15 Mei 1957, Sir Stanley Matthews Mengakhiri Pengabdiannya sebagai Penggawa Timnas Inggris

Backpass

by redaksi

15 Mei 1957, Sir Stanley Matthews Mengakhiri Pengabdiannya sebagai Penggawa Timnas Inggris

Inggris tidak pernah kehilangan talenta-talenta berbakat di dunia sepak bola. Meski pencapaian prestasi tim Negeri Tiga Singa tidak sesilau Jerman atau Brasil di turnamen antarnegara, namun legenda-legenda asal Inggris selalu mendapat tempat yang laik di hati para pecandu sepakbola dunia.

Berbicara mengenai legenda sepakbola asal Inggris, akan sangat berdosa bila tidak memasukkan nama Stanley Matthews. Dalam sejarah sepakbola negeri Ratu Elizabeth itu, Matthews merupakan pemain pertama yang meraih gelar Balon d’Or, sekaligus pesepakbola pertama di dunia yang meraih gelar tersebut pada tahun 1956. Selain itu, Matthews juga merupakan pemain Inggris satu-satunya yang diberi gelar ‘Sir’ saat ia masih aktif bermain.

Pada masanya, Matthews dianggap sebagai pesepakbola yang memiliki kemampuan komplet. Namun, yang paling menonjol adalah kehebatannya dalam menggiring bola. Banyak pesepakbola pada masa itu yang mengakui kehebatan dribbling Matthews. Legenda sepakbola Jerman, Franz Beckenbauer, bahkan menyebut tidak ada yang bisa menghentikan Matthews saat ia menggiring bola.

Arah dribblingnya selalu tidak ptertebak, hal itu membuat lawan yang coba menghentikan Matthews selalu berada dalam kesulitan untuk menebak ke mana Matthews akan bergerak. Selain itu, ia juga merupakan pemain yang memiliki kecepatan luar biasa. Maklum, kemampuan dalam berlarinya itu memang sudah ia asah.

Setiap pagi, Matthews selalu berlari dengan menggunakan sepatu berbahan timbal yang berat, hal tersebut ternyata berguna, karena ketika di lapangan saat ia memakai sepatu bola kakinya akan terasa ringan, yang kemudian menunjangnya untuk berlari lebih cepat.

Meski begitu, bagi rekan satu timnya Matthews dikenal sebagai sosok antagonis. Konon, saat memegang bola pemain yang biasa beroperasi disetor sayap itu terlalu egois untuk memberi umpan kepada rekan setimnya. Banyak yang menganggap, kalau Matthews adalah sosok individualistik di dalam lapangan. Namun, para supporter tetap memujanya, karena kemampuan pria asal Stoke itu sangat menghibur.

Bintang yang Tidak Pernah Juara di Kompetisi Utama

Pemain kelahiran 1 Februari 1915 itu dikenal sebagai produk binaan terbaik Stoke City. Ia memulai karier profesionalnya pada tahun 1932, atau dua tahun setelah penampilan mengagumkannya bersama tim cadangan Stoke (1930-1932). Sebelum itu, tawaran dari beberapa klub seperti Birmingham City, Aston Villa, dan West Bromwich Albion sempat menghampiri karena penampilan apiknya di kompetisi pelajar Inggris. Namun, karena lobi yang dilakukan pelatih Stoke Tom Mather kepada Ayah Matthews membuatnya kemudian mau bergabung bersama Stoke.

Pada musim perdananya di ranah senior, 15 penampilan dibukukan. Catatan tersebut, cukup menempatkan namanya sebagai pemain dengan kontribusi yang bagus untuk membawa Stoke sebagai juara second division Inggris musim 1932/1933. Pada musim selanjutnya, saat “The Potters” naik ke first division, menit bermain Matthews pun semakin menanjak, hingga mencapai 29 penampilan. Dan it uterus berkembang, hingga pada tahun 1947 ia hijrah ke Blackpool.

Bersama Blackpool, pencapaian prestasi yang didapatkannya lebih baik ketimbang saat masih membela Stoke. Satu gelar Piala FA pada tahun 1953 menjadi pencapaian tertingginya selama berkiprah di Liga Inggris. Melihat prestasinya, Matthews memang belum pernah sekalipun merengkuh trofi Divisi Utama Inggris, paling tinggi adalah membawa Blackpool menjadi runner-up pada musim 1955/1956.

Selama kurang lebih 15 musim berkostum Blackpool, ia kembali ke klub asalnya, yang saat itu sudah terjerembab ke divisi dua. Seperti de javu, setelah memainkan 18 laga pada musim perdananya, 36 pertandingan yang dilakoni bersama Stoke berimbas pada naiknya Stoke menjadi juara divisi dua yang kemudian membuat mereka kembali ke divisi satu pada tahun 1963.

Pada tahun 1965, Matthews yang sadar kalau usianya sudah tidak lagi muda pun memutuskan pensiun. Hebatnya, ia mengakhiri kariernya sebagai pesepakbola pada usia 50 tahun. Pencapaian yang rasanya sulit untuk ditandingi.

Mengakhiri Masa Bakti Bersama Tim Nasional Pada Usia 42 Tahun

Bakat Matthews tentu tidak hanya ia pertontonkan di level klub. Pada tahun 1934, ia kemudian dipanggil oleh Tim Nasional, dan mencetak gol debut saat Inggris mengalahkan Wales empat gol tanpa balas. Saat itu, Matthews menjadi pencetak gol ketiga bagi kemenangan Inggris.

Perjalanan karier Matthews di Tim Nasional tidak selamanya berujung pada pujian. Pada tahun 1935, saat Inggris berhasil mengalahkan Jerman tiga gol tanpa balas di White Hart Lane, Matthews justru dianggap sebagai tokoh antagonis. Sebab, dalam pertandingan tersebut ia sering kalah duel dari Reinhold Muenzenberg. Akibatnya, media dan supporter Inggris banyak yang mencemooh Matthews.

Beruntung mentalnya tidak jatuh, saat kembali membela Inggris dua tahun kemudian, saat itu Tiga Singa berhadapan dengan Skotlandia di Hampden Park, Skotlandia saat itu Inggris menyerah 1-3, walau secara permainan mereka sangat baik. Kemudian, pada pertandingan selanjutnya melawan Wales, Matthews berhasil mencetak hattrick saat Inggris mengalahkan Cekoslowakia dengan skor 5-4.

Dari rentang waktu 1934 sampai 1957 membela Inggris, Matthews tercatat tampil dalam 54 pertandingan dengan torehan 11 gol. Pada 15 Mei 1957, Matthews mengakhiri masa baktinya sebagai penggawa Inggris dalam usia 42 tahun. Hal tersebut, membuatnya dianggap sebagai pemain tertua dalam skuat Inggris hingga hari ini.

Lebih dari itu, ia juga menjadi pemain terlama yang bermain dengan Tim Nasional Inggris dengan 22 tahun masa pengabdiannya. Pertandingan terakhirnya bersama Tiga Singa di Kopenhagen, saat mereka bermain dikualifikasi Piala Dunia menghadapi tuan rumah Denmark.

Panutan yang Harus Dicontoh

Melihat perjalanan kariernya, Matthews banyak melakukan hal-hal yang tak bisa disaingi oleh pesepakbola lainnya. Bermain hingga usia 50 tahun, tentu bukan sebuah hal yang mudah dilakukan. Meski ia bukan satu-satunya pesepakbola yang bisa bermain di level professional hingga usia 50 tahun.

Namun, satu sisi yang harus diteladani dari sosok Matthews adalah kedisiplinannya dalam menjaga kondisi. Ia, bukan sosok pecandu alkohol atau bahkan nikotin. Hidupnya, jauh dari hal-hal yang berhubungan dengan zat yang kental dengan sisi lain kehidupan pesepakbola. Sekali-kalinya ia mengonsumsi alkohol, saat ia merayakan keberhasilan Blackpool menjadi juara Piala FA tahun 1953.

Selain itu, Matthews juga merupakan pemain yang disiplin waktu, ia selalu tidur di bawah pukul 9 malam, dan bangun sebelum enam pagi. Setelahnya, ia akan lari pagi untuk menjaga kebugarannya. Ia juga melakukan diet teratur dalam hidupnya, konon setiap hari Senin ia selalu berpuasa.

Mungkin, itulah yang menjadi salah satu hal yang membuat pesepakbola yang meninggal pada 23 February 2000 itu bisa bermain hingga usia setengah abad. Tentu, apa yang dilakukan Sir Matthews bisa menjadi inspirasi bagi pesepakbola saat ini dalam menjaga kebugaran fisiknya. (SN)

Komentar