Szczesny, De Sanctis dan Risiko Menjadi Badut Kembali

Taktik

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Szczesny, De Sanctis dan Risiko Menjadi Badut Kembali

AS Roma kedapatan durian runtuh pada bursa transfer musim panas kali ini. Bagaimana tidak, mereka yang sedang sibuk mengasah lini depan dengan mengincar sederet penyerang ternama, namun justru mendapatkan pemain dengan posisi yang tidak menggeliat di permukaan tapi dibutuhkan Rudi Garcia: penjaga gawang.

Di tengah konsentrasi seputar proses transfer Mohamed Salah dari Chelsea dan rayuan tanpa henti kepada Edin Dzeko, penyerang Manchester City, Roma mendapatkan kiper utama Arsenal, Wojciech Szczesny, dengan status pinjaman satu musim. Status pinjaman itu masih diikuti klausul bahwa Roma bisa mempermanenkan Szczesny jika memang mengingankannya.

"Seorang kiper!" teriak para pendukung Roma di sela-sela latihan Francesco Totti dkk., sebelum kedatangan Szczesny. Sektor penjaga gawang memang tidak terlalu disorot. Padahal mengincar kiper baru untuk menyambut Serie-A 2015/2016 sangatlah penting mengingat kiper utama mereka, Morgan De Sanctis, penampilannya mulai menurun karena termakan usia dan sempat dirundung cedera.

Roma sempat mengincar beberapa nama penjaga gawang, mulai dari Mattia Perin (Genoa) dan Salvatore Sirigu (Paris Saint-Germain). Sayangnya mereka berdua lebih memilih bertahan di kesebelasannya masing-masing. Percobaan mengajak Sergio Romero dari Sampdoria juga harus gigit jari karena kalah gesit dari Manchester United.

Sementara itu Roma kadung meminjamkan kiper kedua mereka, Lukasz Skorupski, ke Empoli. Sementara Garcia sepertinya tidak terlalu mempercayai Gianluca Curci jika harus menjadi kiper utama. Lalu bagaimana dengan Bogdan Lobont? Kondisinya tidak jauh lebih baik dari De Sanctis.

Mendapatkan Szczesny diibaratkan menemukan oase di tengah gurun. Kedatangannya tepat ketika Si Serigala mulai memikirkan peralihan tongkat estafet penjaga gawang dalam jangka panjang, juga mentor baru bagi Tomas Svedkauskas, kiper muda Roma.

Bak gayung bersambut, Szczesny pun merasakan hal demikian. Dia mengaku menyetujui tawaran Roma tanpa berpikir panjang -- terutama setelah Si Merian London itu mendatangkan Peter Cech dari Chelsea. Walau sempat diminati Ajax Amsterdam, ia akhirnya memilih hijrah ke ibukota Italia.

"Keputusan yang mudah untuk bergabung dengan Roma. Ini salah satu klub terbesar di Eropa," ujar Szczesny pada jumpa pers perdananya.

Selain itu kiper asal Polandia itu juga berambisi unjuk gigi di kancah Liga Champion musim depan. Mengingat peluangnya berdiri di bawah mistar utama sangatlah besar karena De Sanctis sudah tidak sebugar musim 2013/2014.

Wojciech Szcz?sny tersingkir dari posisinya dan menjadi penghangat bangku cadangan saja. Namun kondisi tersebut tak menghalangi Szcz?sny untuk terpilih menjadi penjaga gawang terbaik pada dekade ini.


Szczesny Masih Perlu Banyak Belajar Kepada De Sanctis

Di sisi lain Szczesny tidak seharusnya merasa terlalu percaya yang berlebihan. De Sanctis yang semakin termakan usia masih memiliki keahlian mumpuni sebagai seorang kiper. Mantan Italia ini memiliki konsentrasi yang baik sehingga jarang kebobolan di menit-menit akhir. Selain itu dirinya masih memiliki refleks yang bagus dan sering menahan bola-bola berbahaya dalam jarak dekat sekalipun.

Khusus dalam soal menjaga konsentrasi hingga detik-detik terakhir dan menahan bola dari jarak dekat justru menjadi hal yang belum dimiliki Szczesny. Tapi berada di Roma memberikan waktu yang tepat untuk mendapatkan pelajaran langsung dari De Sanctis.

Walau begitu Szczesny memiliki keunggulan lain dibanging kiper senior itu. Szczesny lebih ahli dalam mengeksekusi tendangan gawang dibanding De Sanctis. Pada Serie-A musim lalu, Rudi Garcia lebih mempercayakan tendangan gawang oleh para bek-beknya ketimbang kiper berusia 38 tahun tersebut.

Jika dilihat dari segi permainan, Szczesny pada musim lalu tampil sebanyak 17 kali di Liga Primer, tiga di antaranya berhasil dilewatinya dengan clean sheet. Rata-rata kebobolan per laga mencapai 1,24 dan rataan penyelamatannya mencapai 1,65 per laga. Tidak buruk-buruk amat, walau memang tidak bisa juga disebut istimewa.

Si Serigala cuma perlu mengkhawatirkan performa kiper jebolan Legia Warsaw yang terkadang membuat blunder. Pada musim kemarin setidaknya ia membuat enam kali kesalahan yang membuat gawangnya jebol. Puncaknya adalah kekalahan 2-0 dari Southampton pada 1 Januari 2015. Blundernya di laga itu membuat posisinya benar-benar digantikan Ospina, dan semakin tersisih ia kepergok sedang merokok beberapa hari sebelum pertandingan itu.

Baca juga soal pertimbangan media Inggris antara Wojciech Szczesny dengan David Ospina


Bandingkan dengan De Sanctis yang musim lalu tampil sebanyak 35 kali dan berhasil cleansheet sebanyak 16 kali. Rataaan kebobolan per laga kiper yang pernah memperkuat Udinese ini cuma 0,74 perlaga. Sementara 1,8 merupakan rataan penyelamatan per laga yang dia lakukan sepanjang Serie-A musim lalu. Jelas masih lebih baik dari Szczesny.

Secara statistik dan kemampuan, memang De Sanctis lebih unggul ketimbang kiper 25 tahun tersebut. Sehingga De Sanctis bersama Gianluigi Buffon, kiper Juventus, membuktikan jika usia hanyalah angka. Justru karena itulah Szczesny bisa belajar dari De Sanctis. Jika proses suksesi di bawah mistar gawang Roma bisa berjalan mulus, maka Sanctis bisa tenang untuk secara perlahan meninggalkan gawang Roma. Apalagi disebut-sebut De Sanctis berencana akan gantung sepatu di musim depan.

Kini Szczesny hanya perlu mengevaluasi kembali mengapa ia tidak konsisten bersama Arsenal. Evaluasi itu penting agar ia tahu persis hal apa sajakah yang harus diperbaikinya, juga hal apa lagi yang harus ia kejar untuk bisa lebih kompetitif lagi sebagai kiper. Jangan lagi melakukan blunder-blunder sebab sudah pasti ia bisa menjadi sasaran siulan para suporter Italia yang lebih ekspresif menyatakan kritik ketimbang suporter di Inggris.

Liga Italia bukanlah tempat sembarangan bagi kiper asing. Masih ingat dalam kepala ketika performa Marteen Stekelenburg semakin terbenam bersama skuat Roma akibat kesulitan memahami intruksi dan komunikasi dalam bahasa Italia (selain faktor cedera). Szczesny sendiri yang akan menentukan apakah dia ingin menjalani musim-musim yang indah bersama Roma atau justru menjadi badut sirkus seperti musim lalu karena blundernya bersama Arsenal?

Foto: wikimedia

Komentar