Inggris Gagal di Nations League, Gareth Southgate Masih Punya PR Besar

Analisis

by Redaksi 7

Redaksi 7

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Inggris Gagal di Nations League, Gareth Southgate Masih Punya PR Besar

Kekalahan Inggris dari Belgia pada Senin (16/11/2020) lalu memastikan The Three Lions gagal melaju ke putaran final UEFA Nations League. Tiket final dari Grup 2 Liga A kini hanya mungkin diraih Denmark atau Belgia di pekan terakhir. Inggris, sementara itu, akan melakoni partai perpisahan dengan UNL 2020/21 melawan Islandia, Kamis (19/11).

Gareth Southgate gagal mengulangi kesuksesan di UNL edisi perdana (2018/19). Waktu itu, Jordan Henderson dan kawan-kawan meraih tempat ketiga usai mengalahkan Swiss.

Keberhasilan itu menambah keyakinan publik Inggris akan masa kepemimpinan Southgate. Sebelumnya, eks pemain Middlesbrough ini sukses membawa Harry Kane dan kawan-kawan menembus semifinal Piala Dunia; melampaui capaian The Three Lions kala masih diisi generasi emas macam Frank Lampard, Steven Gerrard, dan Wayne Rooney.

Kekalahan atas Belgia pun kembali memunculkan pertanyaan: Apakah Inggris era Southgate benar-benar berkembang dan pantas disejajarkan dengan Spanyol, Jerman, atau Italia? Di Rusia 2018, tak sedikit pihak yang menganggap keberhasilan Southgate sebatas keberuntungan.

Link streaming pertandingan UEFA Nations League: Inggris vs Islandia

Di fase grup Piala Dunia 2018, Belgia adalah satu-satunya lawan berat Inggris. Memasuki fase gugur, anak asuh Southgate juga boleh dikata beruntung karena menghadapi lawan yang berstatus kuda hitam, Kolombia serta Swedia. Inggris akhirnya kalah oleh Kroasia yang mencapai final Piala Dunia pertama mereka.

Performa The Three Lions di UNL dan kualifikasi Euro 2020 memang patut dijadikan argumen untuk menepis opini soal keberuntungan Southgate. Selain meraih tempat ketiga UNL, Inggris juga tampil perkasa di kualifikasi Euro, menjadi tim terproduktif kedua dengan 37 gol (sama dengan Italia). Hanya Belgia, tim nomor satu di ranking FIFA, yang mengungguli jumlah gol The Three Lions.

Akan tetapi, serangkaian performa impresif itu terputus di UEFA Nations League musim ini. Dari aspek pertahanan, anak asuh Southgate tetap solid, hanya kebobolan empat gol dari lima pertandingan. Di UNL, aspek yang mengkhawatirkan adalah daya serang Inggris.

Harry Kane dan kawan-kawan hanya mampu mencetak tiga gol sepanjang turnamen. Menghadapi Islandia, yang sedang mengalami penurunan performa dan dibabat Belgia 5-1, Inggris hanya mampu mencetak satu gol. Inggris kemudian dua kali gagal menembus pertahanan solid Tim Dinamit Denmark.

Tumpulnya lini serang Inggris di UNL pun sudah mengkhawatirkan Southgate sejak lama. Usai laga melawan Belgia, meskipun kalah, pelatih berusia 50 tahun ini mengaku senang dengan timnya yang tampil lebih agresif.

“Saya pikir hari ini kami bermain lebih baik dibanding saat di Wembley [menang 2-1 atas Belgia]. Kami membuat lebih banyak peluang, kami lebih banyak menguasai bola,” kata Southgate dalam konferensi pers.

“Saya pikir dua momen dalam pertandingan ini — sebuah defleksi dalam gol pertama dan gol kedua dari tendangan bebas yang tidak saya kira — adalah titik baliknya,” tambahnya.

Saat kalah lawan Belgia, Inggris memang lebih sering menekan dibanding tuan rumah. The Three Lions membuat lebih banyak peluang (16 berbanding delapan). Namun, Belgia lebih efektif dalam mengkapitalisasi kesalahan tim tamu. Gol pertama Belgia berawal dari salah umpan bek Inggris, sedangkan gol kedua lahir dari tendangan bebas Dries Mertens yang berakurasi tinggi. Mungkin terdengar ironis, tapi kekalahan dari Belgia adalah penampilan Inggris yang paling berbahaya di UNL musim ini.

Lantas, apa yang menyebabkan penurunan kualitas serangan Inggris? Dibanding kualifikasi Euro, perbedaan paling kentara adalah formasi yang diturunkan Inggris. Saat mencetak 37 gol di kualifikasi, The Three Lions mengandalkan formasi 4-3-3 atau 4-2-3-1. Sistem empat bek ini terbukti ampuh bagi daya serang. Namun, di UNL musim ini, Southgate kembali mengandalkan 3-4-3 atau 5-3-2 yang membawa mereka ke semifinal Piala Dunia.

Inggris tercatat sekali menurunkan 4-3-3 saat ditahan imbang Denmark 0-0. Kombinasi Raheem Sterling, Harry Kane, dan Jadon Sancho gagal menembus pertahanan Simon Kjaer dan rekan-rekan.

Jika menilik hasil ini, Southgate patut berkaca pada momen timnya mengalahkan Spanyol 2-3 di Seville, Oktober 2018. Kemenangan itu menjadi titik balik lolosnya Inggris dari fase grup UNL 2018/19 sekaligus dapat dipertimbangkan sebagai performa terbaik anak asuh Southgate pasca Piala Dunia.

Southgate menurunkan formasi 4-3-3 dengan Harry Kane, Marcus Rashford, serta Raheem Sterling sebagai trisula lini serang. Inggris mengalahkan Spanyol dengan taktik serangan cepat yang menghasilkan tiga gol di babak pertama. Kunci penyerangan Inggris adalah dua pemain sayap, Rashford dan Sterling, yang kapabel bermain sebagai inside forward. Cara keduanya berlari ke belakang lini pertahanan La Roja amat merepotkan bek-bek tuan rumah.

Sementara itu, kala dikalahkan Belgia, dua pemain itu tak bisa tampil karena masalah cedera. Southgate pun menurunkan dua gelandang serang untuk mendukung Harry Kane, yaitu Mason Mount dan Jack Grealish. Sebagai gelandang kreatif, dua pemain itu tak bisa mengulangi aksi Rashford dan Sterling saat menghadapi Spanyol. Mount dan Grealish adalah pemain yang nyaman menguasai bola di sepertiga akhir, tak terbiasa berlari ke belakang lini pertahanan untuk membuka opsi umpan.

Pola tiga bek Inggris memang menyajikan perlindungan lebih ke lini pertahanan. Namun, berkaca dari tumpulnya lini serang Inggris di UNL musim ini, Southgate wajib memikirkan cara mengembangkan daya serang anak asuhnya dengan formasi tiga bek. Lain itu, lini serang Inggris juga kesulitan dengan tiadanya inside forward yang mampu berlari cepat.

Di lain sisi, Southgate patut senang dengan munculnya talenta-talenta baru yang bersinar secara individual. Jack Grealish salah satunya. Setelah mengemas dua asis dalam dua partai persahabatan, Southgate tentu tak bisa mengabaikan kapten Aston Villa itu.

Grealish menunjukkan bahwa ia mampu membawa performanya di level klub ke Timnas Inggris. Kala menghadapi Belgia, Grealish tampil impresif dan mengirim dua umpan kunci. Aksi Grealish mengungkit bola dan mengecoh Thomas Meunier pun menjadi sorotan yang menghibur.

Selain Grealish, pemain seperti Conor Coady dan Jude Bellingham juga mencicipi kesempatan tampil untuk The Three Lions tahun ini.

Jelang Euro 2020, Southgate tak kekurangan pemain bagus. Semua lini Inggris memiliki pemain kelas atas untuk berkiprah di level tertinggi. Namun, PR Southgate yang paling besar adalah menemukan susunan pemain yang tepat dalam sistem yang efektif.

Di masa jeda internasional, Anda tidak akan kekurangan tontonan. Mola TV menayangkan pertandingan persahabatan, UEFA Nations League, dan Kualifikasi Piala Dunia 2022. Pertandingan Inggris vs Islandia pada Kamis (19/11) pukul 02:45 WIB dapat Anda saksikan dengan mengeklik tautan ini.

Komentar