Dedikasi AFC Wimbledon Terhadap Masyarakat dan Pendukungnya

Berita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Dedikasi AFC Wimbledon Terhadap Masyarakat dan Pendukungnya

Selama beberapa tahun, ada kevakuman dalam prestasi Wimbledon di sepakbola. Padahal FC Wimbledon sempat menjuarai Piala FA dan hampir berlaga di kompetisi Eropa, meskipun hal tersebut tak terjadi karena UEFA memberi sanksi kepada Inggris terkait Tragedi Heysel.

Wimbledon benar-benar vakum setelah kepindahan kontroversial FC Wimbledon ke Milton Keneys dan mengubah namanya menjadi MK Dons. Lalu, dengan sisa-sisa semangat yang ada, para penggemar pun membentuk kesebelasan yang diharapkan bisa mengangkat kejayaan Wimbledon itu sendiri.

AFC Wimbledon dibentuk dari reruntuhan kejayaan FC Wimbledon. Nama AFC Wimbledon sempat mencuat pada musim lalu. Namun, bukan karena prestasi mereka melainkan karena apa yang telah dilakukan MK Dons dengan mengalahkan kesebelasan Premier League, Manchester United dengan skor mencolok 4-1. Lalu, banyak orang yang mulai mencari siapa itu MK Dons dan berakhir pada terkesannya mereka dengan AFC Wimbledon.

Sama halnya dengan FC United of Manchester, AFC Wimbledon didirikan bukan atas dasar pencarian keuntungan. Mereka dibentuk atas dasar kegelisahan para penggemar FC Wimbledon yang kini sudah tak lagi bermarkas di Wimbledon dan berpindah kandang sejauh kurang lebih 70-an kilometer.

Saat ini, AFC Wimbledon berlaga di League Two, divisi keempat Liga Inggris. Untuk sekelas kesebelasan divisi empat, mereka sudah semestinya memiliki infrastruktur yang lebih baik dan meninggalkan kebiasaan serba seadanya ala kompetisi non league.

Atas dasar itu, manajemen AFC Wimbledon meminta izin untuk pindah dari kandangnya saat ini, Kingsmeadow, ke kandang lama FC Wimbledon di Plough Lane. CEO AFC Wimbledon, Erik Samuelson, menyatakan bahwa mereka ingin membangun stadion baru berkapasitas 11 ribu kursi yang akan diperluas menjadi 20 ribu kursi pada musim 2018/2019.

“Kami memulai AFC Wimbledon tanpa apapun. Tanpa tim, tanpa stadion, tanpa manajer, bahkan tanpa kostum untuk dikenakan. Namun, apa yang membedakan dengan saat ini adalah kami dibentuk dan masih tetap dimiliki penggemar. Dengan kata lain, kami berakar kuat di komunitas kami,” kata Samuelson.

Stadion WImbledon Depan

Uniknya, pembangunan stadion ini juga termasuk pembangunan 602 unit yang termasuk rumah, retail, komersial, dan fasilitas rekreasi. “Kami tidak pernah kehilangan fokus dari pembangunan untuk masyarakat di Merton karena ini adalah rumah kami dan kami senang bahwa kami diberikan izin untuk kembali ke Wimbledon,” ucap Samuelson.

Bisa dibilang kalau AFC Wimbledon adalah salah satu kesebelasan bentukan penggemar yang paling sukses. Mereka memulai kompetisi dari divisi sembilan, dan dalam sembilan tahun, mereka sudah lima kali promosi. AFC Wimbledon pun mencatatkan sebagai kesebelasan dengan rekor tak terkalahkan paling panjang di Inggris dengan 78 pertandingan. Mereka pun menjadi satu-satunya kesebelasan yang didirikan pada Abad ke-21 yang berhasil lolos ke Football League.

Wajar rasanya kalau banyak orang yang mengakui bahwa AFC Wimbledon adalah reinkarnasi dari FC Wimbledon. Wajar pula kalau julukan mereka adalah The Phoenix karena burung Phoenix yang bisa kembali hidup dari sisa-sisa abu kematiannya.

Dengan status sebagai kesebelasan bentukan penggemar, menjadi penting buat AFC Wimbledon untuk mendedikasikan dirinya bagi masyarakat. Pembangunan stadion baru ditambah dengan 600-an hunian dan fasilitas rekreasi bisa menjadi jawaban atas tanggung jawab AFC Wimbledon buat masyarakat di Distrik Merton.

Satu hal yang amat ingin dilakukan AFC Wimbledon adalah bermain di tanah sendiri, di Wimbledon. Pasalnya, saat ini mereka bermain di Kingsmeadow yang terletak di Borough Kingston. Mereka pun menganggap Plough Lane, kandang FC Wimbledon, sebagai tempat yang sakral.

Saat ini, pembangunan stadion tidak dilakukan tepat di atas Stadion Plough Lane, karena lokasi tersebut telah dikembangkan menjadi sejumlah blok unit untuk hunian. Stadion baru hanya berjarak beberapa puluh meter saja dengan mengambil tempat di Stadion Wimbledon Greyhound.

Apa yang dilakukan AFC Wimbledon sebenarnya memperlihatkan bagaimana sebuah klub dijalankan tanpa mengingkari kehadiran penggemar dan melibatkan masyarakat. Rencana pembangunan stadion baru di Plough Lane sebenarnya sudah lama dibicarakan. Panjangnya pembicaraan tersebut tak lepas dari Pemerintah Kota Merton yang tak ingin pembangunan stadion yang sekadar stadion. Pembangunan tersebut mesti berarti buat masyarakat. Ini yang membuat stadion baru AFC Wimbledon menjadi unik karena dikelilingi oleh sejumlah blok unit permukiman warga.

Apa yang dilakukan AFC Wimbledon maupun Pemerintah Kota Merton menunjukkan pada kita bahwa sepakbola bukan sekadar sepakbola. Sepakbola saat ini seperti merupakan tambang emas di mana banyak uang beredar di sana. Sayangnya, masih ada kesebelasan yang rakus dan tak mau berbagi. Di sisi lain, AFC Wimbledon, sebagai kesebelasan yang bukan dimiliki oleh pemodal besar, justru memikirkan peran mereka buat masyarakat. Jika kesebelasan besar di Premier League berlaku serupa, bukan tidak mungkin sepakbola bukan lagi sekadar sepakbola tetapi berperan nyata dalam kehidupan di masyarakat.

Komentar