Sepenggal Kisah Edy Rahmayadi, Ketua Umum Baru PSSI

Cerita

by redaksi

Sepenggal Kisah Edy Rahmayadi, Ketua Umum Baru PSSI

Terpilihnya Edy Rahmayadi menjadi ketua umum PSSI adalah sebuah momen. Setelah sempat mati suri karena sanksi FIFA yang jatuh pada 2015 silam, PSSI kembali menggeliat dengan mengadakan kongres di Ancol pada 10 November 2016.

Kongres ini sendiri sebenarnya mengalami penundaan dari rencana awal. Kongres sebenarnya akan diadakan pada 17 Oktober 2016, tapi molor menjadi 10 November 2016 setelah ada surat dari FIFA.

Nama Edy Rahmayadi yang sudah disebutkan di atas, adalah kunci yang akan memegang tampuk perubahan PSSI hingga 2020. Edy yang selama hidupnya banyak bersinggungan dengan dunia kemiliteran diharapkan akan mampu membawa PSSI ke arah yang lebih baru. Tapi tahukah Anda siapa sosok Edy Rahmayadi itu?

Aktif di Dunia Militer Sekaligus Sepakbola Sejak Masih Muda

Sejak masih muda, Edy Rahmayadi sudah tidak asing lagi dengan dunia militer. Pada 1985 ia lulus dari Akademi Militer, dan karier militernya pun terbilang cukup cemerlang, sampai ia pernah menjabat Panglima Kodam I/Bukit Barisan dan Panglima Divisi Infanteri I Kostrad.

Pada Juli 2015, ia resmi diangkat sebagai Pangkostrad, menggantikan Jenderal TNI Mulyono. Tapi meski menghabiskan banyak waktunya di dunia militer, Edy juga dikenal sebagai orang yang cukup dekat dengan sepakbola. Ia pernah bermain untuk PSMS Junior meski pada akhirnya ia memutuskan untuk menjadi prajurit, mengikuti jejak ayahnya, Alm. Kapten TNI Rachmat Ishaq.

Ketika masih menjabat sebagai Panglima Kodam I/Bukit Barisan, Edy terlibat dalam usaha membangkitkan kembali PSMS Medan, klub tempat ia pernah bermain. Hasilnya PSMS pun sempat ikut Piala Kemerdekaan pada 2015 silam, dan menjadi juara setelah mengalahkan Persinga Ngawi pada partai final.

Setelahnya, Edy pun berusaha agar PSMS Medan dapat ikut berlaga di Piala Jendral Sudirman. Meski sempat ditolak, akhirnya PSMS tetap mampu mengikuti Piala Jendral Sudirman, dengan wujud PS TNI yang benar-benar beraroma PSMS ketika itu. Bahkan, PS TNI akhirnya mampu ikut ISC 2016 setelah melakukan proses akuisisi terhadap Persiram Raja Ampat. Ia juga pernah menjadi ketua PSAD (Persatuan Sepakbola Angkatan Darat) periode 2000-2005.

Setidaknya dengan hal ini, ia sedikitnya sudah paham mengenai sepakbola.

Militer Kesekian Di Tubuh PSSI

Jika mengaitkan tentang militer dan PSSI, dua hal itu adalah sesuatu yang saling berkaitan, Sejak dipimpin oleh Ir. Soeratin, PSSI memang kerap memiliki ikatan dengan dunia militer. Para ketua umum PSSI juga kebanyakan adalah orang-orang yang pernah aktif di dunia militer, seperti Ali Sadikin, Maulwi Saelan, Kardono, dan terakhir adalah Agum Gumelar.

Kepemimpinan orang berlatar belakang militer ini, ternyata cukup dirindukan oleh masyarakat setelah orang-orang berlatar belakang sipil macam Nurdin Halid maupun La Nyala Matalitti gagal membawa PSSI ke arah yang lebih baik. Sekjen BOPI, Heru Nugroho bahkan berharap sejak jauh hari bahwa orang yang kelak akan memimpin PSSI berasal dari kalangan militer.

"Keterlibatan calon ketua umum PSSI dari kalangan militer (Edy Rahmayadi dan Moeldoko), diperlukan bukan hanya untuk memberi ketegasan, tetapi juga agar ada perubahan dan perbaikan di tubuh PSSI, dan menjadi pondasi untuk kemajuan sepakbola Indonesia," ujarnya kepada Antara.

Pekerjaan-Pekerjaan yang Sudah Menanti

Per 10 November 2016, Edy Rahmayadi sudah menjadi ketua umum PSSI. Ucapan selamat pun mengalir deras kepadanya yang memang mendapat banyak dukungan dari voters dalam kongres yang digelar di Ancol tersebut. Berkat silaturahmi yang kerap ia lakukan kepada para voters, kepercayaan terhadapnya untuk membawa sepakbola Indonesia ke arah yang lebih baik pun mencuat, apalagi beliau terhitung merupakan calon dengan visi dan misi yang cukup menarik dan futuristik.

Tapi beliau pun harus mulai bergerak. Jangan sampai ucapan selamat ini malah membuatnya berlena-lena. Setidaknya itu yang sudah diujarkan oleh Kemenpora yang langsung memberikan pernyataan terkait terpiihnya Edy menjadi ketua umum PSSI. Pernyataan Kemenpora tersebut terangkum dalam sepuluh hal di bawah ini.

  • Segera melaksanakan konsolidasi internal di tubuh PSSI agar segera dapat menyatukan visi dan misi
  • Curahkan waktu lebih banyak untuk PSSI. Dedikasikan waktu lebih banyak untuk PSSI karena semua pihak menantikan reformasi segera di tubuh PSSI
  • Melawan tindakan yang mengarah kepada match manipulation ataupun match fixing, sesuai dengan tujuan FIFA
  • Lebih memerhatikan pendukung, karena banyak sekarang ini kasus yang berujung kepada kematian salah seorang pendukung sepakbola
  • Mengatasi anarkisme pendukung, Kemenpora menawarkan sistem saham pendukung untuk klub agar pendukung memiliki sense of belonging yang lebih tinggi pada klub
  • Menjaga hubungan baik dengan pemerintah dan instansi-instansi terkait
  • Lebih memerhatikan pembinaan sepakbola usia muda
  • Mempersiapkan diri untuk menghadapi Asian Games 2018, yang berarti perbaikan infrastruktur pendukung
  • Akuntabilitas keuangan yang harus ditingkatkan. Jangan sampai financial report dianggap menjadi sesuatu yang tidak penting
  • Merangkul pihak-pihak yang berseberangan dengan PSSI sekarang secara informal, termasuk membuka pembicaraan untuk merestorasi Persebaya yang ditolak ketika kongres, padahal sudah dijanjikan sebelum kongres digelar

Poin dari Kemenpora di atas sedikitnya sudah menjabarkan pekerjaan jangka pendek dan panjang bagi PSSI sekarang. Ketum PSSI yang baru, bersama dua wakilnya yang juga baru dan sudah lama berkecimpung di dunia sepakbola (Iwan Budianto dan Joko Driyono) harus mulai memikirkan hal ini, jika memang memiliki niat untuk membawa sepakbola Indonesia ke arah yang lebih baik.

Selamat bekerja Pak Edy Rahmayadi. Semoga di tangan Anda sepakbola Indonesia dapat menuju ke arah yang lebih baik.

(sf)

foto: kabarhukum.com

Komentar