Protes PSM Makassar dan Pelanggaran Sepele Cerminan Mentalitas Bangsa

Cerita

by redaksi 62291

Protes PSM Makassar dan Pelanggaran Sepele Cerminan Mentalitas Bangsa

PSM Makassar melayangkan surat protes kepada Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) terkait kinerja wasit yang memimpin pertandingan PS TNI melawan PSM di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, Senin (15/5). Selain karena kinerja wasit, kubu “Juku Eja” juga mempertanyakan soal warna baju yang dikenakan penjaga gawang PS TNI, Teguh Amirudin, yang sama dengan warna baju yang dikenakan wasit Handri Kristanto, yaitu hitam.

Pelatih PSM, Robert René Alberts, mengungkapkan sebelum pertandingan pihaknya sudah meminta pengawas pertandingan untuk memerhatikan hal tersebut. Namun, Alberts mengakui tidak ada yang mengindahkan permintaan tersebut, karena pertandingan tetap berlangsung.

“Kami sudah mengingatkan match commissioner sebagai ofsial keempat dan wasit utama soal warna baju kiper PS TNI yang sama dengan warna baju yang sama dikenakan wasit. Itu, sudah kami lakukan sebelum pertandingan dimulai. Tapi, tidak ada yang bereaksi, dan pertandingan tetap berlangsung,” tulis Alberts di akun Instagram miliknya.

Pelatih asal Belanda itu mengaku kecewa dengan kejadian yang terjadi pada pertandingan tersebut. Menurutnya, laga yang dimenangkan oleh PS TNI dengan skor 2-1 itu tidak boleh berlangsung. Sebab, ada hal yang bertentangan dengan aturan resmi, yaitu kesamaan warna baju antara kiper tim tuan rumah dengan warna baju yang dikenakan wasit.

“Ini jelas bertentangan dengan aturan resmi dan regulasi. Pertandingan seharusnya tidak boleh dijalankan dengan kondisi seperti itu,” tegasnya.

Letter to pssi....who is the referee and who is the keeper...the keeper is from TNI.....both wearing black...before the match started we notified the match commissioner the fourth official and the main referee...no one reacted and the match started.....clearly against the official rules and regulations The match should never have started. Robert Alberts. Head coach psm makassar. Surat ke PSSI. Dimana wasit dan penjaga gawang dari PS. TNI. Yang mana keduanya mengenakan pakaian hitam. Sebelum pertandingan dimulai kita sudah mengingatkan match komisioner sebagai offisial keempat dan wasit utama. Namun tidak ada yang bereaksi dan pertandingan tetap dilanjutkan. Ini jelas sekali bertentangan dengan aturan resmi dan regulasi. Pertandingan seharusnya tidak boleh dijalankan dengan keadaan ini. Robert Alberts Pelatih Kepala PSM MAKASSAR @pssi__fai @panditfootball @tribuntimurdotcom @kompas.com @labbola @pengamatsepakbola @psm_makassar @nikefootball @hattrickmks @fajaronline @footballtribeid @bola.com @andrew_sihombing @tvonenews @psm_fansbook @widyasyadzwina @roywanson @fifaworldcup @theafchub @appi_mika #pssi #PS.TNIvsPSM #wasitindonesia #sepakbola #indonesia #aturan #regulasi #gojektravelokaliga1 #tvone #fairplay #fifa #afc

A post shared by robert rene alberts (@robertrenealberts) on

Aturan soal warna baju

Reaksi yang ditunjukkan kubu PSM terhadap situasi tersebut sebenarnya tidak berlebihan. Sebab, dalam aturan yang dikeluarkan PSSI sebagai regulasi kompetisi Liga 1 Indonesia 2017, memang ada pasal yang mengatur soal warna pakaian yang digunakan oleh pemain dan wasit sebagai pengawas pertandingan di lapangan. Aturan tersebut tercantum dalam pasal 49 poin 1-4 soal aturan warna baju yang harus diikuti oleh semua kontestan Liga 1 2017.

  1. Klub tuan rumah mendapatkan kesempatan pertama untuk memilih seragam yang akan digunakan dalam pertandingan. Penentuan seragam yang akan digunakan oleh klub yang bertanding diputuskan dalam match coordination meeting. Apabila klub tidak sepakat tentang warna seragam yang akan digunakan maka keputusan diambil oleh pengawas pertandingan dalam match coordination meeting.
  2. Dalam hal wasit menemukan kondisi di mana warna seragam yang digunakan klub di pertandingan menimbulkan keraguan (confusion), wasit tersebut memutuskan warna yang akan digunakan oleh klub setelah melakukan konsultasi dengan pengawas pertandingan dan/atau LIB. Secara umum, jika terjadi hal demikian, maka klub tuan rumah yang akan mengganti seragam dengan warna yang lain dengan alasan praktis.
  3. Warna dan jenis seragam yang digunakan oleh penjaga gawang dalam pertandingan harus berbeda dengan warna yang digunakan pemain lainnya dan wasit.
  4. Setiap ofisial yang terdaftar dalam formulir pertandingan wajib menggunakan seragam yang sama sesuai dengan yang didaftarkan dan tidak menggunakan warna yang sama dengan warna seragam pemain yang bertanding dan seragam wasit.

Dari empat poin yang ada dalam regulasi pertandingan Liga 1 Indonesia 2017, terlihat jelas pada poin ke-3 bahwa warna dan jenis kostum yang digunakan penjaga gawang tidak boleh sama warnanya dengan yang digunakan wasit.

Regulasi yang diterapkan PSSI di Liga 1 Indonesia sebenarnya sejalan dengan Laws of the Game dari FIFA. Dalam aturannya soal warna baju yang dikenakan oleh penjaga gawang, FIFA juga melarang kalau tim yang bertanding menggunakan warna kostum serupa dengan warna baju yang dikenakan oleh wasit yang memimpin jalannya laga.

Hal tersebut, tercantum pada Law ke-4 bagian equipment pemain. Dalam pasal tersebut, FIFA menerangkannya pada bagian warna baju yang dikenakan oleh pemain. Ada tiga poin yang tercantum dalam aturan tersebut yaitu:

Kedua tim harus memakai warna yang membedakan mereka satu sama lain dengan ofisial pertandingan (wasit dan asisten wasit)

  • Setiap kiper harus memakai warna yang bisa dibedakan dari pemain dan ofisial pertandingan yang lain
  • Jika baju kedua kiper warnanya sama dan tidak ada yang memiliki baju berwarna lain, wasit memungkinkan untuk tetap melanjutkan pertandingan

Lagi-lagi, refleksi mentalitas bangsa

"Kasus receh" yang dipermasalahkan oleh Robert Alberts ini sebaiknya tidak lantas membuat kita balik mempermasalahkan komentar Alberts tersebut. Melihat kepada peraturan, "sereceh" apapun peraturannya, memang pada kenyataannya telah terjadi pelanggaran pada pertandingan antara PS TNI dan PSM Makassar, meskipun "hanya" soal warna baju kiper PS TNI yang warnanya sama dengan warna baju ofisial pertandingan (wasit dan asisten-asisten wasit).

Ini bukan soal hasil pertandingan (PSM belum tentu bisa menang jika kiper PS TNI warna bajunya tidak sama dengan wasit), tapi soal keberjalanan pertandingan itu sendiri.

Jika kita bercermin kepada mentalitas bangsa kita (yang mungkin dipermasalahkan oleh Alberts), ini seperti tidak memakai helm saat kita berkendara sepeda motor di jalanan komplek. Memakai helm untuk sekadar berkendara sepeda motor satu sampai dua blok memang terkesan kegiatan "receh" yang diasumsikan bisa tidak dilakukan. Akan banyak repotnya daripada manfaatnya. Namun, tidak memakai helm tersebut, apapun, di manapun, kapanpun situasinya, adalah salah satu jenis pelanggaran berlalu lintas.

Jangan sampai harus kecelakaan dan kepala bocor dulu, baru kita sadar fungsi helm tersebut, karena di manapun jatuhnya, di jalanan komplek maupun jalanan raya: aspal itu di mana-mana keras, bos. Semoga kejadian PS TNI melawan PSM dan analogi helm ini bisa mengingatkan kita untuk senantiasa menegakkan peraturan, sekecil dan "sereceh" apapun peraturan tersebut.

(tn/dex)

Komentar