Pesakitan Arsenal yang akan Laris Akibat Euro 2016

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Pesakitan Arsenal yang akan Laris Akibat Euro 2016

Sepanjang musim 2015/2016, para pendukung Reading dibuat khawatir tentang masa depan Hal Robson-Kanu. Sebab sampai Maret lalu, winger andalan Reading itu masih belum membuat keputusan tentang langkahnya di musim depan, apalagi kontraknya akan habis pada akhir Juni 2016. Robson-Kanu pun terus digoda Swansea City jelang berakhir kontraknya bersama Reading. Ia pun baru membuka suara pada Mei lalu dengan niatan ingin fokus kepada Piala Eropa 2016 terlebih dahulu.

Kemudian ia berada di dalam skuat Wales untuk Piala Eropa 2016 dengan kondisi sedang cedera pergelangan kaki. Walau cederanya berangsur membaik, ia tidak diturunkan Wales sejak menit awal pada laga perdana grup Piala Eropa 2016 menghadapi Slovakia. Robson-Kanu baru diturunkan pada menit 71 menggantikan Jonathan Williams.

Alhasil ia menjadi penentu kemenangan Wales atas golnya pada menit 81. Dan atas gol itulah Robson-Kanu menjadi buah bibir para penonton Piala Eropa 2016. Rata-rata orang bertanya "Robson-Kanu main di klub mana sih?". Rasanya pertanyaan itu wajar karena Reading berkiprah di Championship, divisi dua Liga Inggris pada musim lalu.

Di sisi lain, Robson-Kanu adalah salah satu pemain yang disayangi para pendukung Wales. Ribuan pendukung Wales selalu menyanyi untuknya dari lagu yang diadopsi dari Salt `N` Pepa yang berjudul "Push It". Menjadi kebanggaan sepakbola Wales tidaklah mudah bagi Kanu. Dulu ia pernah dilepas akademi Arsenal ketika umur 15 tahun, sesudah lima tahun ia menempa ilmu sepakbola di kesebelasan asal London Utara tersebut. Alasan Arsenal saat itu karena melihat Robson-Kanu sebagai pemain muda yang tidak menunjukkan tanda-tanda perkembangan.
"Saat itu saya adalah pemain paling kecil di dalam skuat (Akademi Arsenal). Saya tidak cukup cepat, kuat atau besar," celoteh Robson-Kanu seperti dikutip dari The Guardian. Kemudian ia tidak menyerah. Robson-Kanu bergabung dengan Akademi Reading yang dipimpin Brendan Rodgers kala itu.
Bersama Reading pun tidak langsung mulus. Sebab ia dihantam cedera ligamen lutut yang cukup serius dan memaksanya istirahat selama lebih dari satu tahun. Walau sempat pulih, cedera itu kambuh lagi dan harus absen lebih lama lagi. Total, Robson-Kanu belia harus absen selama tiga tahun.

Perlahan ia kembali merumput dengan perawakannya yang semakin tinggi dan kuat. Tapi usianya yang masih muda waktu itu membuatnya dipinjamkan dahulu ke Southend United selama satu setengah musim. Total ia bermain 14 kali dan mencetak empat gol. Sadar akan potensi Robson-Kanu yang semakin baik, Inggris U-19 memanggilnya. Ia pun sempat bermain untuk Inggris U-20 pada 2009 silam.

Tapi Robson-Kanu mengalihkan pilihannya untuk memperkuat Wales U-21 karena ia memiliki darah negara itu dari neneknya. Pilihan itu berawal dari Brian Flynn yang waktu itu menjabat Pelatih Wales U-21. Ia mengunjungi tempat latihan Reading yang sudah kembali diperkuat Robson-Kanu pada Championship 2009/2010.

Wacana perekrutannya muncul ketika Flynn sedang bergurau dengan Glen Little dan Simon Cruch yang merupakan rekan setim Robson Kanu. Saat itu rekannya pun membocorkan bahwa Robson-Kanu akan berlibur ke Wales. Ia akan menjemput neneknya di Carephilly dan pergi ke pantai Terby untuk berlibur.

"Saya berada di kantin tempat latihan, berbicara kepada Simon Cruch dan Glenn Little, ia mengetahui mengapa aku berada di sana dan berbicara dengan Simon tentang Wales. Dan ia menunjuk Hal (Robson-Kanu) yang berada di pojokan dan berteriak di sepanjang jalan kantin `dia (Robson-Kanu) bisa bermain untuk Wales karena ia pergi berlibur`," beber Flynn seperti dikutip dari BBC.

Alhasil, Robson-Kanu pun menjadi langganan Wales sampai di skuat senior saat ini. Keputusannya itu pun tidaklah salah karena penampilannya sejauh Piala Eropa 2016 cukup baik. Dan yang paling fenomenal tentu golnya ke gawang Belgia. Ia menipu tiga pemain Belgia di dalam kotak penalti dan menjebol gawang yang dijaga Thibaut Courtois. Aksinya hebatnya itu mendapatkan tepuk tangan yang meriah selayaknya rasa hormat kepada Johan Cruyff.


Golnya itu berhasil meloloskan Wales ke semifinal. Kendati pada akhirnya di semifinal kalah oleh Portugal, Robson-Kanu tetap menarik perhatian kesebelasan-kesebelasan yang lebih besar.
"Saya mendapatkan tawaran sebelum turnamen (Piala Eropa 2016). Penawaran yang baik dari klub yang progresif. Tapi saya menundanya untuk membuat keputusannya," ungkap Robson-Kanu.

"Saya tidak merahasiakan keinginan saya untuk bermain di Liga Primer dan jika itu adalah tempat terbaik bagi saya, maka saya akan berada di sana," sambungnya seperti dikutip dari Daily Mail.
Leicester City dan Everton dikabarkan meminatinya. Begitu juga dengan Hull City yang promosi ke Liga Primer Inggris 2016/2017. Tapi memang agak sulit bagi Robson-Kanu untuk meninggalkan Reading yang sudah dibelanya selama 12 tahun. Di sisi lain umurnya sudah 27 tahun dan saat ini sudah cocok baginya untuk kembali menguji kemampuannya di Liga Primer Inggris.


Langkah Wales di Piala Eropa 2016 sudah berhenti dan waktu Robson-Kanu memutuskan masa depannya akan segera tiba. Bukan tidak mungkin jika ada dua atau tiga kesebelasan lagi yang akan mengajaknya bergabung. Namanya memang tidak terkenal di dalam skuat Wales, tapi para pendukungnya menghargai kerja kerasnya dihargai seperti Gareth Bale dan Aaron Ramsey.


Sumber lain: Geat Reading, Goal. Sky Sports, The Guardian, The Telegraph.

Komentar