Penjualan Welbeck dan Ironi Rivalitas Mancunian vs Scouser

Cerita

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Penjualan Welbeck dan Ironi Rivalitas Mancunian vs Scouser

Para Mancunian di Manchester United

Perginya Welbeck ini menyisakan sebuah ironi lainnya untuk United. Sekarang ini Mancunian di tim utama United hanyalah Tyler Blackett, William Keane, Thomas Thorpe, dan Michael Keane yang malah dipinjamkan ke Leicester City. Praktis, di atas kertas, hanya Blackett yang punya kemungkinan menambah jam terbang di tim utama. Itu pun dia mesti bersaing dengan tiga pemain lain yang sama-sama kuat kaki kirinya yaitu Luke Shaw, Marcos Rojo, dan Daley Blind. United kini semakin miskin Mancunian. Bukan hal mudah bagi Mancunian "pemula" seperti Blackett untuk bersaing dengan nama-nama itu.

United sendiri punya sejarah panjang dengan daftar pemain-pemain mereka yang berasal dari Manchester. Satu kampung halaman dengan Welbeck, adalah Wesley Brown yang juga berasal dari Longsight. Longsight adalah sebuah daerah kecil di Manchester yang terkenal dengan tingkat kemakmuran para penduduknya. Brown adalah mantan pemain United dari tahun 1996 sampai 2011. Pada tahun 2011, ia ditransfer ke Sunderland dan sampai sekarang masih bermain sebagai bek tengah yang kadang berduet dengan sesama mantan rekannya di United dulu, John O’Shea.

Selain Brown, ada Brian Kidd yang berasal dari Collyhurst. Kidd adalah mantan pemain United dan juga Manchester City, yang sekarang menjadi asisten manajer di Etihad Stadium.

Collyhurst juga memproduksi salah satu legenda United, Nobby Stiles. Stiles adalah mantan gelandang United yang bermain pada tahun 1960 sampai 1971.

Jauh sebelum mereka semua, ada sosok Dennis Viollet. Seorang Mancunian yang lahir di Fallowfield ini adalah seorang penyerang produktif yang berhasil mencetak lebih dari 150 gol untuk United dari tahun 1953 sampai 1962.

Dari itu semua, puncak kejayaan Mancunian bisa dibilang adalah pada masa Class of ’92. Paul Scholes (asal Salford), Nicholas Butt (Gorton), dan Neville bersaudara (Bury), Gary dan Philip, adalah produk asli kelahiran Manchester yang diasuh langsung oleh akademi Manchester United.

Hal di atas menunjukkan kepada kita bahwa memang ada darah Mancunian yang mengalir di Manchester United. Sesuatu yang tentunya para fans asli Mancunian akan sangat banggakan.

Inilah yang ditangkap oleh Mike Phelan, mantan pemain United dan asisten Ferguson dari 2008-2013. Begitu Welbeck resmi dijual, dia menyebut hal ini sebagai indikasi bahwa United telah kehilangan ciri khasnya. Welbeck, kata Phelan kepada BBC, "sudah menjadi bagian dari identitas United dan hal itu kini sudah hancur."

Welbeck dalam kata-kata Phelan di atas, disebut sebagai "bagian dari identitas United", bukan semata merujuk Welbeck sebagai individu, tapi juga latar belakangnya sebagai pemain yang lahir dari akademi United, sebagai wakil dari bakat-bakat lokal (home-ground talent), dan tentu saja apa yang disebut sebagai Mancunian.

Inilah juga yang dengan sedih ditangkap oleh David Beckham. Mantan pemain United yang tetap diberi sambutan hangat di Old Trafford, juga tetap bersemayam di hati banyak para fans United, mengungkapkan kesedihannya terkait kepergian Welbeck ini.

"Melihat Welbeck pergi meninggalkan Manchester United adalah hal yang menyedihkan," kata Beckham. Welbeck, kata Beckham lagi, sudah menjadi bagian United sejak usia 8 tahun. Dengan kata-kata bernada elegi, Beckham berkata: "Hatinya ada di Manchester."

Kata-kata yang lebih telengas datang dari Eric Harrison, orang yang berada di balik kisah sukses Akademi United dan otak di balik kelahiran Kelas-92 yang masyhur itu. Simaklah kata-kata Harrison ini: "Saya tak percaya Welbeck telah pergi. Saya tak bisa memaklumi kepergian dia ke Arsenal. Kehilangan pemain yang sejak bocah sudah menjadi bagian dari United menunjukkan tim ini kehilangan hati dan jiwa klub."

Bagi Harrison, Welbeck itu penting karena satu hal yang baginya pokok: "Anda membutuhkan pemain yang bisa menghidupkan atmosfir kekeluargaan United."

Dan itu semua terjadi tepat saat seorang Scouser ditunjuk sebagai kapten tetap Manchester United.

Berikutnya: Perang Nyanyian antara Mancunian vs Scouser

Komentar