpartisipasi di ajang Bali Island Cup, Arema Cronus melakukan perombakan besar dengan mendatangkan Serdjan Lopicic untuk pemain yang diandalkan sebagai pengatur serangan dan juga menunjuk Milomir Seslija sebagai pelatih kepala. Dengan datangnya dua sosok ini, pola serangan Arema mulai berubah, meskipun formasi 4-3-3 milik Arema tidak berubah, dan itu terlihat ketika Arema Cronus turun di ajang Bali Island Cup.

Formasi awal Arema melawan Bali United
Formasi Arema di ajang Bali Island Cup

Hijrahnya Samsul Arif ke Persib Bandung membuat Arema melahirkan serangan baru. Serdjan Lopicic diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi sepertiga lapangan akhir. Lopicic juga kerap melebar ke sisi kanan lapangan untuk bekerja sama dengan Hasyim Kipuw dan Dendi Santoso. Dendi, tidak seperti Samsul Arif, tidak pernah menembus atau melakukan cut inside. Ia kerap bertukar dengan Serdjan yang rajin bergerak ke samping untuk membentuk kombinasi.

Dalam pola serangan seperti ini, Gonzales yang memiliki keeping ball yang baik menjadi pemantul dan juga penahan bola, di samping tugas utamanya sebagai pencetak gol. Lopicic, Dendi, dan Vizcarra menjadi pemain yang muncul dari second line untuk menyelesaikan peluang.

Skema penyerangan Arema dengan pergerakan Dendi Santoso yang lebih ke dalam
Skema penyerangan Arema dengan pergerakan Dendi Santoso yang lebih ke dalam

Awalnya, pada saat pola ini pertama kali dicoba saat Bali Island Cup, Arema Cronus belum terbiasa karena mereka biasa menggunakan serangan dari sayap di ajang Piala Presiden dan Piala Jendral Sudirman. Tapi, perlahan mereka mulai terbiasa dengan pola perputaran Lopicic-Vizcarra-Dendi ini. Ini terlihat di ajang Piala Gubernur Kaltim, ketika melawan Persela, Gonzales yang berperan sebagai pemantu dan Vizcarra muncul dari second line untuk menyelesaikan peluang.

Dari video di atas, bisa dilihat kalau Gonzales dapat memerankan perannya sebagai pemantul bola dengan baik. Lopicic dan Vizcarra yang ikut mencetak gol dalam pertandingan tersebut mulai bisa memerankan perannya sebagai pemain yang muncul dari second line dan menyelesaikan peluang.

Halaman berikutnya, Lebih Bermain Direct dan Menunggu di Piala Bhayangkara

Komentar