Ada Brasil dalam Kesuksesan Shaktar Donetsk

Cerita

by redaksi

Ada Brasil dalam Kesuksesan Shaktar Donetsk

Sebagai negara bekas Uni Soviet, harusnya Ukraina dikenal sebagai gudangnya pemain potensial. Namun, kenyataanya tidak banyak pemain berbakat yang muncul dari negara yang kompetisinya bernama Vyshcha Liha atau yang lebih dikenal sebagai Ukrainian Premier League.

Publik mungkin hanya tahu Andriy Shevchenko. Sosoknya kerap dijadikan simbol persepakbolaan Ukraina. Trofi Liga Champions masih mungkin didapatkan pemain Ukraina lain, namun Sheva juga mempunyai koleksi trofi Ballon d’Or yang menurut saya susah didapatkan pemain Ukraina lainnya.

Shevchenko dibesarkan oleh Dynamo Kiev, yang notabene merupakan langganan juara di Vyshcha Liha. Di kompetisi tersebut Dynamo Kiev hanya memiliki satu lawan sepadan, Shakhtar Donetsk namanya. Bukan klub yang memiliki historis panjang memang, tapi sejak dipegang pelatih kontroversial asal Rumania, Mircea Lucescu, pada 2004 hingga kini, Shakhtar hanya tiga kali menjadi runner up. Sisanya selalu menjadi pemuncak klasemen. Padahal sejak kompetisi Vyshcha Liha dimulai pada 1991, Shakhtar baru sempat menjadi juara pada musim 2001/2002 dan baru mendapatkan trofi kedua saat Lucescu menahkodai Shakhtar.

Bagaimana Lucescu melakukan perubahan hingga Shakhtar ditakuti di Ukraina? Strategi transfer jawabannya. Sejak kedatangan striker asal klub Sao Caetano, Brandao pada musim 2002/2003, Shakhtar tak henti-hentinya mendatangkan bakat-bakat asal negeri Samba. Di tahun pertama kedatangannya saja, Lucescu mendaratkan beberapa pemain Brasil, yakni Ivan, Elano, Matuzalem, dan Jadson. Kedatangan serombongan pemain Negeri Samba membuat Shakhtar layak disebut tim nasional Brasil yang berlaga di Vyshcha Liha.

Baca juga: tentang krisis sepakbola Brasil

Wajah Sepakbola Brasil yang Sebenarnya

Uang dan Mimpi Para Perantau dari Brasil


Meskipun Shakhtar bermain di kompetisi yang memiliki regulasi tentang pemain, Lucescu selalu jor-joran dalam membeli pemain asal Brasil. Elano yang merupakan generasi pertama pemain Brasil mengungkapkan bahwa Lucescu selalu melihat video tentang pemain Brasil yang berbakat oleh sebab itu ia tak akan pernah puas dalam membeli pemain asal Brasil.

Terbukti, banyak bibit-bibit Brasil yang terbang ke Donetsk dan kini merumput di beberapa klub top Eropa. Beberapa contohnya adalah Willian Borges da Silva dan Fernandinho. Willian adalah salah satu dari sekian banyak pemain Brasil yang didatangkan pada musim 2007/2008, dengan mahar sebesar 15 juta euro dari Corinthians. Bermain selama enam musim, Willian bersinar dengan mencatatkan caps sebanyak 140 laga dengan torehan 20 gol. Pada Januari 2013, Shakhtar menjual Willian ke klub kuda hitam Rusia, Anzhi Makhachkala dengan nilai 35 juta euro.

Selain itu ada nama Fernandinho. Nama gelandang bertahan yang kini memperkuat Manchester City, melambung saat mengantar Shakhtar Donetsk meraih gelar juara pada musim 2005/2006. Ia dibeli Lucescu dari Atletico Paranaense dengan mahar tujuh juta pounds. Ia pun menjadi pemain yang tidak tergantikan selama delapan musim berada di Shakhtar. Pada akhir musim 2012/2013, ia memutuskan menerima pinangan The Citizens dengan nilai transfer 34 juta pounds. Selama bermain delapan musim di Shakhtar, Fernandinho mengumpulkan caps sebanyak 184 pertandingan dengan menyumbangkan 31 gol.

Masih banyak penggawa asal Brasil yang besar karena "ideologi ke-Brasil-an" Lucescu, mulai dari Douglas Costa yang kini menjadi pemain vital di sisi sayap Bayern Munich dan Luiz Adriano yang menjadi tumpuan AC Milan mencetak gol. Selain itu ada juga nama Jadson yang sempat menjadi pembicaraan karena dijadikan opsi oleh Arsene Wenger untuk menggantikan Cesc Fabregas dan Bernard yang sejak awal musim 2014/2015 dijadikan buruan oleh Everton, Arsenal, dan Liverpool. Selain itu ada pula nama Fernando yang musim ini tampil baik bersama Sampdoria.

Keputusan Lucescu mendatangkan pemain asal Brasil memang istimewa. Meski mereka memiliki kualitas, harga mereka pun tak menjadi masalah di kantong Shakhtar. Hasilnya pun mereka mampu mendapatkan delapan gelar Vyshcha Liha Ukraina dan satu gelar UEFA Cup (sebelum disebut Europe League) pada musim 2008/2009 yang dua gol kemenangannya dicetak oleh Jadson dan Luiz Adriano. Tak heran, namanya disebut salah satu pelatih sukses di Ukraina.

Jadi, adakah yang mau meniru "ideologi ke-Brasil-an" Lucescu?

Sumber : FIFA, Transfermarkt, Soccerway

Komentar