Disiplin ala Stanley Matthews

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Disiplin ala Stanley Matthews

Tiga dari empat gol kemenangan Blackpool di final Piala FA (4-3 melawan Bolton Wanderers) dicetak Stan Mortensen. Namun hingga saat ini pertandingan tersebut dikenal dengan nama The Matthews Final; mengacu kepada Sir Stanley Matthews.

Sir Stanley Matthews hingga saat ini masih menjadi satu-satunya pemain yang diberi gelar “Sir” saat masih aktif bermain. Kemampuannya menggiring bola tak hanya membuat dirinya menyandang julukan Wizard of the Dribble, namun juga menjadi jaminan penjualan tiket. Di manapun Matthews bermain, kehadirannya mampu menarik setidaknya sepuluh ribu orang untuk datang ke stadion.

Adalah Matthews yang menempatkan nama Blackpool di tempat yang sama dengan Real Madrid dan kesebelasan besar lainnya. Hal tersebut dapat terjadi karena Matthews adalah pemenang Ballon d’Or edisi pertama, mengalahkan Alfredo Di Stéfano dan Raymond Kopa. Kehebatan Matthews bahkan membuat Pelé, pemain terakbar sepanjang sejarah sepakbola Brasil berkata “Matthews mengajari kita cara bermain sepakbola.”

Matthews menjadi saksi mata bagaimana tim nasional Inggris menjadi "korban" propaganda NAZI. Ia ada di skuat Inggris yang memberikan salam/salut NAZI yang menjadi aib dalam sejarah sepakbola Inggris. Selengkapnya baca DI SINI.

Sir Bobby Charlton, legenda Inggris, sementara itu berujar seperti ini: “Ia dapat mengalahkan siapapun. Malah, kadang ia tidak harus berusaha. Para lawan sudah kalah begitu Matthews mulai berlari ke arah mereka.” Dan ia masih melakukannya di usia senja.

Matthews menjalani pertandingan terakhirnya bersama tim nasional Inggris di usia 42 tahun. Pada usia 73, ia masih dapat bermain sepakbola. Luar biasa, mengingat Matthews sedikit mendapat asupan protein yang penting untuk kekuatan otot dan kualitas performa atletik. Matthews menganut gaya hidup near-vegetarian.

Menu makan siangnya adalah jus wortel dan ia hanya makan pinggiran roti untuk sarapan. Di malam hari, Matthews makan steak dan salad. Setiap hari Senin ia tidak makan apa-apa. Menyisihkan satu hari dalam seminggu untuk puasa, menurut Matthews, membuatnya merasa jauh lebih baik. Kunci kehebatan Matthews, bagaimanapun, bukan rahasia. Disiplin adalah kunci. Dan ia sudah melakukannya sejak dini.

Jack Matthews, sang ayah yang berprofesi sebagai tukang cukur dan petinju profesional di kelas bulu, adalah sosok paling berpengaruh dalam menanamkan disiplin dalam diri Matthews. Bangun pagi dan mulai berlatih di pukul enam adalah kewajiban. Di usia enam tahun, Stanley didaftarkan dalam lomba lari 100 yard untuk kelompok usia di bawah 15 tahun dan menjadi pemenang.

Stanley Matthews muda bahkan terbiasa menempuh jarak delapan mil setiap hari dengan berjalan kaki, karena ayahnya menolak memberi ongkos bus. Jalan kaki, kata Jack Matthews, lebih sehat. Gaya hidup disiplin tersebut kemudian dianut Matthews seumur hidupnya.

Kedisiplinan menjadi kunci sukses banyak pemain, bukan hanya Stanley Matthews. Simak beberapa cerita menarik tentang aspek disiplin dan juga indisipliner dalam beberapa kasus sepakbola:

Katalog Hukuman Pep dan Mengapa Bayern Sangat Disiplin

Ravel Morrison, Si Bengal dari Manchester

Neuer dan Profesionalisme Kelas Satu


Setelah menjadi pemain sepakbola profesional, Matthews tetap terbiasa bangun pagi. Setiap pukul enam ia pasti sudah mulai berlatih sendiri di pantai; sebelum sesi latihan harian bersama kesebelasan yang ia bela. Sebagai tambahan latihan pagi dan latihan bersama kesebelasan, Matthews memiliki sesi latihan sore pribadi; di pantai, tiga kali sepekan.

Mengatur jadwal dengan baik juga menjadi kunci bagi Matthews. Menjelang akhir karirnya, ia memilih 30 pertandingan yang akan ia jalani sepanjang musim untuk menjaga kualitas permainannya.

Matthews mengatur jadwalnya dengan sangat baik. Ia begitu mencintai rutinitas hariannya sendiri. Satu-satunya hal yang dapat mencegah Matthews dari rutinitas hariannya adalah terlalu banyak tidur (pada beberapa kesempatan, hal ini terjadi; Matthews ‘kan, bagaimanapun, bukan sosok sempurna). Jika ia terlambat bangun, katakanlah bangun pukul 6:30, ia kehilangan semangat berlatih.

Komentar