Dominasi Pemain Eropa di Skuat LA Galaxy

Cerita

by Redaksi 34

Redaksi 34

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Dominasi Pemain Eropa di Skuat LA Galaxy

Hanya mampu menembus babak knock out Major League Soccer (MLS) 2015 membuat Los Angeles Galaxy berbenah di musim ini. Bagaimana tidak, kendati memiliki tiga pemain marquee yang semuanya berstatus bintang seperti Steven Gerrard, Giovani dos Santos, dan Robbie Keane, tapi nyatanya malah membuat prestasi skuat asuhan Bruce Arena tak lebih baik ketimbang musim 2014 saat mereka berhasil menjadi juara MLS Cup.

Tak ayal, beberapa pembelian dilakukan untuk menambal lini yang dianggap masih tak sesuai keinginan Arena, di antaranya adalah gelandang dan bek sayap. Tudingan ini memang sesuai dengan transfer yang dijalani Galaxy di bursa transfer jelang MLS yang akan bergulir di awal maret.

Galaxy pun menjadi salah satu tim yang sibuk di bursa transfer januari ini. Sembilan pemain disingkirkan untuk mengamankan salary cap dan Arena memilih mendatangkan sembilan pemain baru, yang diantaranya ada nama Jelle van Damme, Ashley Cole, dan Nigel de Jong. Meski bermain di posisi yang berbeda, namun ketiganya bermain lebih bertahan ketimbang tiga nama designated player yang membuat peran mereka akan terasa.

Nama Jelle van Damme memang tak begitu populer ketimbang dua lainnya. Tapi, melihat rekam jejaknya sebagai pemain, rasanya cukup pantas Arena mendatangkannya. Jika melihat kekurangan dan kelebihan, tampaknya Anda yang mengikuti perkembangan MLS, pasti tahu kekurangan yang dimiliki van Damme apa. Ya, usia. Van Damme kini telah berusia 32 tahun dan menjadikannya pemain paling tua ketujuh di Galaxy.

Tapi, jika ditanya kelebihan, Van Damme jelas bukan pemain kelas teri di Eropa. sebelum di Galaxy, Van Damme lebih dulu memiliki pengalaman memperkuat Ajax, Werder Bremen, Southampton, Anderlecht, dan Standard Liege. Tak hanya itu, ia juga dapat bermain di beberapa posisi, di antaranya adalah bek tengah, bek kiri, dan gelandang sayap kiri.

Ashley Cole merupakan pemain terkenal kedua yang datang ke Galaxy di musim ini. Tapi jika melihat permainan bek kiri Galaxy musim lalu, Robbie Rogers, rasanya Cole harus berjuang untuk merebut tempat darinya. Pasalnya permainan Rogers terbilang istimewa karena ia berhasil membuat tiga assist serta rerata 2,5 tackle dan 3,7 intersep per pertandingan padamusim lalu, yang membuatnya menjadi bek Galaxy paling banyak melakukan ketiganya sepanjang musim lalu.

Namun, tak seperti kedatangan pemain baru pada umumnya, kedatangan Cole dikritik oleh penggemar Galaxy karena ia tak bermain reguler dalam waktu yang cukup lama. Meski demikian, Arena tetap memuji Cole dan mengatakan bahwa kedatangan Cole mampu membawa efek positif bagi Galaxy.

“Ashley Cole memang sudah tak terlalu aktif bermain dalam beberapa bulan. Namun, sebelumnya ia adalah pemain yang masih pantas bermain di sini. Dia sudah dalam kondisi yang baik dan siap membuktikan bahwa ia masih menjadi salah satu bek kiri terbaik yang pernah ada,” ujar Arena (27/1).

Nama terakhir yang bergabung adalah Nigel de Jong yang diresmikan Kamis (4/2) waktu Indonesia. Kedatangan de Jong sendiri membuat Arena lega. Pasalnya, musim lalu tak ada pemain Galaxy yang mampu bermain sebagai gelandang bertahan dengan baik. Arena bahkan memuji bahwa de Jong akan membawa Galaxy kembali berjaya di MLS.

“Nigel adalah pemain yang akan membuat permainan Galaxy semakin baik. Kualitas yang dimilikinya di atas lapangan akan membuat tim ini semakin kuat,” ujar Arena.

Sementara itu, sang pemain sendiri memberikan jaminan bagi sang pelatih, “Saya dapat menjamin proteksi di depan lini belakang dan juga mengendalikan bagaimana tim bertahan dan menyerang.”

Kedatangan de Jong pun dianggap beberapa media Amerika sebagai kepingan terakhir yang dibutuhkan Los Angeles Galaxy. Melihat dari komposisi pemain yang ada, dapat dikatakan bahwa Galaxy adalah tim yang paling berpengalaman. Sebab, dari 11 pemain di lapangan, tujuh diantaranya merupakan lulusan Eropa, lebih banyak ketimbang juara musim lalu, Portland Timbers, maupun tim favorit juara lainnya, New York City FC.

Komentar