Persamaan Sepak Bola Suriname dengan Indonesia

Cerita

by Arienal A Prasetyo

Arienal A Prasetyo

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Persamaan Sepak Bola Suriname dengan Indonesia

Apa atribusi untuk Virgil van Dijk, Ruud Gullit, Frank Rijkaard, Edgar Davids, Clarence Seedorf, dan Jimmy Floyd Hasselbaink, selain pemain Tim Nasional Belanda? Jawabannya adalah mereka keturunan Suriname.

Mereka ada yang lahir di Belanda dari orang tua yang berasal dari Suriname (Virgil, misalnya, yang ibunya merupakan perempuan asal Suriname), sementara ada juga yang lahir di Suriname dan pindah ke Belanda bersama orang tuanya seperti Davids dan Seedorf.

Di tahun yang sama saat Seedorf lahir, ayahnya pergi ke Belanda untuk mencari penghidupan lebih baik bersama ribuan warga Suriname lainnya pada 1976. Paman Seedorf, Henry, mengenang alasan mengapa ayah Seedorf pergi ke Belanda.

“Kami tidak datang dari keluarga yang kaya raya. Kami berasal dari keluarga kelas rendah. Ayah saya melakukan segalanya, mulai dari pekerja perkebunan hingga penjual buah-buahan. Dia seorang pekerja keras,” ujar Henry kepada Adam Crafton dari The Athletic.

Seedorf baru menyusul ayahnya ke Belanda bersama ibunya saat ia masih berusia dua tahun. Kemudian mantan pemain yang pernah juara Liga Champions bersama tiga klub berbeda ini bergabung dengan akademi Ajax Amsterdam.

Di generasi saat ini, ada juga Georginio Wijnaldum yang merupakan anak dari pasangan Suriname. Bedanya, Wijnaldum lahir dan tumbuh di dewasa dan diorbitkan dari kota asal klub Feyenoord Rotterdam. Sebagai bentuk “mengingat” tanah asal orang tuanya, ketika menjuarai Liga Champions bersama Liverpool pada 2019, Wijnaldum berpose bersama trofi Si Kuping Besar sambil membentangkan bendera Belanda dan Suriname.

Bendera Suriname juga menjadi penting bagi Steven Bergwijn, penyerang Ajax. Meski lahir di Amsterdam, darah Suriname menjadi penghargaan bagi dirinya sendiri dengan memasang bendera asal orang tuanya itu di sepatu sepak bolanya.

“Alasanku memasang bendera Suriname di sepatu adalah untuk mengingat bahwa orang tuaku berasal dari sana, dan kultur Suriname menjadi bagian dari hidupku. Aku tak akan melupakan itu, tak penting di manapun aku akan pergi,” tulis Bergwijn.

Ada pun pemain keturunan Suriname yang besar di Belanda namun tidak memperkuat Tim Oranye yaitu Sergino Dest. Pemain AC Milan itu lebih memilih memperkuat Amerika Serikat meskipun lahir di Almere, Belanda. Ayah Dest pindah ke Amerika dan bertugas di Vietnam ketika Perang Vietnam meletus.

Dest merasa gagal lantaran tidak masuk ke dalam skuad muda Belanda. Tapi, ayahnya mengingatkan bahwa ia masih bisa memperkuat Amerika. Benar saja, Dest datang ke Amerika dan bergabung dalam training center di IMG Academy, Florida, pada 2016.

"Saya sangat berterima kasih kepada Amerika. Mereka menolong saya saat saya sedang mengalami masa-masa yang berat," ujar Dest kepada ESPN.

Para Kuli Jawa Hingga Hijrahnya Orang-Orang Suriname ke Belanda

Hubungan kolonialisme yang panjang menjadi salah satu sebab banyaknya pemain Belanda yang mempunyai darah Suriname. Sebelum dikuasai Belanda pada 1667, Suriname merupakan wilayah yang dikuasai Inggris. Kemudian kekuasaan didapatkan Belanda karena wilayah kekuasaannya, yaitu New Holland (sekarang New York), sudah jatuh ke tangan Inggris.

Suriname sendiri merupakan kawasan penghasil gula dan menjadi sentra perkebunan kopi dan buah kakao. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja, Belanda mendatangkan buruh kasar atau ‘kuli’ dari Hindia Belanda (Indonesia). Sekitar 33.000 pekerja yang kebanyakan dari Pulau Jawa, didatangkan ke Suriname sejak 1890 hingga sampai 1939.

Jauh sebelum para pekerja dari Jawa itu datang, di Suriname sudah terdapat para budak yang berasal dari Afrika dan beberapa wilayah lain seperti Tiongkok dan India. Bahasa yang digunakan di Suriname pun sangat beragam.

Allison Blakely dalam penelitiannya menyebut bahwa di Suriname berkembang sebuah bahasa bernama Sranan Tongo yang merupakan gabungan antara Afrika Barat dan Inggris. Ketika berada dalam penguasaan Belanda, maka bahasa negara kincir angin itu pun dipelajari dan perlahan para penduduk Suriname menguasainya.

Maka, ketika Belanda memberi izin kewarganegaraan kepada penduduk Suriname dan Antillen melalui Charter for the Kingdom of the Netherlands yang disusun pada 1954, orang-orang Suriname mulai bermigrasi ke Belanda.

Setelah Suriname memperoleh kemerdekaan pada 25 November 1975, makin banyak warga Suriname yang hijrah ke Belanda untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Peraturan bebas bermigrasi ke Belanda itu bertahan hingga 1980, ketika pemerintah Belanda mengharuskan orang Suriname untuk memilih kewarganegaraan.

.

Mimpi-Mimpi Sepakbola Suriname

Suriname merupakan satu dari 41 anggota CONCACAF. Di Piala Dunia 2026 yang berlangsung di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko, CONCACAF akan mengirimkan enam wakil (termasuk tiga tuan rumah). Berlaga di Piala Dunia 2026 pun menjadi impian Suriname.

“2026 akan menjadi kesempatan termudah kami. Seingat saya, hanya itu yang dibicarakan oleh komunitas sepak bola kami. Kita harus berada di sana. Kita harus menjadi bagian dari Piala Dunia 2026. Selama beberapa dekade sekarang, kami telah memimpikan sebuah tempat di Piala Dunia,” kata John Krishnadath, Presiden Asosiasi Sepak Bola Suriname (SVB), dilansir dari The Athletic.

Untuk meraih mimpi masuk Piala Dunia, Suriname menerapkan kebijakan memberikan paspor khusus olahraga bagi pemain sepakbola yang bermain di Belanda. Dengan kebijakan itu, Suriname berkesempatan untuk diperkuat pemain-pemain yang bermain di Liga Belanda.

Suriname pun berencana akan merombak ulang liga dengan membentuk liga baru yang diikuti enam tim. Liga ini akan dikelola secara lebih profesional untuk menggantikan SVB Eerste Divisie yang diikuti oleh 12 tim.

SVB Eerste Divisie merupakan liga tertinggi di Suriname, tapi belum dikelola secara profesional. Salah satu persoalan yang masih melekat dalam sepakbola Suriname adalah kasus suap. Pada September 2021, pemilik klub Inter Moengotapoe, Ronnie Brunswijk terlibat kasus suap ketika klubnya bermain di CONCACAF League.

Dalam sebuah video, Ronni terlihat sedang membagikan uang kepada pemain Olimpia de Honduras. Dalam pertandingan itu, Olimpia menang 6-0 atas Inter Moengotapoe. Kontroversi yang lain adalah, di pertandingan itu, Ronnie juga bermain sebagai kapten. Kedua tim akhirnya didiskualifikasi dari turnamen, dan Ronnie dihukum tidak boleh terlibat dalam sepakbola selama tiga tahun oleh CONCACAF.

Pada 2005, Ronnie juga dihukum oleh SVB dengan tidak boleh terlibat dalam sepakbola selama lima tahun lantaran diduga mengancam pemain dengan pistol.

Urgensi untuk segera memperbaiki liga adalah adanya kesenjangan yang semakin lebar antara liga Suriname dengan liga-liga negara CONCACAF maupun liga Belanda sebagai tempat di mana bakat-bakat sepakbola bisa direkrut.

Selain itu, Belanda membentuk tim pencari bakat yang bekerja di Belanda untuk memantau bakat-bakat yang mempunyai keturunan Suriname. Di samping itu, Nigel Hasselbaink dan Ryan Donk memperkuat Suriname. Nigel dan Ryan masing-masing sudah mengoleksi sembilan caps penampilan untuk timnas Suriname. Bergabungnya mereka menjadi harapan baru bagi Suriname atas pengalamannya berkarir di Eropa. Saat ini Nigel bermain untuk Bnei Sakhnin di Liga Israel dan Ryan bermain untuk Kasimpasa di Liga Turki.

SVB pun mengakui bahwa sulit untuk membujuk pemain-pemain elit keturunan Suriname untuk memperkuat negara tersebut. Menurut Krishnadath, bermain untuk Belanda jelas mempunyai daya tarik lebih dibanding bermain untuk Suriname. Bermain untuk tim Oranje berarti berkesempatan tampil di Piala Eropa dan Piala Dunia. Selain itu, para pemain lebih mendapat eksposur yang lebih luas dengan bermain untuk Belanda.

“Jangan lupa bahwa pemain keturunan Suriname yang bermain untuk timnas Belanda adalah pengusaha. Nilai tambah saat bermain untuk tim Belanda jauh lebih banyak. Kami memahami itu. Jika Anda memiliki prospek yang lebih baik bermain untuk tim Belanda, maka Anda harus melakukannya dari perspektif komersial murni. Itulah kehidupan nyata. (Sepak bola) adalah 11 pengusaha yang berlari di lapangan,” kata Krishnadath.

Persamaan Suriname dan Indonesia

Indonesia mempunyai kesamaan dengan Suriname, yakni berharap pada talenta-talenta Belanda yang memiliki darah keturunan. Paling baru, Ivar Jenner dan Justin Hubner, resmi menjadi warga negara Indonesia karena keturunan dari neneknya. Kedua pemain ini rencananya akan dipersiapkan untuk Piala Dunia U-20 2023.

Sebelumnya, Indonesia sudah banyak menaturalisasi pemain keturunan Belanda, seperti Stefano Lilipaly, Marc Klok, Sergio van Dijk, Toni Cussel, Johnny van Beukering, dan Ruben Wuarbanaran. Masuknya Sandy Walsh menambah panjang daftar pemain naturalisasi keturunan Belanda.

Pemain keturunan Indonesia-Belanda yang bermain di luar negeri tidak semuanya mau bermain untuk Indonesia. Mereka di antaranya adalah Kevin Diks, Mees Hilgers, dan Tijjani Reijnders. Hasani Abdulgani, Exco PSSI, pun membeberkan bahwa salah satu di antara mereka belum berniat membela Indonesia.

"Saya dapat kabar via telepon. Kolega kami berbicara dengan manajer Reijnders. Dia tidak bilang alasan yang spesifik. Dia hanya bilang belum berminat untuk saat ini," ujar Hasani dilansir dari CNN.

***

Indonesia dan Suriname merupakan negara yang kekuatan sepak bolanya tidak masuk dalam level elit dunia. Maka wajar jika memang sepak bola negara ini kurang menjadi perhatian bagi pemain-pemain keturunan. Jalan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan level Indonesia adalah memperbaiki manajemen liga domestik dan pembinaan usia dini. Naturalisasi atau pemberian kewarganegaraan hanya dijadikan alternatif yang perencanaannya harus jelas.

Pemain keturunan Belanda yang sudah dinaturalisasi sebelumnya tidak dipertimbangkan prospek dan kemampuannya. Alhasil, pemain-pemain itu hanya menjadi pemanis dan dimanfaatkan oleh beberapa klub untuk menambah kuota pemain lokal saja. Selain itu mereka pun tidak memberikan prestasi apa-apa untuk sepak bola Indonesia sejauh ini.





Komentar