Inggris Tak Lagi Takut Hantu Adu Penalti

Cerita

by Redaksi 18

Redaksi 18

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Inggris Tak Lagi Takut Hantu Adu Penalti

Piala Dunia 2018 sudah memasuki babak 16 besar. Setiap kesebelasan menjalani laga hidup-mati. Tak akan ada kesempatan lain berupa leg kedua. Di fase gugur, nasib masing-masing tim akan ditentukan hanya dalam satu pertandingan.

Jika setelah 90 menit laga berakhir imbang, maka perpanjangan waktu 2x15 menit akan digelar. Jika masih tetap imbang, maka adu penalti akan dilakukan untuk menentukan pemenang.

Sejauh ini sudah ada dua pertandingan di babak 16 besar Piala Dunia 2018 yang pemenangnya harus ditentukan lewat adu penalti: Rusia kontra Spanyol dan Kroasia kontra Denmark. Spanyol dan Denmark kemudian menjadi dua kesebelasan yang merasakan pedihnya kekalahan lewat adu penalti.

Di pertandingan-pertandingan berikutnya, bukan tidak mungkin adu penalti akan kembali digelar untuk menentukan pemenang. Termasuk di pertandingan Kolombia kontra Inggris yang akan digelar di Okritie Arena, Moskwa, Rabu (4/7) dini hari WIB. Dan jika benar terjadi, maka ini bisa menjadi mimpi buruk bagi Inggris.

Inggris punya pengalaman tak bagus saat harus menjalani adu penalti di sebuah turnamen besar. Terhitung sejak 1990, Inggris sudah menderita lima kali kekalahan di fase gugur turnamen besar lewat adu penalti.

Pertama di babak semifinal Piala Dunia 1990 dari Jerman Barat. Kemudian di semifinal Piala Eropa 1996, lagi-lagi dari Jerman. Pada Piala Dunia 1998, giliran Argentina yang mengalahkan Inggris lewat adu penalti di babak 16 besar. Portugal kemudian menjadi yang keempat saat mengalahkan Inggris di babak perempatfinal Piala Eropa 2004. Sedangkan kekalahan terakhir yang diderita Inggris di turnamen besar akibat adu penalti terjadi saat mereka dikalahkan Italia di perempatfinal Piala Eropa 2012.

Khusus untuk Piala Eropa edisi 1996, kekalahan menyakitkan dari Jerman di babak semifinal akibat adu penalti, sampai sekarang masih membekas di benak kepala pelatih Inggris, Gareth Southgate. Southgate adalah satu-satunya eksekutor Inggris yang gagal menunaikan tugasnya dengan baik sehingga membuat Inggris tersingkir kala itu.

Southgate masih bisa ingat betul bagaimana perasaan mual yang menyeruak dari perut ke kerongkongannya begitu penjaga gawang Jerman Barat, Andreas Kopke, berhasil menghalau tembakannya dari titik 12 pas.

“Selama bertahun-tahun aku tak bisa berhenti memikirkannya [gagal penalti melawan Jerman],” kenang Southgate dikutip dari The Guardian. “[Saat itu], kedalaman pengetahuan tentang penalti yang kami miliki belum sebanyak yang kami ketahui seperti sekarang.”

Kegagalan itu telah membuat Southgate trauma. Ditambah lagi saat ia melihat kegagalan-kegagalan serupa yang diderita Timnas Inggris di turnamen lainnya.

Pada akhirnya kegagalan itu justru menjadi berkah tersendiri bagi Southgate dan Timnas Inggris saat ini. Karena berkat kegagalan demi kegagalan yang telah mereka derita sebelumnya, Southgate kini bertekad membuat anak asuhnya di tim nasional Inggris tak lagi mengalaminya di Piala Dunia 2018.

Sejak Maret 2018, Southgate mulai memberikan skuat The Three Lions sesi latihan khusus mengeksekusi penalti. Hampir setiap latihan tim nasional Inggris selalu diselingi dengan berlatih menembak penalti. Mulai dari melangkah ke titik putih, mengambil ancang-ancang, hingga melepaskan tembakan.

Tidak hanya itu, tim nasional Inggris pun memiliki tim analis video yang mempelajari bagaimana pola tembakan penalti dari pemain-pemain lawan. Ini sangat berguna untuk memberikan Jordan Pickford petunjuk saat menghadapi tembakan penalti. Sebaliknya, ke arah mana biasanya penjaga gawang lawan akan menjatuhkan diri, juga dipelajari oleh tim video analis ini untuk memberi petunjuk kepada para eksekutor Inggris.

“Kami ingin memastikan segalanya berjalan baik. Bahwa yang kami tunjuk [untuk mengeksekusi penalti] benar-benar orang yang tepat. Yang mampu tetap tenang di bawah tekanan. Oleh karena itu kami tidak ingin mempersiapkannya secara mendadak,” papar Southgate.

Bagi Southgate adu penalti bukan tentang keberuntungan. Adu penalti adalah tentang kemampuan; kemampuan menguasai diri di bawah tekanan.

“Itu bukan tentang keberuntungan. Bukan juga tentang kesempatan. Adu penalti adalah tentang kemampuan menguasai diri di bawah tekanan. Banyak yang bisa Anda lakukan untuk menguasai diri di momen itu [adu penalti], bukan malah dikuasai oleh momen tersebut,” jelasnya.

Semua usaha yang dilakukan oleh tim nasional Inggris itu setidaknya sudah mulai terlihat buahnya saat menghadapi Panama di fase grup. Dua kali Inggris mendapat hadiah penalti di pertandingan itu, dua kali pula Harry Kane mampu mengonversinya menjadi gol.

Selain itu, dengan diberikannya latihan khusus menembak penalti, kondisi mental para pemain Inggris pun menjadi lebih siap untuk menghadapinya. Bahkan beberapa di antara mereka mengaku sangat percaya diri dan ingin menjadi eksekutor.

“Tentu kami telah berlatih adu penalti di sesi latihan. Memang belum dipastikan siapa-siapa saja yang akan menjadi eksekutor, tetapi semua pemain punya rasa percaya diri yang cukup untuk menjadi eksekutor jika dibutuhkan,” sebut Jesse Lingard dikutip dari The Independent.

“Kami semua sekarang percaya diri dan sedang menuju perubahan agar tak lagi gagal di adu penalti,” ujar Delle Ali kepada talkSPORT.

Inggris menunjukkan bahwa pengalaman buruk di masa lalu bisa dikonversi menjadi berkah tersendiri di masa kini. Inggris tak lagi takut menghadapi adu penalti. Dan ini tentunya menjadi sinyal bahaya bagi calon lawan-lawan Inggris di fase gugur.

Komentar