Halilovic yang Terombang-ambing

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Halilovic yang Terombang-ambing

Eksploitasi klub-klub sepakbola elit di era saat ini semakin kejam, baik di dalam maupun luar lapangan. Setiap negara adidaya di Eropa memiliki sistem pengembangan pemain muda yang berbakat, kemudian ia dipetik melalui pemandu-pemandu bakat level internasional dengan jaringan yang luas. Tangan-tangan panjang klub besar mampu mencapainya ke setiap sudut dunia. Mereka punya pengaruh yang baik secara formal dan informal dengan klub yang berbicara dengan perkembangan bakat.

Jika pemain itu dianggap bagus, pemain akan mendapatkan kesempatan di klub besar. Tapi bisa juga ia dijual sebagai penyelesaiannya. Strategi tersebut agak berisiko dengan keuangan yang cukup relatif. Apalagi seiring dengan tuntutan untuk bersaing di kejuaraan domestik maupun Eropa. Klub-klub sepakbola justru memperoleh reputasinya melalui penimbunan pemain di akademi mereka atas nama investasi.

Bisa dibilang Alen Halilovic merupakan pemain muda yang menjadi korban eksploitasi sepakbola. Ia sempat dibanding-bandingkan dengan Lionel Messi ketika masih memperkuat Dinamo Zagreb. Sampai pada akhirnya Halilovic direkrut Barcelona dan rela turun ke skuat B.

Awalnya Halilovic yakin dengan keputusannya bergabung dengan akademi Barcelona, walau dipinjamkan ke Sporting Gijon pada Agustus 2015 setelah dipromosikan ke skuat senior. Ia senang bersama Gijon karena mendapatkan debutnya di La Liga dan diberikan kesempatan bermain sebanyak 36 kali dan mencetak tiga gol. Halilovic berharap jika kontribusinya selama memperkuat Gijon bisa dipertahankan Barcelona pada musim 2016/2017.

Tapi ketika kembalinya ke Barcelona, ia justru dijual ke Hamburg SV yang memenangkan perburuannya dengan Sevilla, Valencia dan Villarreal. Halilovic dihargai 5 juta euro dan dikontrak empat tahun oleh Hamburg. Ia juga diikat dengan klausul bahwa Barcelona punya hak membelinya kembali dengan harga dua kali lipat yang mulai berlaku setelah dua musim.

Tapi eksperimennya ke Liga Jerman itu justru menemukan pil pahit. Halilovic cuma dimainkan enam kali dan lima kali di antaranya harus turun dari bangku cadangan. Gelandang serang itu gagal menyesuaikan permainannya dengan sepakbola Jerman. Kemudian ia harus mengubah nasibnya pada jendela transfer musim dingin. Salah satunya yaitu kembali ke Spanyol. Gijon dan Valencia dikabarkan ingin meminjamnya. Sementara Barcelona menunggu sampai permainan Halilovic semakin meledak dan bisa mengaktifkan klausul pembelian kembali seharga 10 juta euro.

Tapi beberapa bulan lalu terkuak kabar bahwa Barcelona agak ragu memboyongnya kembali ke Stadion Camp Nou. Hal itu karena Barcelona geram terhadap pengaruh keluarga Halilovic yang selalu mencampuri urusan sepakbolanya terlalu dalam. Ketika ia mulai bergabung dengan Barcelona B pun keluarganya malah menyewa pelatih pribadi dan melakukan pengembangan yang berbeda dengan pelatihnya di klub. Apalagi ketika bursa transfer musim panas tahun lalu pun ayahnya meminta komisi sebesar 50%. Atas tuntutan itulah yang membuat tiga kesebelasan Spanyol mundur mengejarnya. Kendati demikian, Halilovic tetap ingin kembali ke Spanyol untuk memperbaiki kariernya.

Selain Gijon dan Valencia, Celta Vigo, Espanyol, Leganes dan Villarreal juga ingin meminjam jasanya. Jalan perpindahan pemain 20 tahun ini seolah lebih rumit dibandingkan Mateo Kovacic, rekan senegaranya yang juga sempat terombang-ambing kariernya. Tapi jika ditelaah, siapa juga yang tidak menginginkan pemain muda dengan teknik hampir sempurna dengan operan akurat, cepat dan posisinya yang fleksibel. Apalagi ia pernah menempa ilmu di akademi Barcelona yang terkenal La Masia. Namun prospek dan peluang baginya justru terbatas dalam jangka pendek di sejauh waktu ini.

Halilovic tentu harus segera menemukan tempat yang tepat untuk memperbaiki kariernya. Halilovic harus belajar bagaimana sulitnya Kovacic menembus skuat utama Madrid dan pemain muda lainnya semacam Martin Odegaard. Bersabar dan berpindah-pindah klub, yang terpenting mendapatkan menit bermain yang cukup. Kali ini, Las Palmas adalah pertaruhannya di sisa musim ini.

"Las Palmas dan Hamburg telah mencapai kesepakatan untuk transfer pemain internasional Kroasia, Alen Halilovic, sampai akhir musim 2017-2018. Dalam kontrak pinjaman, klub telah diberikan opsi pembelian untuk pemain muda ini," tulis akun resmi Las Palmas tersebut.

"Jika kedua belah pihak tidak senang dengan situasi ini, Anda harus mencari solusi. Semoga Alen mendapatkan yang terbaik selama waktunya di Las Palmas," tambah Jens Todt, Direktur Olahraga Hamburg, seperti dikutip dari Goal.

Halilovic bak anak hilang dari Liga Spanyol. Tidak ada yang menyangka ia akan kembali ke La Liga setelah bernasib tragis di Jerman. Sementara Barcelona terus mengintip perkembangannya. Halilovic perlu memperhatikan kembali langkahnya untuk kariernya di masa depan, entah kembali bersama Barcelona ataupun kesebelasan lain.

Tapi jika ia masih di Zagreb, mungkin perkembangannya akan lebih cepat. Ini menjadi pelajaran bagi kesebelasan Eropa, agar lebih berhati-hati dengan eksploitasi pesepakbola muda yang seolah sudah menjadi pragmatisme klub sepakbola Eropa di era modern ini. Karena pemain-lah yang kerap menjadi korban dari eksploitasi ini.

Sumber lain: ESPN FC, Sport-English, These Football Times.

Komentar