N`Golo Kante, Transfer Terbaik Liga Primer Inggris musim 2015/2016

Cerita

by Redaksi 32

Redaksi 32

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

N`Golo Kante, Transfer Terbaik Liga Primer Inggris musim 2015/2016

Transfer merupakan salah satu cara untuk memperkuat komposisi pemain yang ada sebelumnya. Maka dari itu banyak beberapa tim rela mengucurkan banyak dana untuk merekrut pemain-pemain yang dirasa penting. Hanya, untuk mendapatkan pemain yang benar-benar memberikan kontribusi itu tak mudah, pasalnya membutuhkan adaptasi yang cepat terhadap atmosfer tim, skema permainan serta keadaan geografis yang meliputi faktor suhu dan cuaca.

Ada puluhan pemain yang didatangkan dengan tarif yang bervariasi oleh tim peserta Liga Primer di musim ini, namun hanya beberapa yang bisa memberikan kontribusi nyata, entah itu lewat gol, assist, intersep, tekel, blok ataupun dengan aksi menyeluruh. Konsistensi juga menjadi faktor utama dan yang pasti mampu mengangkat performa tim.

Beberapa nama seperti Dimitri Payet (West Ham), Kevin De Bruyne (Manchester City), Roberto Firmino (Liverpool), Anthony Martial (Manchester United) dan Virgil van Dijk (Southampton) merupakan deretan pemain yang mampu memberikan kontribusi di musim pertamanya di klubnya masing-masing.

Akan tetapi tak ada transfer terbaik selain yang dilakukan oleh Leicester kala merekrut N’Golo Kanté. Pemain berusia 25 tahun tersebut tersebut merupakan pemain yang paling berkompeten untuk menjadi pembelian terbaik di musim ini. Terbukti dari sumbangsih nya membawa The Foxes menjuarai Liga Primer di musim ini. Selain dibeli dengan harga yang relatif murah, dengan mahar 5,6 juta pounds, ia bisa menunjukkan kualitas nya dengan segera.

Ditemukan oleh Steve Walsh dari Caen, tim di Ligue 1 dan secara resmi ia berseragam Leicester pada tanggal 3 Agustus 2015. Lima hari berselang, ia langsung melakoni laga perdananya sebagai pengganti saat berhadapan dengan Sunderland di matchday pertama.

Performa apik telah ditunjukan ketika masih membela Caen. Ia berhasil membawa kesebelasan yang terletak di wilayah Normandy tersebut promosi ke Ligue 1. Semusim berselang, ia sukses mencatatkan 4,8 tekel dan 2,9 intersep per laga. Torehan tersebut menjadi yang terbanyak di Ligue 1.

Meski ia bisa menunjukan performa gemilang di Prancis, bukan menjadi jaminan akan mengulang prestasi serupa di Inggris. Tentu sebuah hal yang berbeda untuk membandingkan kompetisi Ligue 1 dengan Liga Primer yang memainkan tempo lebih cepat, apalagi dengan postur tubuh yang hanya 1,69 cm membuatnya sempat diragukan untuk mampu menghadapi kerasnya Liga Inggris. Akan tetapi ia menjawab keraguan tersebut, ia mampu memanfaatkan postur kecilnya dengan memadukan kecepatan dan kemampuan membaca permainan lawan.

Kanté menjelma menjadi nyawa bagi tim. Dibalik kesuksesan Jamie Vardy yang berhasil mencetak 11 gol secara beruntun, Riyad Mahrez sebagai seorang winger cerdas dan Kasper Schmeichel dan Wes Morgan yang kokoh di jantung pertahanan, tugas Kanté jauh lebih kompleks dengan menjembatani kedua lini tersebut. Di satu sisi ia berperan sebagai peredam gempuran lawan, namun di sisi lain ia juga bertugas sebagai mesin penggerak serangan.

Bertugas sebagai gelandang bertahan ia mencatatkan diri sebagai pemain terbanyak yang melakukan tekel sukses. Total 125 tekel sudah ia lakukan dalam 37 laga, yang artinya ia melakukan 3,37 tekel tiap satu pertandingan. Jumlah tersebut jauh lebih banyak dibandingkan dengan pesaing terdekatnya yakni Idrissa Gueye dari Aston Villa yang sudah mengemas 108 tekel.

Kanté memainkan peran penting dalam skema serangan balik yang menjadi andalan Claudio Ranieri. Mereka menunggu lawan menyerang dan mengambil alih bola lalu dengan cepat melakukan serangan balik. Di situlah peran dari Kante, ia bertugas untuk menganjal serangan lawan lalu dengan cepat mendistribusikan bola ke depan.

Jika ia gagal dalam melakukan tugasnya tersebut, belum tentu Mahrez akan menciptakan banyak pergerakan di sektor sayap dan Vardy mampu mencetak gol sebanyak ini, atau Schmeichel bisa mencetak 15 kali clensheet. Kemungkinan terburuk nya adalah Leicester tidak menjadi juara Liga Primer dan tak akan ada dongeng tentang keajaiban yang terjadi di Liga Primer. Maka tak dapat disangkal lagi betapa pentingnya figur Kanté di Leicester, sebagai penopang sekaligus nyawa dari skema yang dianut oleh Ranieri. Jadi sebuah pilihan yang tepat untuk memilih Kanté sebagai transfer terbaik Liga Primer di musim 2015/2016.

Dengan performa yang ditunjukannya di musim ini ia menjadi salah satu faktor kesuksesan Leicester meraih trofi Liga Primer di musim ini. Selain itu tak dapat dipungkiri bahwa dengan kualitas yang dimilikinya membuat Didier Deschamps memanggilnya untuk mengisi skuat Timnas Prancis pada EURO 2016 yang akan diselenggarakan Juni mendatang.

Foto: africaplays

Komentar