Bisakah Maurizio Sarri Membungkam Maradona?

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Bisakah Maurizio Sarri Membungkam Maradona?

Tiga pertandingan perdana Serie-A 2015/2016 dijalani dengan cukup buruk oleh Napoli. Sebagai kesebelasan yang selalu menghuni papan atas klasemen dalam beberapa akhir musim ini, mereka hanya berhasil berhasil meraup dua poin saja. Pekan pertama mereka takluk di tangan tuan rumah Sassuolo dengan skor 2-1. Lalu dua pertandingan berikutnya secara beruntun ditahan imbang Sampdoria dan Napoli.

Pelatih Napoli, Maurizio Sarri, dituding sebagai dalang kegagalan kesebelasannya musim ini. Dalam beberapa hal, tudingan terhadap Sarri ini tidak sepenuhnya salah. Biar bagaimana pun, seorang pelatih tentu mesti bertanggungjawab atas apa pun yang menimpa anak asuhnya. Baik kemenangan maupun kekalahan. Dalam hal Sarri, kritik datang lebih cepat.

Diego Maradona, mantan pemain Napoli, mempertanyakan Partenopei di bawah besutan Sarri saat ini dan menyesalkan kepergian Rafael Benitez.

"Saya memiliki begitu banyak rasa hormat untuk Sarri, tapi dengan Sarri yang menjadi jawabann (atas kekosongan bangku yang ditinggalkan Benitez) kita tidak memiliki kemenangan. Saya akan menahan Rafael Benitez yang kini di Real Madrid, karena ia telah mengkonfirmasi pekerjaannya dan dikagumi di seluruh dunia. Sarri adalah orang yang baik , tapi dia tidak seharusnya melatih di Napoli. Dia menerima hadiah yang besar untuk berada di bangku cadangan," beber Maradona.

Namun kami kira dakwaan terhadap Sarri pun tidak semuanya bisa dibenarkan. Biar bagaimana pun Sarri baru membesut Napoli sejak awal musim ini. Hal itulah yang dilakukan Presiden Napoli, Aurelio De Laurentiis. Ia mengaku masih siap memberikan kesempatan kepada Sarri sampai pekan ketujuh Serie-A 2015/2016 untuk membuktikan jika dia masih layak dengan pekerjaaannya.

Begitu juga mantan pelatih Italia, Cesare Prandeli, yang meminta kesabaran para pendukung Napoli kepada pelatih Hamsik dkk saat ini.  "Tidak mudah untuk beradaptasi dengan sistem baru dalam beberapa bulan ini," cetus Prandeli.

Jika dicermati setidaknya Napoli memang produktif pada tiga pertandingan awal Serie-A 2015/2016. Mereka mencetak lima gol dalam tiga laga perdana mereka musim ini. Empat dari lima gol Partenopei tersebut dicetak dari dalam kotak penalti. Satu gol lainnya terjadi secara menakjubkan melalui tembakan Lorenzo Insigne ketika melawan Empoli.

Pada tiga pertandingan itu pun Partenopei memenangkan seluruh penguasaan bola dengan mengalahkan Sassuolo (58%), Sampdoria (59%) dan Empoli (59%). Hanya saja kesebelasan lawan pun mampu membobol gawang Napoli cukup mudah. Hamsik dkk., telah kebobolan enam gol sejauh ini di Serie-A, satu gol lebih banyak dari yang mereka cetak ke gawang lawan.

Napoli pernah memiliki awal yang buruk pada musim 2009/2010 dengan kebobolan tujuh gol hanya dalam tiga pertandingan awal. Musim lalu pun Benitez memiliki masalah serupa yaitu sering mencetak gol tetapi gagal menekan jumlah gol yang yang bersarang di gawang sendiri. Tercatat 54 gol bersarang ke gawang Napoli musim lalu.

Pertahanan yang Masih Belum Memuaskan Maurizio Sarri

Fokus pertama Sarri saat ini tentu saja membangun organisasi pertahanan yang lebih sempurna. Pertahanan mereka masih belum menunjukan kinerja yang lebih baik pada musim ini. Sassuolo dan Empoli mampu mencetak dua gol murni yang dibangun dari permainan ofensif yang terbuka, sementara Sampdoria mencetak dua gol karena kesalahan pertahanan Partenopei.

Sejauh ini masalah terbesar pertahanan Napoli yaitu bek tengah yang kuat namun lambat mengejar kecepatan penyerang lawan. Masalah itu terbukti ketika Napoli mampu mengalahkan Club Bruges KV dengan skor 5-0 pada pertandingan Grup D Piala Eropa 2015/2016 di Stadion San Paolo, Jumat (13/9), lalu.

Kendati mengakhiri pertandingan tanpa kebobolan, namun duel di lini pertahanan sendiri masih sering kalah. Empat bek Partenopei yang ditempati Elseid, Hysaj, Raul Albiol, Kalidou Koulibaly dan Faouzi Ghoulam cuma berhasil melakukan 70 tindakan defensif (baik intersepsi, blok dan tekel). Hal tersebut yang masih belum bisa memuaskan Sarri kendati kesebelasannya mampu menang besar pada pertandingan tersebut.

Beruntung Pepe Reina mampu menjaga gawang Partenopei dengan baik. Ia membuat empat penyelamatan penting ketika mengalahkan Bruges.

Sejauh ini masalah terbesar Napoli yaitu memiliki bek tengah kuat tapi lambat. Dan Sarri agaknya masih memerlukan waktu untuk membenahi permainan bertahan Napoli.

Rancang bangun penyerangan sudah mulai terlihat, namun jika Hamsik dkk., ingin bersaing di papan atas Serie-A musim ini jelas mereka harus memperbaiki lini pertahanan sendiri. Jika para beknya tidak pernah bermain dengan semestinya, maka Napoli akan sulit merayap ke papan atas. Tapi jika tidak, para pemain Partenopei akan melihat peluang Sarri kembali keluar dari San Paolo.

Perubahan Formasi Maurizio Sarri dan Peran Baru Lorenzo Insigne

Sebetulnya pada tiga pertandingan pertama Serie-A ada dampak positif dari taktik ofensif Sarri yang mengandalkan formasi 4-3-1-2.  Dalam formasi tersebut, Napoli terlihat lebih kuat di lini tengah, dominan dalam penguasaan bola, dan punya cukup kesabaran membangun serangan dari bawah.

Tapi rasanya hal itu tak berdampak apa-apa jika tidak menjadi kemenangan bagi Partenopei. Maka memasuki laga keempat, di Liga Eropa, Sarri mulai memutar otaknya. Akhirnya ia mengubah formasi 4-3-1-2 menjadi 4-3-3. Hasilnya kesebelasan besutannya itu mencukur Bruges pada pertandingan fase grup Liga Eropa.

Pelatih 56 tahun tersebut mengerahkan kesebelasannya agar lebih ofensif dan bahkan memasukan Insigne pada menit ke-74 mengganti Dries Martins untuk menjadi seorang trequartista. Mantan pelatih Empoli itu menyesuaikan sistemnya dengan para pemain yang ia turunkan, sesuatu yang tidak pernah dilakukan Benitez. Napoli mencetak gol dalam 25 menit dan mendominasi dari awal sampai akhir pertandingan dengan penguasaan bola sebesar 61%.

Ketika melawan Lazio di San Paolo pun Napoli memberikan permainan yang menghibur dengan membantai Lazio dengan skor 5-0. Sarri bisa kembali duduk menyaksikan kesebelasannya bermain dengan penuh kebanggan pada malam itu, Senin (21/9)

Pada pertandingan tersebut Insigne seperti terlahir kembali setelah pulih dari cedera ACL yang dideritanya sepanjang musim lalu. Ia sering berada di sekitaran area kotak penalti Lazio layaknya memerankan gelandang serang klasik. Penampilan gemilangnya mungkin cuma tertutupi oleh dua gol yang disumbangkan Gonzalo Higuain. Insigne telah menunjukan dia bisa bermain sebagai penyerang sayap kiri sebelumnya, tapi ketika mendapat kebebasan dia bisa menjadi playmaker yang baik.

Sementara Higuain yang mencetak dua gol mengatakan jika kembali menang 5-0 itu hanyalah langkah awal dari kesebelasannya. Saat ini Higuain hanya ingin fokus mengembalikan kesebelasannya ke tiga besar Serie-A setelah pada musim lalu mengakhiri klasemen di peringkat lima.

"Saya tidak berpikir tentang apa yang terjadi di masa lalu, karena saya fokus pada masa depan. Saya tinggal di sini untuk membawa Napoli ke Liga Champions," ujarnya. "Bisakah kita menargetkan Scudetto? Jelas kita harus bertujuan tinggi, tetapi sementara Napoli pantas berada di Liga Champions," kata Higuain lebih lanjut.

Sementara itu Sarri mengatakan bahwa tidak banyak yang berubah atas peralihan formasi dari 4-3-1-2 menjadi 4-3-3 saat ini. Dirinya cuma mengubah beberapa posisi para pemainnya saja dengan memaksimalkan Insigne ketika bermain di lapangan lebih bergerak di area luaran kotak penalti lawan.

Sarri mengungkapkan jika formasi 4-3-3 mampu memberikan sesuatu yang lebih. Pada sesi latihan ia pun biasa menerapkan dua formasi yaitu 4-3-1-2 dan 4-3-3. Menurutnya evolusi taktiknya itu bisa membuat kesebelasannya bertahan lebih baik. Fokus pertahanan yang lebih baik ketika melawan Lazio membuat lini serang Napoli pun akhirnya mampu melakukan tugasnya dengan lebih tenang.

Sementara itu dua kemenangan besar berntun tersebut menepis isu tidak sedap tentang kondisi ruang ganti Napoli yang masih terdampar di peringkat 11 klasemen sementara Serie-A 2015/2016. Dari dua kemenangan terakhir itu juga sekarang ia bisa membungkam kritik dari Maradona yang sempat meragukan kemampuannya.

"Maradona bisa berpikir dan mengatakan apapun yang dia suka. Dia idola saya dan saya harap dia bisa mengubah pendapatnya dalam beberapa bulan mendatang," tukas Sarri.

Ia menegaskan pemain sudah bisa melupakan tiga pertandingan pembuka Serie-A 2015/2016 yang berakhir tanpa kemenangan itu. Saat ini Napoli hanya perlu menemukan konsistensinya kembali usai meraih dua kemenangan besar beruntun. Konsistensi itulah yang akhirnya kembali mengemuka ketika mereka gagal meraih kemenangan kala menghadapi Carpi, kesebelasan baru di Serie-A, dengan skor 0-0 dini hari tadi, Kamis (24/9).

Sumber : All Sports, ESPN, Fast on Two, Football

Komentar