Bernardo Silva, Ketika Mimpi Menjadi Nyata

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Bernardo Silva, Ketika Mimpi Menjadi Nyata

Oleh: Robby Triadi*

Pekan lalu, Manchester City keluar sebagai pemenang dalam Derbi Manchester dengan skor meyakinkan 3-1. Bukan cuma di papan skor City berhasil mengungguli rivalnya, tapi juga secara statistik. Penguasaan bola City mencapai angka 65% serta membuat lawannya hanya mampu menciptakan satu tembakan ke gawang. Itu pun berasal dari titik putih.

Kekalahan United ini membuat Pep Guardiola menjadi pelatih yang paling sering mengalahkan Jose Mourinho sejak pertama kali mereka bertemu, yaitu sebanyak 11 kali. Keputusan Mou untuk tidak menurunkan pemain bertipe kreatif terbukti tidak bekerja dengan baik. Bola-bola panjang pada Marcus Rashford yang turun dari menit awal bisa diantisipasi dengan baik oleh City. Taktik reaktifnya untuk menurunkan Marouane Fellaini, Nemanja Matic, dan Ander Herrera, untuk mengutamakan kekuatan fisik di lini tengah menghadapi City yang bermain bola-bola pendek justru membuat buntu timnya sendiri. Beberapa kali trio lini depan United yang diisi Jesse Lingard, Rashford, dan Anthony Martial terlihat kebingungan di sepertiga lapangan pertahanan City.

Beberapa fan United mungkin akan berdalih bahwa mereka kehilangan Paul Pogba yang dalam beberapa pertandingan terakhir menjadi motor permainan mereka. Tetapi mereka lupa bahwa City juga kehilangan salah satu pemain terbaik yang menjadi pencetak asis terbanyak musim lalu yaitu Kevin De Bruyne. Perbedaannya, City berhasil menemukan penawar atas absennya salah satu poros kreatif di lini tengah mereka dalam diri Bernardo Silva.

Bernardo diturunkan Pep bersama David Silva dan Fernandinho di lini tengah City. Biasanya posisi ini ditempati secara reguler oleh De Bruyne. Namun, Bernardo tidak tampil canggung. Padahal, baik di AS Monaco maupun sejak musim lalu, ia biasanya bermain di pos penyerang sayap kanan.

Sebenarnya tanda-tanda kelihaian Bernardo bermain di lini tengah sudah terlihat saat Community Shield menghadapi Chelsea. Berduet dengan Phil Foden di depan Fernandinho, Bernardo bisa menjadi kreator saat Silva dan De Bruyne tidak dimainkan. Bahkan setelah pertandingan Guardiola secara khusus menyebut timnya sebagai 1 Bernardo dan 10 pemain lain sebagai pujian untuk anak asuhnya yang bermain paling cemerlang di laga itu.

Dalam hal tipikal permainan, Bernardo berbeda dibanding De Bruyne yang mempunyai umpan-umpan ajaib serta eksplosif di luar kotak penalti lawan. Bernardo bisa mendribel bola melewati pemain lawan selain mengirim umpan berbahaya pada rekan setimnya persis seperti Silva. Saat menghadapi United ia melakukan 2 dribel sukses dengan catatan akurasi operan 85%. Namun bukan cuma itu, ia juga mampu ikut terlibat langsung saat timnya diserang. Ia berhasil melakukan 3 tekel sukses dari 4 kali percobaan. Tidak cukup sampai di situ, Bernardo juga menciptakan 2 asis, satu Silva dan satu untuk Ilkay Guendogan yang membuatnya menjadi pemain terbaik di laga tersebut.

Sepanjang musim ini di seluruh kompetisi, Bernardo telah mencetak 6 gol dan 3 asis dari 18 penampilan bersama City. Jika musim lalu yang menjadi musim pertamanya di Inggris ia banyak disimpan di awal musim dan lebih banyak bermain di paruh kedua musim dengan alasan adaptasi, di musim keduanya Bernardo bisa tampil cemerlang. Dalam skema arahan Guardiola yang mengandalkan penguasaan bola dan operan pendek, Bernardo disebut pelatihnya sebagai pemain yang cerdas, petarung dan pekerja keras. Selain itu, kemampuannya untuk bisa bermain sebagai penyerang sayap kanan dan gelandang tengah merupakan keuntungan sendiri bagi tim yang dibelanya, sebagaimana Guardiola bukanlah tipikal pelatih yang sering merotasi pemainnya secara radikal.

Pada 2012 lalu, Bernardo lewat akun Facebook-nya mengungkapkan kekagumannya pada David Silva yang saat itu menjadi sensasi di Inggris sebagai pemain bertipe playmaker, peran yang sangat jarang digunakan di Liga Premier yang lebih banyak mengandalkan pemain cepat di posisi sayap. Enam tahun kemudian, Bernardo direkrut City yang diperkuat oleh idolanya tersebut dengan banderol 45 juta paun dan bersama-sama memenangkan gelar Piala Carabao dan juga Liga Inggris dengan rekor poin terbanyak dan gol terbanyak dalam satu musim.

Tujuh tahun kemudian, Bernardo menjadi pemain yang mengisi lini tengah, bremain secara reguler dengan idolanya, berada dalam performa yang bagus, serta mengantarkan timnya berada di peringkat pertama sementara klasemen Liga Inggris dan berlaga di Liga Champions. Tidak sia-sia ia menjadi salah satu pemain yang ikut tampil di Piala Dunia lalu yang rela mempersingkat waktu liburannya untuk mempersiapkan diri menghadapi musim yang baru bersama City. Bernardo kini sedang menjalani mimpinya di kehidupan nyata.


*Penulis merupakan pegawai swasta. Bisa dihubungi lewat akun Twitter di @robtriadi

**Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.

Komentar