Ini yang Mesti Dilakukan Louis van Gaal Jika Dipertahankan Manchester United

Cerita

by redaksi

Ini yang Mesti Dilakukan Louis van Gaal Jika Dipertahankan Manchester United

Louis van Gaal memiliki ceritanya sendiri di Manchester United. Sebagaimana halnya cerita David Moyes yang berujung getir, karena ia hanya bertahan 10 bulan di Manchester, Van Gaal pun meninggalkan sebuah cerita sedih bagi Manchester United.

Selama masa jabatannya mulai dari 19 Mei 2014, Van Gaal belum memberikan trofi mayor apapun bagi Manchester United. Masa manajerialnya di United mungkin lebih banyak dilalui oleh kesedihan, permainan yang membosankan, dan sebuah filosofi permainan yang kosong.

Van Gaal bukannya tidak berusaha. Ia sudah berulang kali menggonta-ganti formasi dan sistem permainan. Tapi, entah kenapa hasilnya tetap nihil. Di Liga Champions Eropa musim ini, mereka sudah kalah di fase grup. Di Liga Primer Inggris, mereka tidak bersaing dalam perebutan gelar juara, melainkan perebutan tempat terakhir menuju Liga Champions musim depan.

Kesempatan meraih trofi ada di Piala FA. Di ajang ini mereka masih harus menghadapi West Ham dalam laga replay karena di pertemuan pertama United dan West Ham mencatat hasil imbang 1-1. Melihat permainan West Ham yang sedang menanjak musim ini bersama dengan Dimitri Payet-nya, tentunya Van Gaal harus berpikir keras agar MU bisa melaju ke babak semifinal.

Tapi, tanpa terasa waktu berlalu, dan bursa transfer musim panas pun makin mendekat. Masa depan Van Gaal di United akan segera ditentukan. Apakah akan diganti oleh Mauricio Pochettino? Ryan Giggs? Digantikan oleh mantan asistennya di Barca, Jose Mourinho? Atau malah dipertahankan sampai musim depan? Semua kemungkinan itu bisa saja terjadi. Adapun jika ia dipertahankan, ada beberapa hal yang harus ia lakukan untuk mengembalikan kejayaan United.

Menentukan fondasi permainan terlebih dahulu

Van Gaal didatangkan sebagai pengganti dari David Moyes di bulan Mei 2014. Ia didatangkan dengan harapan bahwa ia akan kembali membawa kejayaan Manchester United yang sudah hilang semenjak United ditangani oleh David Moyes. Di ajang International Challenge Cup 2014, sang meneer langsung memberikan sebuah gebrakan dengan menjuarai ajang tersebut setelah mengalahkan Liverpool 3-1 di babak final yang diselenggarakan pada 4 Agustus 2014.

Di turnamen tersebut, Van Gaal menerapkan formasi 3-5-2. Formasi inilah yang membuat United tampil begitu trengginas dan luar biasa di sepanjang International Challenge Cup ini. Namun, apakah tren positif di ICC 2014 waktu itu langsung berimbas positif pada hasil di liga? Jawabannya, tidak.

Pertandingan pembukaan Liga Primer 2014/2015, The Red Devils langsung tumbang di tangan Swansea City dengan skor 1-2. Di babak kedua Piala Liga Inggris 2014/2015, United langsung dibabat oleh MK Dons dengan skor 0-4. United di musim itu baru bisa meraih kemenangan di pertandingan keempat melawan Queens Park Rangers dengan skor 4-0. Total, musim itu MU hanya mengemas 20 kemenangan, 10 hasil imbang, dan 8 kekalahan yang membuat mereka harus puas duduk di peringkat keempat di bawah Arsenal, Manchester City, dan sang juara, Chelsea.

Musim ini pun, inkonsistensi permainan masih melanda kubu United. Inkonsistensi ini berbuah fatal bagi United yang harus gagal melaju lebih jauh di Liga Champions Eropa dan Europa League. Di Liga Primer Inggris pun, sekarang mereka masih harus berkutat di peringkat kelima klasemen dan masih berjuang untuk meraih satu tempat di Liga Champions Eropa musim depan.

Fans United kecewa. Lawan-lawan pun mulai tidak terlalu takut dengan Manchester United. Tapi, kekecewaan itu bukan semata karena hasil saja. Kekecewaan mereka lebih kepada sebuah hal yang sangat mendasar; permainan MU yang seperti tanpa visi dan misi, kosong, serta hampa. Mereka tidak lagi menghadirkan sebuah rasa takut seperti ketika MU masih berada di tangan Sir Alex Ferguson.

Lalu, apa yang harus Van Gaal lakukan? Van Gaal harus mulai menentukan fondasi permainan bagi United. Inkonsistensi MU sebenarnya bukan dari masalah hasil saja, melainkan inkonsistensi pola permainan dan formasi yang kerap berubah-ubah dari seorang Van Gaal. Inilah yang membuat pendukung MU merasa kecewa.

Mungkin, untuk musim ini sudah terlambat karena sisa pertandingan liga hanya tinggal beberapa lagi saja. Untuk musim depan, jikalau Van Gaal dipertahankan sebagai manajer MU, ia harus bisa menentukan sebuah fondasi utuh permainan Manchester United. Van Gaal, seperti halnya manajer-manajer lain di dunia, pasti memiliki filosofinya sendiri dalam melatih dan memanajeri. Jadikanlah itu dasar untuk sebuah United yang baru, juga untuk United di masa depan.

Berat memang untuk menghilangkan bayang-bayang Sir Alex Ferguson yang sudah bertahta begitu lama di Manchester United. Tapi, bukan berarti bayang-bayang tersebut tidak bisa diusir atau dihilangkan. Dengan ego, kecerdasan, dan kepribadian yang kuat dan takkan goyah yang dimiliki Van Gaal, ia pasti bisa menemukan sebuah fondasi permainan yang baru bagi United, yang kelak akan menjadi fondasi juga bagi United di masa depan.

Tapi, ini tidak bisa dilakukan oleh Van Gaal seorang diri. Ia perlu dukungan dari semua pihak di United, termasuk para pemainnya sendiri dan para Class of''92 yang sudah pernah mengalami zaman bersama dengan Ferguson. Dukungan untuk sebuah United baru perlu dilakukan, karena toh, ini untuk kebaikan MU juga di masa depan. MU takkan selamanya berada di bawah bayang-bayang Ferguson.

Baca juga:

Jauhkan Ferguson dari Old Trafford

Waktunya Move On dari Sir Alex Ferguson


Merestorasi kepercayaan fans

Di musim depan, Van Gaal harus bisa merestorasi kepercayaan fans yang sudah kadung jelek kepada dirinya karena prestasi yang tak kunjung datang.

Sejak terakhir memenangi gelar Liga Primer Inggris musim 2012/2013, belum ada lagi trofi yang masuk dan mengisi lemari trofi Manchester United. Hal itu secara tidak langsung menurunkan standar dari fans MU sendiri--meski beberapa masih ada yang menerapkan standar yang cukup tinggi--untuk musim depan. Pada intinya, mereka menginginkan satu hal: konsistensi permainan, setidaknya menarik untuk ditonton.

Jika sudah mendapatkan fondasi permainan yang pas untuk The Red Devils, Van Gaal harus membuat permainan itu konsisten, atau lebih baiknya lagi, meningkat dari minggu ke minggu. Dengan konsistensi permainan, atau bahkan peningkatan permainan dari minggu ke minggu, maka dengan sendirinya trofi akan mulai berdatangan kembali ke lemari trofi Manchester United.

Lalu, setelah lemari trofi United kembali terisi, apa yang akan terjadi? Akan ada sebuah restorasi kepercayaan yang diberikan oleh para fans United kepada Van Gaal. Jika fans sudah percaya kepada Van Gaal, maka akan mudah bagi seorang van Gaal untuk bekerja, karena ia mendapatkan dukungan dan semangat dari fans. Ini pun akan berimbas kepada pemain yang bermain lebih semangat dan meraih hasil yang lebih baik.

***


Pada dasarnya, yang harus dilakukan Van Gaal musim depan adalah sebuah hal yang mendasar. Menemukan kembali fondasi permainan yang cocok dan meyakinkan fans, manajemen, serta para pemainnya sendiri akan fondasi tersebut. Jika memang fondasi itu cocok dan mengalami peningkatan, toh, trofi pun akan datang dengan sendirinya. Van Gaal hanya perlu membuat United menjadi sebuah tim sepakbola dan membuat pemainnya merasa bahwa mereka adalah pemain sepakbola. Itu saja sebenarnya.

Tapi, kembali dengan catatan, itupun kalau United tetap mempertahankan Van Gaal untuk musim depan. Jika tidak, mungkin semua tulisan di atas akan menjadi sebuah hal yang sia-sia belaka.

Sumber: FourFourTwo

(sf)

foto: mirror.co.uk

ed: fva

Komentar