Pasukan Peraih Gelar Ganda Untuk Bumi Sriwijaya

PanditSharing

by Pandit Sharing 76771

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Pasukan Peraih Gelar Ganda Untuk Bumi Sriwijaya

Oleh: Abiet Saputra

Masih jelas teringat dalam benak saya, cerita tentang bagaimana kuartet Zah Rahan, Christian Lenglolo, Anoure Obiora, dan Keith Kayamba memukau mata para pecinta sepakbola Indonesia pada periode 2007-2008. Mereka adalah kuartet yang begitu ditakuti di Liga Indonesia pada masa itu karena keganasannya dalam menciptakan gol bagi Sriwijaya.

Permainan mereka memang tidak bisa disandingkan dengan Messi, Henry, Eto’o, dan Iniesta di era yang sama. Kuartert terbaik yang pernah dimiliki Barcelona dan sukses memberikan enam piala, jelas kualitasnya jauh di atas kuartet Sriwijaya.

Namun, keempat pemain Sriwijaya tersebut sukses membuat saya, dan para pendukung Sriwijaya pada masa itu terperangah, dan mungkin mensyukuri pernah menjadi saksi kepiawaian keempat pemain ini membawa Sriwijaya meraih dua gelar juara di tahun yang sama. Sejarah yang akan selalu dikenang oleh para Singa Mania, Sriwijaya Mania, dan seluruh pendukung Sriwijaya karena tak semua tim di Indonesia bisa melakukan hal yang sama.

Memang tidak ada yang menyangka bahwa tim yang baru saja berganti nama dari Persijatim Solo di tahun 2004 ini, dapat menjadi “raksasa baru” sepakbola Indonesia dengan meraih dua gelar juara pada tahun keempat sejak berganti nama. Anak asuh Rahmad Darmawan ini seolah menganggu hegemoni lama sepakbola Indonesia seperti Persipura Jayapura, Persib Bandung, Arema Malang, dan Persija Jakarta.

Bahkan, PSMS Medan pun seolah tak masalah jika label “Penguasa Sumatera” berpindah sementara ke Bumi Sriwijaya. Pada tahun itu, saya ingat betul bagaimana saya selalu bergelora untuk menyaksikan setiap laga Sriwijaya. Saat itu, menonton Sriwijaya FC di stadion adalah suatu keharusan. Tak peduli betapa mahal tiket yang calo tawarkan.

Ah, betapa masa-masa itu sangat saya rindukan. Untuk mengobati kerinduan sekaligus mengenang kembali sejarah besar tim kebanggaan wong palembang ini, saya akan coba mengingat kembali susunan pemain Sriwijaya FC di tahun 2007-2008 saat menjadi tim pertama yang memenangi double winner di Indonesia. Payo Kito Jingok Siapo Bae Wongnyo.

Penjaga Gawang

Pada posisi penjaga gawang, ada nama Ferry Rotinsulu. Pria Kelahiran Palu 28 Desember 1982 ini adalah garansi amannya gawang Sriwijaya FC di masa itu. Kesigapannya dalam menghentikan laju bola, serta antisipasinya dalam menghentikan peluang yang akan tercipta, membuat dirinya selalu menjadi pilihan utama Rahmad Darmawan di posisi belakang.

Jika bang Ferry (sapaan akrab para suporter) tidak bermain, maka lini pertahanan akan mendapat tambahan pekerjaan karena harus menjaga Dede Sulaiman yang pada saat itu lebih sering melakukan blunder jika dimainkan.

Dua gelar juara yang diraih pada tahun itu pun tak lepas dari andil bang Ferry. Melalui kepiawaiannya di babak adu penalti, Sriwijaya FC mampu meraih gelar juara Copa Dji Sam Soe setelah mengalahkan Pelita Jaya di semifinal dan Persipura Jayapura di final melalui adu penalti.

Walau hanya berhasil menjadi kiper lapis ketiga di timnas Indonesia pada masa itu, Ferry Rotinsulu tetaplah penjaga gawang yang melegenda dan sangat dicinta oleh para pendukung Sriwijaya.

Lini Belakang

Di lini belakang, Sriwijaya FC memiliki lini belakang yang cukup mumpuni. Kuat dalam bertahan, serta mampu membantu lini depan. Begitulah gambaran singkat tentang kuartet Christian Warobay, Charis Yulianto, Carlos Renato Elias, dan Isnan Ali di masa itu.

Pada posisi bek tengah berdiri dua tembok besar yang sulit dilewati, Charis Yulianto dan Renato Elias. Duet ini begitu kokoh mengawal Ferry Rotinsulu dari gempuran tim lawan. Kemampuan mereka membaca arah serangan lawan, selalu berhasil membuat frustasi para penyerang lawan.

Selain kuat dalam bertahan, kedua pemain ini juga sering membantu penyerangan, dan tidak jarang menciptakan gol dalam situasi bola mati di daerah lawan. Kedua tembok besar ini didukung juga oleh dua fullback eksplosif timnas, Isnan Ali dan Christian Warobay.

Kedua orang ini memiliki ability dan agility yang hampir sempurna untuk ukuran fullback lokal. Ketika menyerang, mereka mampu membuka ruang dan memberikan umpan matang bagi barisan depan. Kemampuan itu juga tetap diimbangi dengan rasa tanggung jawab dalam menjaga kedalaman agar Sriwijaya tak kecolongan.

Jika keempat pemain ini absen, sang pelatih pun tak pernah bingung karena memiliki pelapis yang sepadan. Di bangku cadangan ada nama-nama lain seperti Ambrizal, Firmansyah, hingga Slamet Riyadi yang selalu menjadi jawaban jika kuartet utama mengalami cedera maupun akumulasi kartu.

Bersambung ke halaman berikutnya...

Komentar