Terlahir untuk Sepakbola

Cerita

by Redaksi 18

Redaksi 18

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Terlahir untuk Sepakbola

Panama berada di ujung tanduk. Mereka tertinggal satu gol di babak pertama pertandingan melawan Kosta Rika, pada kualifikasi Piala Dunia 2018. Jika kalah, maka Panama tidak akan lolos ke Rusia.

Pelatih Panama, Hernan Dario Gomez, kemudian menyemangati para pemain saat turun minum dengan mengatakan, “Aku tak akan berkata apa-apa selain ini: semua yang Anda butuhkan [untuk memenangkan pertandingan] hanyalah dengan lebih banyak menguasai bola. Maka lakukanlah itu sekarang!”

Nasihat Gomez terbukti ampuh. Panama tampil lebih trengginas di babak kedua. Setelah Blas Perez mencetak gol penyama kedudukan di menit ke-53, Roman Torres kemudian menjadi pahlawan Panama berkat gol yang dicetaknya pada menit ke-88. Kemenangan 2-1 Panama bertahan hingga peluit akhir dibunyikan. Di pertandingan lain, AS kalah dari Trinidad dan Tobago. Dengan demikian Panama pun berhak lolos ke Piala Dunia untuk pertama kalinya.

Kebahagiaan tak bisa disembunyikan oleh publik Panama. Banyak dari mereka yang turun ke jalan untuk merayakan pencapaian bersejarah itu. Semua larut dalam suka cita. Presiden Panama, Juan Carlos Valera, sampai langsung menetapkan hari libur nasional untuk merayakan lolosnya ke Panama ke Piala Dunia.

Hernan Dario Gomez tak luput dari kegembiraan itu. Ia menyebut lolosnya Panama ke Piala Dunia sebagai “El sueno del pibe”. Mimpi seorang bocah. “Itu adalah perasaan terbaik yang pernah aku alami,” ungkapnya kepada The Times.

Baca juga: Ragam Kontroversi yang Mengiringi Lolosnya Panama ke Piala Dunia 2018

Kebahagiaan besar yang dirasakan Gomez ketika Panama dinyatakan lolos ke Piala Dunia, hanyalah salah satu dari sekian banyak peristiwa berkesan lain yang pernah dirasakannya sepanjang berkarier di dunia sepakbola. Dari sepakbola, Gomez telah merasakan peristiwa membahagiakan yang paling memabukkan hingga peristiwa pahit yang paling menggidikkan.

Salah satu kejadian pahit yang akan selalu membekas dalam benaknya sampai kapan pun adalah ketika ia menjabat sebagai asisten pelatih tim nasional Kolombia di Piala Dunia 1994. Tepat satu hari setelah Kolombia dinyatakan tersingkir dari fase grup, pemain belakang mereka, Andres Escobar ditemukan tewas di kampung halamannya sendiri setelah seseorang memberondongnya dengan 12 tembakan senjata api.

Kuat dugaan dibunuhnya Escobar disebabkan oleh gol bunuh diri yang dibuatnya saat bertanding melawan Amerika Serikat di matchday kedua Grup A Piala Dunia 1994. Karena gol bunuh diri itu, Kolombia kalah dan tersingkir dari Piala Dunia.

“Saat itu jam tiga dini hari. Aku mendapat telepon dari kekasih Escobar, Pamela. Ia mengatakan bahwa Escobar telah dibunuh oleh seseorang. Aku langsung tak bisa berkata apa-apa. Sampai sekarang peristiwa pahit itu masih terasa menyakitkan bagiku,” tutur Gomez.

Selain itu, tekanan yang diberikan publik dan media kepada tim nasional Kolombia pun sangat besar usai tersingkir dari Piala Dunia. “Kami bahkan tak bisa keluar rumah karena akan menghadapi hinaan dan olok-olok dari banyak orang,” sebut Gomez.

Gomez sempat berpikir untuk berhenti berkarier di dunia sepakbola. Namun rasa cintanya pada sepakbola jauh lebih kuat. Hingga ketika federasi menunjuknya sebagai kepala pelatih Kolombia, Gomez menerimanya. Tugas berat langsung dibebankan ke pundaknya di tengah situasi yang serba buruk itu: membawa Kolombia lolos ke Piala Dunia 1998. Namun pada akhirnya, Gomez berhasil memenuhi tugas itu.

“Aku pikir salah satu pencapaian penting yang telah kulakukan adalah berhasil mengangkat mental tim Kolombia, hingga akhirnya lolos ke Piala Dunia 1998 setelah itu,” ucapnya. “Dan aku sangat mencintai para pemain yang ada di era itu. Kami seperti keluarga.”

Pada 1999, Gomez ditunjuk oleh Presiden Federasi Sepakbola Ekuador untuk mengarsiteki tim nasional mereka. Nestapa lagi-lagi didapatinya di Ekuador. Pada Mei 2001, ia ditembak oleh seorang yang tak dikenal akibat tidak meloloskan anak seorang politikus Ekuador ke skuat tim nasional. Total dua peluru masing-masing melukai lengan dan paha Gomez.

Kejadian ini lagi-lagi membuat Gomez sempat membulatkan tekad untuk mengakhiri karier sebagai pelatih sepakbola. Namun kali ini tekad tersebut dicegah oleh sang ibu. Gomez pun bertahan sebagai pelatih Ekuador. Enam bulan kemudian, Ekuador berhasil dibawanya lolos ke Piala Dunia untuk pertama kalinya. Kepahitan Gomez pun seketika berubah menjadi kebahagiaan besar.

“Aku merasa begitu dicintai oleh setiap orang yang aku temui di jalan,” ujar Gomez menggambarkan perasaan riangnya saat itu.

Baca juga: Anak-anak Kanal

Walau lolos ke Piala Dunia tahun ini, Panama gagal menunjukkan penampilan impresif pada dua laga awal fase grup yang mereka jalani. Setelah dikalahkan Belgia dengan skor 0-3, mereka kemudian dikalahkan Inggris dengan skor telak 1-6 di matchday kedua.

Kendati demikian, Gomez tetap mampu berbahagia saat menyambut gol Felipe Baloy ke gawang Inggris pada menit ke-78. Walau gol tersebut tak berpengaruh banyak terhadap pertandingan (karena Inggris telah unggul 6-0), gol itu menjadi berarti karena merupakan gol perdana Panama di ajang Piala Dunia.

Para suporter Panama yang hadir di Stadion Nizhny Novgorod pun merayakan gol itu dengan antusias. Mereka berjingkrak dan saling memeluk satu sama lain seakan gol tersebut adalah gol kemenangan. Senyum lebar tampak di wajah Gomez dalam menyambut gol bersejarah tersebut.

***

Sepakbola telah membuat Gomez mencicipi bagaimana rasanya terpuruk di titik paling rendah dan berbahagia di puncak tertinggi. Bagi Gomez, sepakbola tak ubahnya kehidupan itu sendiri yang telah mengakar kuat dalam dirinya.

Tak ayal, bola pun menjadi salah satu benda yang paling sering disentuhnya. Gomez akan sangat sering terlihat merangkul bola di bawah lengannya saat beraktivitas sehari-hari.

“Perasaanku selalu nyaman saat merangkul bola,” ujarnya kepada The Guardian. “Aku selalu membawa satu bola ketika sedang berbicara kepada para pemain, berjalan-jalan di hotel, atau saat berjalan di koridor rumahku.”

Dan dengan semua yang telah sepakbola berikan kepadanya, juga rasa cintanya yang besar untuk sepakbola, ia menyebut dirinya sebagai seseorang yang terlahir untuk sepakbola.

“Aku terlahir untuk sepakbola. Sepakbola adalah hidupku.”

Komentar