Pertandingan Kebencian Belgia

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Pertandingan Kebencian Belgia

Perang Dunia II mengubah segalanya di Eropa. Begitu pun dengan kondisi sepakbola di Belgia.

Sebelum Perang Dunia II, Royale Union Saint-Gilloise mendominasi sepakbola Belgia. Tapi setelah Perang Dunia II, peta kekuatan sepakbola Belgia banyak berubah, termasuk dengan penurunan Saint-Gilloise. Disamping itu, ada tiga kesebelasan yang perlahan menanamkan dominasinya di sepakbola di Belgia. Tiga kesebelasan itu adalah Club Brugge KV, RSC Anderlecht dan Standard Liege.

Dua kesebelasan pertama menjadi penguasa teratas karena paling banyak mengoleksi gelar kompetisi domestik yang saat ini bernama Belgian First Division A atau dikenal juga dengan nama Jupiler Pro League. Anderlecht memimpin dengan perolehan 34 gelar dan Club Brugge dengan 14 gelar juara Belgian First Division A.

Kedua kesebelasan itu pun bersiap saling mengalahkan pada pertandingan lanjutan Belgian First Division A 2017/2018 di kandang Club Brugge, Stadion Jan Brey, Minggu (17/12). Posisi mereka di klasemen sementara saat ini adalah Club Brugge yang menempati peringkat pertama dengan raihan 44 poin dari 18 pertandingan.

Sementara itu Anderlecht berada di posisi tiga dengan koleksi 34 poin dari jumlah pertandingan yang sama seperti Club Brugge. Maka bukan tanpa alasan jika pertandingan antara mereka dianggap sangat besar jika menilik sejarah dan klasemen sementara musim ini. Bagi tuan rumah, menghadapi Anderlecht adalah pertandingan terbesar di Belgia selain derbi menghadapi Cercle Brugge.

Di Belgia, pertandingan antara Anderlecht dan Club Brugge diibaratkan seperti rivalitas prestasi antara Barcelona-Real Madrid, Hadjuk Split-Dinamo Zagreb, Ajax Amsterdam-Feyenoord Rotterdam dan lainnya di kompetisi domestik. Persaingan antara Anderlecht dan Club Brugge biasa disebut The Hate Game (Pertandingan Kebencian) di sepakbola Belgia.

Dominasi di Liga Belgia yang Memanaskan Lapangan

Buktinya, banjir kartu selalu mewarnai setiap laga antara Anderlecht dan Club Brugge. Enam kartu kuning menghiasi pertandingan antara keduanya pada 6 November lalu. Sedangkan kartu merah muncul pada pertandingan mereka yang digelar 23 April lalu. Panasnya pertandingan disebabkan karena persaingan antara Anderlecht dan Club Brugge yang berkembang sejak 1970-an.

Sejak saat itulah Liga Belgia didominasi kedua kesebelasan tersebut. Pertumbuhan persaingan antara Anderlecht dan Club Brugge berada di dalam kekuatan berintensitas tinggi. Hampir setiap musim selalu menjadi ajang perebutan juara antara kedua kesebelasan tersebut.

Dominasi Anderlecht dan Club Brugge hanya memberikan sedikit ruang bagi kesebelasan lainnya untuk berprestasi di Liga Belgia, meskipun ada Standard Liege yang beberapa kali mengancam dominasi dua pesaingnya tersebut. Persaingan antara Anderlecht dengan Club Brugge di perburuan gelar juara membawa ke jajaran elit sepakbola Eropa.

Dua kesebelasan itu pun menjadi ledakan dari sepakbola Belgia di Eropa. Anderlecht boleh bersombong diri karena mengoleksi lima gelar kompetisi Eropa, yaitu yaitu dua Piala Winners UEFA (1975/1976 dan 1977/1978), Piala UEFA 1982/1983 dan dua Piala Super UEFA (1976 dan 1978). Club Brugge, sementara itu, belum pernah meraih juara di Eropa. Mereka hanya sanggup menjadi finalis Piala UEFA 1975/1976 dan Piala Eropa (Liga Champions) 1977/1978.

Pada kurun waktu itu, baik Anderlecht dan Club Brugge memainkan sepakbola yang enak ditonton dengan mengutamakan penguasaan bola disertai tingginya kecepatan serta teknik. Maka bukan tanpa alasan keduanya selalu berlomba mengklaim diri sebagai kesebelasan terbaik di Belgia. Gengsi itulah yang menjadi bumbu panas di lapangan antara Anderlecht dan Club Brugge.

Jarang ada bentrokan berlebihan di luar lapangan dan stadion meskipun para pendukungnya tidak saling menyukai satu sama lain. Padahal, pendukung kedua kesebelasan itu memiliki lingkungan yang berbeda. Anderlecht didukung para kelas pekerja di pabrik-pabrik pinggiran pusat pemerintahan Belgia, sementara Brugge berasal dari kota pendidikan nan komersil karena sering dijadikan kawasan wisata.

Komentar