West Ham, Keuntungan Status Tuan Rumah, dan Anomali Stadion Baru

Sains

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

West Ham, Keuntungan Status Tuan Rumah, dan Anomali Stadion Baru

Melihat kasus transformasi Stadio delle Alpi ke Juventus Stadium

Melanjutkan apa yang dipaparkan di halaman sebelumnya, kita bisa melihat ketika Juventus membeli Stadion Delle Alpi untuk diubah menjadi Juventus Stadium. Pada September 2011, Juventus secara resmi membuka stadion baru mereka tersebut dan menjadi satu-satunya kesebelasan di Serie A Italia yang memiliki stadionnya sendiri.

Saat Delle Alpi masih dimiliki oleh Pemerintah Kota Turin, stadion ini, sama seperti Queen Elizabeth Olympic Park, merupakan stadion multifungsi yang memiliki trek atletik di sekeliling lapangan utamanya.

Kapasitas Delle Alpi yang sebelumnya bisa menampung 70.000 penonton kemudian dikurangi menjadi 41.000 (kurang 42% daripada sebelumnya). Melihat keputusan ini, sekilas kita pasti berpikir bahwa pengurangan kapasitas ini bukan merupakan keputusan yang menguntungkan, terutama secara finansial.

Gambar 1 - Transformasi Stadio delle Alpi (kiri) ke Juventus Stadium (kanan) dengan skala 1:1 yang menunjukkan perombakan besar-besaran dari jumlah kapasitas (jumlah tingkat tribun) dan memajukan tribun sekaligus menghilangkan trek atletik

Tapi yang terjadi sebaliknya, meskipun Juventus adalah kesebelasan yang paling populer di Italia dengan lebih dari 5 juta suporter (30% lebih banyak dibanding AC Milan, sebagai perbandingan), Juventus memiliki masalah mereka sendiri dalam hal mendatangkan suporter ke stadion. Saat itu, Juventus hanya menduduki peringkat keenam dalam hal jumlah penonton di stadion. Jadi, mengurangi kapasitas stadion menjadi pilihan yang masuk akal.

Rata-rata kehadiran penonton di Delle Alpi (dibangun 1990 untuk kebutuhan Piala Dunia) adalah 22.000, dipakai berbarengan oleh Juventus maupun Torino sampai 2006. Kita bisa membayangkan atmosfer stadion berkapasitas (seharusnya) 70.000 ini sangat tidak positif ketika hanya terisi 22.000 saja.

Kemudian sama seperti Queen Elizabeth Olympic Park, tribun penonton letaknya terlalu jauh dari lapangan, sehingga penonton tidak memiliki pandangan yang baik dan nyanyian-nyanyian mereka tidak seintimidatif ketika didengarkan dari jarak yang lebih dekat.

Dengan keputusan berani ini, manajemen Juventus berhasil mendapatkan imbalannya: rata-rata kehadiran penonton meningkat sampai lebih dari 50%, sekarang bahkan Stadion Juventus hampir selalu penuh, serta atmosfer pertandingan bisa lebih positif bagi tuan rumah dan intimidatif bagi tim lawan. Sementara dari segi prestasi kesebelasan, kita semua tahu kalau Juventus adalah kesebelasan nomor satu di Italia.

Apakah West Ham salah langkah?

Melihat dua kasus di atas, kita memang tidak bisa mendapatkan perbandingan yang benar-benar serupa. Tapi setidaknya kita tahu jika home advantage di Inggris maupun Italia memiliki presentase yang sama, yaitu 60% sampai 65,9%.

Jika ingin melakukan evaluasi dengan terburu-buru, manajemen West Ham sebenarnya sudah melakukan investasi yang besar dan menguntungkan dengan pindah ke Queen Elizabeth Olympic Park.

Namun, mereka agak salah langkah dengan tidak melakukan perombakan yang lebih besar lagi terutama soal jarak antara ribun penonton ke lapangan, seperti yang Juventus lakukan, di mana hal ini sangat penting bagi atmosfer pertandingan di Inggris.

Gambar 2 - Transformasi Queen Elizabeth Olympic Park sebelum (kiri) ke setelah renovasi (kanan); menghilangkan atau meminimalisasi trek atletik dengan memajukan tribun terbawah sekaligus memperluas teras antar tribun

Untuk soal ukuran dan bentuk stadion, tidak ada masalah untuk stadion ini. Bahkan Queen Elizabeth Olympic Park termasuk salah satu bentuk bangunan yang bisa menarik massa.

“Bangunan yang melengkung mengingatkan akan alam. Bentuk ini bisa menyatu dengan alam dan membuat manusia tertarik untuk datang,” kata Paul Silva, salah satu profesor arsitektur di University of North Carolina. Ada hubungan yang positif antara bentuk bangunan stadion ini dengan manusia dan alam. Tapi jika sudah membicarakan pertandingan, keuntungan tersebut seolah sirna.

‘Sebaiknya kalian tetap tinggal di Boleyn’ adalah nyanyian yang terdengar dari suporter Southampton menjelang pertandingan berakhir pada akhir pekan yang lalu. Melihat hal ini, West Ham hanya bisa meratapi nasib kesebelasannya di awal musim ini.

Meskipun saya percaya sains, tapi saya pribadi tetap berpendapat jika atmosfer pertandingan lebih ditentukan kepada penampilan tim di atas lapangan alih-alih penonton atau stadion. Jadi, meskipun memang ada pengaruhnya yang terbukti secara sains, tetap saja sebaiknya kita tidak menyalahkan Queen Elizabeth Olympic Park.

Sumber jurnal:

  • Legaz-Arrese, A., Moliner-Urdiales, D., & Munguía-Izquierdo, D. (2012). Home Advantage and Sports Performance Evidence, Causes and Psychological Implications. Universitas Psychologica, Bogotá, Colombia, V12 No. 3 PP. 933-943 Jul-Sep 2013 ISSN 1657-9267
  • Pollard, R. (2006). Worldwide regional variations in home advantage in association football. Journal of Sports Sciences, 24(3), 231-240.
  • Pollard, R., & Pollard, G. (2005). Home advantage in soccer: A review of its existence and causes. International Journal of Soccer and Science, 3(1), 28-38.

Komentar