Max Meyer Miliki Kombinasi Sempurna Pesepakbola Masa Kini

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Max Meyer Miliki Kombinasi Sempurna Pesepakbola Masa Kini

Di antara para pemain muda FC Schalke 04, Julian Draxler dan Leroy Sane bisa jadi yang paling banyak dibicarakan saat ini. Tidak mengherankan mengingat Draxler sudah berhasil membuat Arsenal mendekat (dan sekarang sedang dihubung-hubungkan dengan Juventus) dan Sane adalah sensasi terbaru dari Knappenschmiede, akademi sepakbola Schalke yang terkenal rutin memproduksi pemain-pemain muda berkualitas.

Namun selain pemain muda yang mereka bentuk sendiri, Schalke juga memiliki cukup banyak pemain muda yang mereka datangkan dari kesebelasan lain. Johannes Geis adalah contoh terbaru. Selain Geis, ada pemain yang sudah menjadi bagian dari Schalke sejak 2009 dan belum lama ini membuat Chelsea tertarik. Namun Chelsea mundur teratur karena Max Meyer, sang pemain yang dimaksud, dibanderol tidak murah.

Sejak naik ke kesebelasan utama pada musim 2012/13, Meyer yang saat ini baru berusia 19 tahun sudah membela kesebelasan senior Schalke dalam 84 pertandingan. Rinciannya: 63 pertandingan Bundesliga, 16 pertandingan Champions League, 3 pertandingan DFB-Pokal, dan 2 pertandingan kualifikasi Champions League. Bermain sebagai gelandang, Meyer mampu mempersembahkan 13 gol dan 8 assist sejauh ini.

“Ia pantas menjadi starter dan kapten di 90% tim nasional,” puji Jürgen Klopp. Mengingat Klopp terkenal sebagai orang suci Borussia Dortmund – kesebelasan saingan Schalke – jelas ini bukan pujian sembarangan. Di era pemain belakang yang sudah melek taktik, Meyer adalah pemain yang sangat dapat diandalkan. Dengan kemampuan menggiring bola di tempat sempit dengan kecepatan tinggi, Meyer adalah perusak keteraturan.

Joachim Löw, pelatih kepala Tim Nasional Jerman, juga memuji Meyer. Jogi menilai Meyer memiliki kemampuan teknik yang sangat baik dan bermain tanpa rasa takut. Mengenai hal ini, Meyer berutang banyak kepada permainan futsal.

Sejak berusia 10 tahun, Meyer bergabung dengan tim futsal PSV Wesel-Lackhausen walau saat itu ia juga sudah menjadi bagian dari akademi MSV Duisburg. Meyer mengaku bermain futsal sebagai bentuk relaksasi dari kejenuhan berlatih sepakbola.

“Ketika bermain futsal, Max seperti burung beo dari toko hewan peliharaan yang dibawa kembali ke Amazon selama 90 menit,” ujar Naim Sassi, pelatihnya di Wesel-Lackhausen. Siapa sangka pelarian dari rutinitas itulah yang pada akhirnya membuat Meyer menjadi pemain muda yang memiliki kemampuan di atas rekan-rekan seusianya.

Empat tahun Meyer bermain futsal untuk Wesel-Lackhausen. Ia terpaksa meninggalkan tim tersebut karena pindah ke Gelsenkirchen untuk bergabung dengan kesebelasan muda Schalke pada 2009. Namun di sana ia tidak kehilangan kebahagiaan. Para pelatih Schalke paham betul di mana kemampuan terbaik Meyer berada dan mereka memberi porsi latihan dengan bola yang lebih banyak kepadanya.

“Harus saya akui latihan kami sangat baik,”ujar Meyer. “Kami banyak berlatih menggunakan bola. Kami mencoba banyak formasi, sehingga saya belajar hal baru setiap hari.” Singkat kata, Schalke mengembangkan Meyer dengan cara yang tepat.

Hasilnya terlihat dalam waktu singkat. Membela Schalke U-19 dalam 15 pertandingan pada musim 2011/12, Meyer mencetak 11 gol dan 11 assist. Musim berikutnya, Meyer naik kelas dengan nomor punggung 29. Setelah Raúl pergi, nomor punggung 7 menjadi milik Meyer sejak musim 2013/14.

Musim 2014/15 ditandai dengan ketertarikan Chelsea terhadap Meyer. Namun Chelsea belum melakukan pendekatan lebih jauh karena buy-out clause Meyer berada di angka 25,5 juta euro.

Sedikit catatan, Chelsea, boleh dibilang, terlambat menyadari bakat Meyer. Bahkan Nike, produsen peralatan olahraga, lebih cepat mengendus bakat Meyer ketimbang Chelsea yang memiliki banyak pemandu bakat kelas satu.

Ketika Meyer berusia 18 tahun, Nike menyodori kontrak sebesar 10 juta euro berdurasi 10 tahun. Mengingat kontrak tersebut diajukan kepada seorang pemuda Jerman – negara asal Adidas – berusia 18 tahun (Meyer adalah pemain Jerman termuda yang menjalin kerja sama dengan Nike), langkah Nike terhitung berani. Dan Nike jelas tidak sembarangan melangkah saat mengambil keputusan ini.

Keputusan Nike untuk menjalin kerja sama dengan Meyer, dengan sendirinya, menegaskan bakat, kemampuan, dan nilai jual sang pemain yang semuanya dihargai tinggi. Di era sepakbola industri seperti ini, kombinasi apa yang lebih baik dari itu?

Komentar