Menyoroti Keputusan-Keputusan Wasit di Piala Jenderal Sudirman

Cerita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Menyoroti Keputusan-Keputusan Wasit di Piala Jenderal Sudirman

Mahaka Sports and Entertainment belum mengumumkan siapa wasit yang akan memimpin partai final Piala Jenderal Sudirman (PJS), Minggu (24/1). Sekretaris Jenderal Turnamen, Cahyadi Wanda, seperti dikutip Goal, menyatakan kalau sang pengadil tak akan jauh dari yang bertugas saat semifinal. Artinya, salah satu dari Dodi Setiawan Purnama, Thoriq Alkatiri, Iwan Sukoco, dan AR Salaasa, berpeluang menjadi wasit untuk final nanti.

CEO Mahaka, Hasan Abdulgani, kepada Goal, menyatakan kalau nama wasit untuk partai final tidak bisa diumumkan. Pasalnya, mereka ingin menjaga independensi para wasit karena partai final tensinya amat tinggi. “Yang memimpin partai final, itulah yang menjadi wasit terbaik,” kata Hasani dikutip dari Republika.

Dalam setiap kompetisi atau turnamen, peran wasit kerap mendapatkan sorotan, tak terkecuali di PJS. Sejumlah kesebelasan, termasuk Semen Padang dan Mitra Kukar pernah merasa dirugikan oleh wasit baik di babak kualifikasi, delapan besar, ataupun semifinal.

Pada awal penyelenggaraan, Mahaka menyatakan hanya menugaskan wasit dengan kualitas terbaik. Ketua Organizing Comitte PJS, Letnan Jenderal TNI Agus Sutomo, bahkan menegaskan selama h-2 sampai h-3 jelang pertandingan, wasit yang telah ditunjuk akan diisolasi. “Hal ini dilakukan agar mereka tidak terkontaminasi secara pikiran,” kata Letjen Agus dikutip dari Pikiran Rakyat.

Tentu, wasit juga manusia. Adakalanya mereka berbuat salah. Ini yang membuat Mahaka menerapkan denda besar buat pemain yang memprotes wasit secara berlebihan. Buat pemain yang mengancam apalagi memukul wasit akan didenda sebesar 100 juta rupiah. Kalau ada kerusuhan atau perkelahian di lapangan, Mahaka pun menerapkan denda sebesar 50 juta rupiah.

Babak Kualifikasi

Persipasi Bandung Raya (PBR) menjadi kesebelasan pertama yang protes soal wasit di media. Pelatih PBR, Pieter Huistra, menyatakan kalau ia kecewa dengan beberapa keputusan wasit yang dirasa merugikan timnya.

“Saya bekerja tidak untuk menilai wasit, tetapi untuk perbaikan pemain di lapangan. Ada rasa kecewa sebenarnya. Ada tendangan bebas yang tidak seharusnya kami terima, tetapi saya tidak mau menghakimi wasit,” kata Huistra dikutip dari Berita Jatim. Kala itu, PBR kalah 2-4 dari Arema Cronus.

Pada pekan pertama, protes yang paling nyaring terdengar dari arsitek Semen Padang, Nil Maizar. Nil mengaku tak senang dengan kepemimpinan wasit Najamudin Aspiran yang memberikan penalti pada Persipura jelang akhir babak kedua. Penalti tersebut berasal dari bola tendangan Lukas Mandowen yang menurut wasit mengenai tangan Mamadou El Haji. Atas penalti tersebut, Persipura menyamakan kedudukan menjadi 2-2.

“Masa seperti itu penalti? Nanti silakan lihat siaran ulangnya. Itu sangat tidak bagus untuk sepakbola Indonesia,” kata Nil dikutip dari Liputan 6. Ia pun membeberkan fakta soal kepemimpinan Najamudin yang kerap bermasalah seperti yang pernah kami tulis di sini.

“Memang wasit juga manusia. Tapi kalau melakukan kesalahan berulang-ulang kan tidak boleh. Keputusan wasit turut menentukan nasib sebuah tim. Sebaiknya, dalam menentukan wasit, dilihat pengalamannya, track record-nya, sehingga bisa adil memimpin pertandingan,” ucap Nil dikutip dari Goal.

Pada akhir November, Komisi Wasit PJS mengistirahatkan dua wasit dan satu asisten. Ini merupakan hasil dari evaluasi yang mereka lakukan tiap usai pertandingan. “Setiap selesai pertandingan, kita evaluasi. Kalau wasit salah, maka langsung kita off-kan,” kata Wakil Komisi Wasit, Letkol Zainul Arifin, dikutip dari Bola.net.

Ini merupakan respons dari sejumlah keluhan yang dilontarkan sejumlah kesebelasan termasuk Persib Bandung. Pelatih Persib, Djadjang Nurdjaman, menilai kalau terdapat penurunan kualitas wasit yang memimpin PJS.

“Kalau boleh saran, dari kepemimpinan wasit kayaknya agak menurun,” ucap Djadjang dikutip dari Tempo, “Ini terasa banget buat Persib.” Berdasarkan catatan Tempo, dua kali Djadjang melakukan protes yakni saat dikalahkan Surabaya United dan PBFC. Meskipun demikian, Djadjang tak ambil pusing.

The Legend, Iwan Sukoco

Setelah Semen Padang, Sriwijaya FC (SFC) pun merasa dirugikan wasit Iwan Sukoco kala dikalahkan 0-1 oleh Persija Jakarta. Dilansir dari Tribun News, manajemen SFC langsung melayangkan surat protes atas kepemimpinan wasit. Manajer SFC, Nasrun Umar, menyatakan kalau wasit amat timpang dalam menjalankan tugas. Nasrun pun mempertanyakan mengapa Iwan bisa memimpin dua pertandingan yang melibatkan satu klub yang sama (Persija).

“Surat protes tertulis sudah kami layangkan dan ke depannya pihak penyelenggara harus mengkaji ulang memakai wasit  yang bersangkutan. Apalagi keluhan sama sudah disampaikan tim lain. Di Piala Presiden lalu, Iwan Sukoco juga memiliki track record yang kurang baik,” kata Nasrun dikutip Tribun News.

Yang dimaksud Nasrun soal Piala Presiden adalah pertandingan Pusamania Borneo FC (PBFC) menghadapi Persib Bandung di Samarinda. Ada sejumlah keputusan Iwan yang dianggap merugikan Persib sebagai tim tandang. Puncaknya, Iwan meniupkan peluit sebelum waktu benar-benar habis. Saking kecewanya, bahkan ada yang membuat petisi agar Iwan tidak lagi memimpin laga Persib.

Setelah pertandingan tersebut, Hasani langsung menyelidiki soal kesalahan Iwan tersebut apakah ada kesengajaan atau human error. Ia pun menyatakan kalau Iwan akan diistirahatkan usai pertandingan perempatfinal Piala Presiden tersebut.

Protes di Delapan Besar

Babak delapan besar pun tak lepas dari protes terhadap wasit. Persija Jakarta yang dikalahkan 1-3 oleh Mitra Kukar, menyatakan ketidakpuasannya atas kepemimpinan wasit Muslimin. “Saya tidak puas dengan keputusan wasit hari ini. Namun, saya tidak menyalahkan wasit,” kata asisten pelatih, Jan Saragih dikutip dari Berita Satu.

Jan pun meminta Mahaka mengevaluasi perangkat pertandingan agar turnamen berjalan baik. “Kita juga yang malu karena semua pertandingan disiarkan langsung lewat televisi,” ungkap Jan dikutip dari Sidomi, “Saat penyisihan grup di Malang lalu, gol Pacho juga dianulir. Sepertinya kami memang ditakdirkan seperti itu.”

Seminggu kemudian, giliran Persipura yang protes kepemimpinan wasit. Kala itu, mereka dikalahkan PBFC lewat adu penalti yang membuat Persipura gagal lolos ke semifinal.


“Kami selalu dirugikan oleh keputusan wasit. Kemarin, melawan Arema, dan sekarang melawan Pusamania. Saya tahu wasit bisa salah. Namun, kesalahan itu banyak dilakukan kepada kami,” kata pelatih Persipura, Osvaldo Lessa, dikutip dari Goal, “Kami menyiapkan tim dengan latihan keras selama seminggu ini. Tetapi sepertinya kerja keras kami hilang akibat buruknya keputusan wasit.”

Halaman berikutnya, Wasit Semifinal dan Menuju Kesempurnaan

Komentar