Apa yang Dilakukan Brendan Rodgers di Leicester City?

Cerita

by Redaksi 47 45768

Redaksi 47

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Apa yang Dilakukan Brendan Rodgers di Leicester City?

Untuk pertama kalinya enam besar Liga Primer Inggris dihuni oleh klub yang sama dalam 3 musim berturut-turut. Manchester City, Liverpool, Chelsea, Tottenham, Manchester United, dan Arsenal menjadi klub yang selalu muncul dalam 6 klub teratas di akhir musim Liga Primer Inggris sejak musim 2016/2017 sampai 2018/2019.

Musim ini, Manchester United menunjukkan performa yang kurang meyakinkan di awal. Begitu pula dengan Arsenal dan Tottenham yang sepertinya belum bisa menunjukkan performa yang stabil hingga pekan ke-9. Karena itu, susunan 6 besar Liga Primer Inggris di akhir musim berpotensi untuk berubah di musim 2019/2020 ini. Dan satu tim yang paling berpotensi untuk masuk ke dalam posisi ini adalah Leicester City.

Sejak menjadi juara di musim 2015/2016, Leicester City memang belum mampu menunjukkan kualitasnya kembali sebagai klub papan atas Liga Primer Inggris. Mereka hanya mengakhiri musim di posisi antara 9 sampai 12 klasemen akhir dan tidak menjadi bagian dalam perebutan gelar maupun tiket ke Liga Eropa. Hal ini menguatkan anggapan orang soal faktor keberuntungan saat mereka berhasil menjadi yang terbaik 4 musim lalu.

Akhir Februari lalu, Leicester City memecat manajer mereka saat itu, Claude Puel, untuk digantikan dengan mantan Manager Liverpool yang saat itu sedang menangani Celtic, Brendan Rodgers. Saat itu, kondisi ruang ganti Leicester City sedang dalam kondisi tidak baik. Hubungan antara Jamie Vardy dengan Puel semakin memanas akibat sang striker tidak suka dengan gaya bermain lambat yang diterapkan Puel. Kekalahan 4-1 dari Crystal Palace menjadi puncak amarah Vardy saat ia memukul pintu ruang ganti saat pertandingan berakhir.

Brendan Rodgers memulai pekan pertamanya di Leicester City dengan kekalahan atas Watford. Namun, ia kemudian mampu memperbaiki pada 4 pekan berikutnya dengan 4 kemenangan beruntun. Leicester City kemudian mengakhiri musim di peringkat ke-9.

Satu permasalahan yang langsung dilihat Brendan Rodgers dari skuatnya adalah masalah daya tahan. Ia melihat pemainnya akan cenderung melakukan kesalahan saat menit-menit akhir pertandingan akibat daya daya tahan yang menurun. Dugaan ini didukung dengan laporan latihan Leicester City saat ditangani Clude Puel yang sangat minim intensitas.

Rodgers menyiapkan materi latihan untuk meningkatkan daya tahan para pemainnya saat pra-musim 2019/2020. Latihan dilakukan dalam waktu yang singkat namun dengan intensitas yang tinggi. Durasi rata-rata setiap latihan Leicester City tidak lebih dari 90 menit, Rodgers berusaha membuat tingkat intensitas semirip mungkin dengan kondisi yang dialami para pemain saat bertanding.

Rodgers menerapkan dua kali latihan setiap harinya, di pagi dan sore hari. Untuk dapat memaksimalkan kedua sesi latihan, ia menyiapkan kamar hotel yang khusus disewa untuk tempat beristirahat para pemain di siang hari. Dengan begitu, para pemain akan hadir pada latihan sore dalam kondisi tubuh yang kembali prima.

“Para pemain telah siap untuk tersiksa saat latihan,” kata Rodgers. “Aku memiliki bayangan yang jelas tentang bagaimana kita akan bermain meski itu akan terus berkembang. Kerangka dan struktur dasar cara bermain adalah hal yang penting, namun tidak menutup para pemain untuk mengeluarkan kreativitasnya. Untuk mencapai itu, tentu tidak bisa didapat secara gratis, para pemain harus berjuang untuk mencapai level tersebut. Mereka harus berlatih hingga melebihi batas kemampuan, mereka harus kesulitan saat latihan, sehingga saat bertanding mereka siap dan mendapat manfaat dari hasil latihan” lanjutnya.

Mantan bek tengah Manchester United yang kini bermain di Leicester City mengatakan, “kami bekerja keras untuk meningkatkan daya tahan di musim ini. Ini berat namun para pemain bisa menikmatinya.”

Meski menerapkan latihan yang berat, Rodgers tidak menempatkan dirinya sebagai pelatih keras yang memaksa pemainnya melakukan yang dia inginkan. Seperti yang kita lihat saat ia di pinggir lapangan, Rodgers saat melatih pemain juga merupakan seorang yang tenang dan murah senyum. Ia tetap berusaha untuk berada dekat dengan para pemainya.

Erik Sviatchenko, salah seorang staf yang bekerja bersama Rodgers saat menangani Celtic mengatakan, “Selama 18 bulan aku bekerja bersamanya (Rodgers), ia selalu terlibat dengan aktivitas bersama para pemain dan selalu tersenyum sehingga membangun suasana yang menyenangkan. Ia menginginkan kita mengeluarkan yang terbaik. Ia akan mengingatkan kita jika melakukan kesalahan hingga 2-3 kali. Ia sangat tenang, aku jarang mendengar ia berteriak dan marah. Hal ini membuat para pemain hormat kepadanya.”

Tidak hanya kepada para pemain, Rodgers juga ingin para stafnya menunjukkan etos kerja yang sama. Ia percaya, ketika tim internalnya menunjukkan etos kerja yang baik, hal tersebut akan menular kepada para pemainnya. Para staf sudah berkumpul sejak pagi hari untuk mempersiapkan sesi latihan gym dan angkat beban di pagi hari. Bahkan, dikabarkan bahwa kitman mereka, Paul McAndrew, juga mengalami penurunan berat badan selama beberapa bulan ini bekerja bersama Rodgers.

Hasilnya, Leicester City kini berada di posisi ketiga klasemen sementara dengan 20 poin. Leicester tercatat sebagai klub terbanyak kedua, setelah Liverpool, dalam jumlah gol di 20 menit terakhir pertandingan. Hal ini menunjukkan bagaimana para pemain Leicester City mampu menjaga kondisinya hingga akhir pertandingan.

Hasil tes tim sains olahraga Leicester City kepada striker Jamie Vardy bahkan menunjukkan bahwa kondisi striker yang kini berusia 32 tahun ini lebih bugar dibanding kondisinya saat 4 tahun lalu. Hasil tes dalam hal kecepatan dan kekuatan Vardy di musim ini menunjukkan hasil yang lebih baik ketimbang saat ia membawa Leicester juara 4 musim lalu.

Ditambah lagi Rodgers memiliki pasukan muda dengan talenta Luar biasa. Ia memiliki Caglar Soyuncu di lini belakang. Soyuncu mampu menggantikan Harry Maguire yang pindah ke Manchester United musim ini. Di lini tengah, duet gelandang Youri Tielemans dan James Maddison membuat suplai bola mengalir lancer ke lini depan.

Liga Inggris musim ini memang masih sangat panjang. Apa yang diinginkan Rodgers kepada para pemainnya pun masih akan terus berkembang. Namun setidaknya, Rodgers telah menunjukkan bahwa kerja keras yang dilakukan para pemainnya di musim ini sudah mulai terlihat hasilnya. Bukan tidak mungkin Leicester City akan mampu mengulangi kesuksesan tidak terduga seperti yang dilakukan 4 tahun lalu bersama Claudio Ranieri.

Live streaming pertandingan Liga Primer Inggris

Komentar