Taktik Mourinho Bertujuan Sekadar Tidak Kalah

Analisis

by Dex Glenniza 26646

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Taktik Mourinho Bertujuan Sekadar Tidak Kalah

Pertandingan yang paling diantisipasi setelah jeda internasional akhirnya berakhir sudah. Sebuah pertandingan antara dua kesebelasan rival bertajuk North-West derby berakhir imbang tanpa gol untuk tuan rumah Liverpool dan juga tamunya, Manchester United.

Ya, laga yang cukup dinantikan ini berakhir anti-klimaks. Jika Anda kecewa dengan hasil pertandingan dini hari tadi, apalagi kalau Anda sudah rela begadang, kami tetap berusaha memberikan beberapa poin menarik dari pertandingan tersebut.

Gambar 1 – Susunan pemain Liverpool dan Manchester United

United mem-pressing ‘gegenpressing’

Dengan mid-block pressing, José Mourinho jelas ingin kesebelasannya tidak dieksploitasi oleh Liverpool. Ia ingin United lebih mengontrol lini tengah dan mengantisipasi serangan yang berbahaya yang biasanya dilancarkan melalui kecepatan Sadio Mané, Roberto Firmino, dan Philippe Coutinho.

Pada pertandingan dini hari tadi, “Setan Merah” menguasai lini tengah (bukan menguasai dalam artian melalui penguasaan bola) dengan konsentrasi utama pada sisi kiri atau sisi kanan Liverpool. The Reds tidak bisa menyerang dengan leluasa, terutama lewat kanan, di mana Mané biasanya bisa diandalkan.

Gambar 2 – Grafis permainan bertahan Manchester United – sumber: FourFourTwo Stats Zone

Dengan ‘anti-gegenpressing’ ini, Mourinho benar-benar menunjukkan tingkat pemahaman taktiknya yang lebih dalam daripada Juergen Klopp, sekaligus membuka mata kita lebar-lebar bahwa ia ingin kesebelasannya untuk sekadar tidak kalah.

Sekadar tidak kalah ini membuat kemenangan menjadi bonus. Mengingat pertandingan tensi tinggi ini dimainkan di kadang lawannya, pendekatan taktik Mourinho ini bisa dibilang sudah tepat.

“Aku pikir ini adalah penampilan yang positif,” kata Mourinho setelah pertandingan, seperti yang kami kutip dari BBC Sport. “Kami mengontrol pertandingan tidak hanya secara taktikal tapi juga tingkat emosi. Ini mungkin Anfield yang paling sepi yang pernah kurasakan dan aku mengharapkan tidak seperti ini.”

“Jika kamu menganalisis pertandingan, kamu akan tahu kenapa aku melakukannya, memainkan [Ashley] Young dan [Marouane] Fellaini. Kami mengontrol pertandingan,” lanjutnya.

Mourinho sadar jika ia harus berorientasi kepada hasil, karena sejujurnya pertandingan memang agak membosankan. United mencoba menyerang hanya dari bola panjang dan umpan silang.

Liverpool tidak bisa menembus pertahanan United

Menilai United bermain bertahan, apalagi parkir bus, adalah sebuah pemikiran yang keliru. Jika kita melihat lebih seksama, United memainkan jauh lebih banyak operan di wilayah tengah (middle third) mereka yang menurut whoscored mencapai 215 operan.

Angka ini memang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Liverpool yang mencatatkan 336 operan di middle third. Namun, pada operan di sepertiga lapangan bertahan (defensive third), United hanya mencatatkan 27 operan saja. Bandingkan dengan Liverpool yang sampai 182 operan.

Dari angka-angka di atas, bisa disimpulkan jika Mourinho tak ingin menghadapi gegenpressing Liverpool sejak di lini pertahanan. Jika Mourinho ragu para pemainnya bisa keluar dari tekanan Liverpool, maka cara ini merupakan cara yang jitu. Karena lebih jauh, gegenpressing pun sering melahirkan peluang bagi Liverpool.

Satu hal yang bisa terlihat adalah, sampai akhir pertandingan, Liverpool benar-benar tidak bisa menembus pertahanan United. Setelah pertandingan, Mourinho menekankan hal ini: “Dua tembakan on target [seharusnya 3 –red] dengan 65% penguasaan bola, kalian harus lebih kritis kepada Liverpool. Itu adalah masalah mereka, bukan masalah kami.”

Pada pertandingan ini, United sebenarnya memainkan empat bek. Tapi ini dipertegas dengan dua pemain sayapnya ditugaskan sebagai wing-back alih-alih winger. Apalagi setelah Luke Shaw masuk menggantikan Young dan Wayne Rooney menggantikan Marcus Rashford menjelang akhir pertandingan, United seperti bermain dengan formasi 6-3-1.

Dengan tiga gelandang yaitu Fellaini, Ander Herrera, dan Paul Pogba, mereka tetap berhasil mengontrol lini tengah agar tidak dieksploitasi; ditambah satu penyerang target man pada diri Zlatan Ibrahimovic di depan yang menunggu “diservis” dengan bola panjang (20 sukses dari 37 bola panjang) dan umpan silang (hanya 2 sukses dari 13 umpan silang), Mourinho sudah puas dengan cara bermain kesebelasannya.

Ander Herrera bermain gemilang

Pada pertandingan dengan intensitas tinggi seperti ini, pemain seperti Mané, Firmino, atau Coutinho sebenarnya lebih berpotensi menjadi pemain pembeda. Namun, pemain pembeda itu semalam ada pada diri Herrera.

Pemain asal Spanyol ini sukses mencatatkan 100% dribel (5 sukses dari 5 dribel), 50 operan, 11 intersep, 5 tekel sukses, dan 4 kali memenangkan duel. Angka intersepnya menjadi sorotan utama karena tidak ada pemain yang bisa mencatatkan angka sebanyak ini dalam satu pertandingan sebelumnya di Liga Primer Inggris musim ini.

Gambar 3 – Grafis permainan Ander Herrera – sumber: FourFourTwo Stats Zone

Penempatan posisinya sangat cerdas. Ia banyak dibantu oleh Fellaini yang bermain lebih fisikal, yang kemudian membuat Pogba juga lebih bisa berkonsentrasi pada posisi yang lebih ke depan. Padahal sebelumnya tidak ada yang menyangka kalau Herrera bisa bersinar pada posisi double pivot.

Sedangkan untuk Liverpool, Daniel Sturridge disoroti sebagai pemain yang tidak kontributif karena hanya menyentuh bola sekali di kotak penalti lawan, tanpa satu kalipun mencatatkan tembakan atau dribel.

Perubahan bagi Liverpool baru terjadi sejak Adam Lallana masuk yang membuat serangan Liverpool lebih cair. Sejatinya, ancaman-ancaman serangan Liverpool sejak masuknya Lallana berpotensi mengubah papan skor. Namun Manchester United memiliki David de Gea yang tampil gemilang kala mementahkan tendangan Emre Can dan Coutinho.

Gambar 4 – Bentuk serangan Liverpool sebelum Adam Lallana masuk (kiri) dan setelah Adam Lallana masuk (kanan) – sumber: FourFourTwo Stats Zone

Pertandingan ini memang hanya berakhir 0-0 dan termasuk pertandingan yang kurang menghibur, bisa dibilang membosankan. Namun secara taktikal, kita bisa melihat sesuatu yang menarik dari cara Mourinho mengantisipasi ‘gegenpressing’ Klopp, serta peran Ander Herrera yang sangat tersoroti di saat kita mengharapkan hal tersebut lahir dari pemain seperti Mané, Firmino, Coutinho, Pogba, atau Ibrahimovic.

Karenanya, bagi Liverpool hasil imbang 0-0 jelas akan terasa mengecewakan. Sementara bagi Manchester United, khususnya untuk Mourinho, hasil imbang 0-0 tampaknya menjadi hasil yang paling ia harapkan. Sekali lagi, pendekatan strategi Mourinho pada laga ini hanya bertujuan untuk sekadar tidak kalah.

Komentar