Tak Harus Besar untuk Menjadi Kuat, Spurs!

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Tak Harus Besar untuk Menjadi Kuat, Spurs!

Oleh: Fajar Aprilian*

Persaingan kompetisi sepakbola selalu diramaikan oleh tim-tim besar. Kiprah dan penampilan mereka selalu menjadi yang paling ditunggu-tunggu. Pertandingan antar kesebelasan besar selalu menjadi laga yang paling menyita perhatian, selain laga antara tim-tim sekota atau yang sering disebut laga derby. Derby d’Italia antara Inter Milan dan Juventus, Der Klassiker antara Bayern Muenchen dan Borussia Dortmund, juga El Classico antara Barcelona melawan Real Madrid adalah laga-laga yang selalu ditunggu di Liga-Liga top Eropa.

Tak semua bisa dikatakan sebagai kesebelasan besar. Kesebelasan besar tak dilihat dari sudah berapa lama mereka didirikan, tapi sebuah klub baru bisa dikatakan besar dilihat dari sejarah prestasi yang mereka raih, yang pada akhirnya akan berbanding lurus dengan jumlah fans yang banyak. Serie A punya AC Milan, AS Roma, Inter Milan, dan Juventus. La Liga punya Barcelona dan Real Madrid. Bundesliga punya Bayern Muenchen dan Borussia Dortmund. Di Inggris, EPL punya Arsenal, Chelsea, Liverpool, dan Manchester City, sebagai kesebelasan yang memiliki sejarah dan basis penggemar yang besar.

Pada umumnya, sesuatu yang besar selalu dianggap sebagai sesuatu yang kuat. Padahal sejatinya tak selalu seperti itu. Begitu pun di sepakbola. Diego Maradona, Lionel Messi, dan banyak pesepakbola yang tak memiliki perawakan besar lainnya, bisa membuktikan bahwa mereka bisa menjadi pemain hebat. Penggemar sepakbola yang memang sudah lama mengikuti perkembangan dunia sepakbola pasti tahu nama-nama klub seperti AC Parma di Italia, Nottingham Forest dan Leeds United di Inggris, juga Deportivo La Coruna di Spanyol sebagai tim-tim besar tapi kini tim-tim tersebut tidak bisa dikategorikan sebagai tim kuat.

Awal 2000-an, di Liga Inggris dikenal istilah “Big Four” yang merupakan sebutan untuk 4 tim besar yang selalu mendominasi jalannya kompetisi. Arsenal, Chelsea, Liverpool, dan Manchester United, selalu berada di empat posisi teratas Premier League. Dominasi kuat mereka seolah tak akan dirusak klub manapun kala itu. Lalu muncul Manchester City setelah diakuisisi oleh pengusaha minyak asal Timur Tengah dan menggelontorkan banyak uang untuk belanja pemain-pemain bintang. Mereka berhasil mendobrak harmonisnya dominasi Big Four dengan selalu menjadi bagian empat peringkat teratas klasemen dan mendepak Liverpool yang membuat klub kebanggaan publik Anfield itu sempat absen beberapa tahun di kompetisi teratas Eropa, Liga Champions.

Big Four pun berganti menjadi “Big Five”. Dengan skuat yang diisi pemain-pemain bintang didukung dengan kondisi keuangan yang melimpah, membuat dominasi Big Five pun seolah tak akan diusik tim-tim lain. Juara EPL pun diprediksi tak akan lepas dari Big Five. Namun prediksi itu pun salah ketika pada musim 2015/2016 Leicester City keluar sebagai juara. Namun meski begitu, Leicester tak mampu menjadi bagian baru dari Big Five karena mereka tak mampu mempertahankan performa apik mereka pada musim-musim berikutnya.

Yang muncul dan mampu merusak hegemoni lima tim terkuat Liga Inggris, adalah klub asal kota London, Tottenham Hotspur. Di bawah arahan Mauricio Pochettino, Spurs menjelma menjadi tim papan atas selama beberapa tahun terakhir. Dari dulu, The Lilywhites memang selalu menjadi penguntit Big Five, bahkan ketika masih menjadi Big Four. Spurs sempat masuk empat besar saat ditangani Harry Redknapp. Namun mereka tak mampu mempertahankan posisi tersebut pada musim-musim berikutnya. Baru di tangan Pochettino lah rival sekota Arsenal di London Utara ini mampu mempertahankan performa mereka dan selalu masuk posisi empat besar, yang membawa mereka bermain di Liga Champions.

Meski laga mereka melawan Arsenal yang dikenal sebagai North London Derby menjadi salah satu laga yang ditunggu-tunggu di setiap musimnya, tapi Spurs bukanlah klub dengan sederet prestasi yang banyak. Juga bukan termasuk klub yang mempunyai basis penggemar yang besar secara global. Itulah kenapa klub berlambang Burung Bangau tersebut tak dikategorikan sebagai tim besar.

Tapi Pochettino, mampu membuat Tottenham menjadi tim kuat yang selalu berada di papan atas klasemen, tak hanya sekali, tapi mampu mereka pertahankan di setiap musimnya. Tak hanya membuat Tottenham kuat sebagai klub, tapi ia mampu memunculkan pemain-pemainnya menjadi pemain hebat dan pemain bintang. Pelatih asal Argentina itu berhasil membuat Dele Alli menjadi pemain muda terbaik Liga Inggris, ia juga mampu membuat Harry Kane menjadi salah satu penyerang top, tak hanya di Inggris, tapi di Eropa bahkan dunia. Kedua pemain tersebut pun menjadi tumpuan Tim Nasional Inggris, bahkan Kane dipercaya sebagai kapten The Three Lions. Pochettino berkontribusi banyak terhadap masa depan timnas Inggris, tak hanya Alli dan Kane, ia berhasil memunculkan nama-nama seperti Kyle Walker (sebelum hijrah ke Manchetser City), Eric Dier, Danny Rose hingga Kieran Trippier yang menjadi andalan di skuat Inggris asuhan Gareth Southgate.

Tottenham Hotspur berhasil masuk dan mengganggu dominasi Big Five, bahkan mereka membuat beberapa anggota Big Five harus bergantian merelakan jatah ke Liga Champions kepada Spurs. Tercatat Arsenal, Chelsea, dan Manchester United, sempat absen di kompetisi klub tertinggi di Eropa tersebut. Sehingga Big Five kini berganti menjadi Big Six.

Performa apik pun kembali mereka tunjukkan pada musim ini. Di awal musim, semua perhatian tertuju pada penampilan Arsenal, Chelsea, Liverpool, dan Manchester City, yang sempat tak terkalahkan di beberapa pertandingan Liga Inggris (kecuali Liverpool yang masih unbeaten). Namun hingga pekan ke-19 atau separuh pekan dari kompetisi tingkat tertinggi di Inggris, Spurs muncul di antara nama-nama tadi. Mereka justru mampu bertengger di posisi kedua, dan menguntit Liverpool di puncak klasemen di atas empat anggota Big Six lainnya.

Spurs memang bukanlah tim besar, tapi mereka mampu menjadi tim kuat selama beberapa musim dan kini muncul sebagai salah satu favorit juara EPL. Apa yang ditunjukkan Pochettino dan Spurs membuktikan, juga bisa menginspirasi kita bahwa untuk menjadi kuat, sebuah klub atau bahkan kita sebagai individu, tak harus besar. Justru dengan menjadi kuat akan membuat klub tersebut atau kita pribadi bisa menjadi seseorang yang punya nilai besar. Sejatinya, tak hanya pohon beringin yang kuat karena mereka besar, tapi padi pun yang kecil, bisa dikategorikan sebagai tumbuhan yang kuat karena mampu menahan benih-benihnya.

Tak harus besar untuk menjadi kuat.


*Penulis merupakan mahasiswa yang juga pelatih futsal. Bisa dihubungi lewat akun Twitter di @fajar_april14

**Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.

Komentar