Beberapa Faktor yang Bisa Membuat Persib Kalahkan PBFC dengan Mudah

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Beberapa Faktor yang Bisa Membuat Persib Kalahkan PBFC dengan Mudah

Pertandingan leg kedua perempat final Piala Presiden 2015 di Stadion Si Jalak Harupat menjadi laga yang cukup dinantikan. Sang tuan rumah Persib Bandung, bertekad membalaskan kekalahan pada leg pertama dengan skor 2-3 dari Pusamania Borneo FC.

Tensi semakin meningkat dengan psywar-psywar yang terjadi di luar lapangan. Pusamania Borneo FC lewat sejumlah media, memandang sebelah mata kekuatan Persib dan optimis meraih hasil positif layaknya hasil pada leg pertama.

Hal ini sebenarnya tak perlu diambil pusing oleh kubu Persib dan para pendukungnya. Para pemain dan pelatih Persib sendiri tampaknya tak terlalu termakan oleh komentar-komentar miring dari kubu lawan. Berbeda dengan para pendukung Persib yang tak menerima kesebelasan tercintanya dianggap remeh.

Sebenarnya, Persib justru harus lebih percaya diri menjalani leg kedua. Banyak faktor yang sebenarnya bisa membuat Persib tetap bisa melenggang ke babak semi-final, di samping segala intrik yang terjadi di luar lapangan.

Yang pertama, Persib bermain di kandangnya sendiri. Bermain di kandang bagi Persib seolah memberikan kekuatan berlebih para pemainnya. Mengalahkan Persib di Stadion Si Jalak Harupat tentunya bukan perkara mudah. Tak perlu jauh-jauh, pada fase grup Piala Presiden kali ini saja Persib tampil sempurna dengan meraih tiga kemenangan dengan tanpa kebobolan.

Yang kedua, Persib telah mengemas dua gol tandang. Gol yang diciptakan Ilija Spasojevic dan Vladimir Vujovic di Stadion Segiri, Samarinda, menjadi modal yang sangat berharga kesebelasan berjuluk Maung Bandung ini. Kemenangan dengan skor 1-0 saja sudah cukup mengantarkan Persib melangkah ke babak selanjutnya.

Yang ketiga, Persib adalah kesebelasan besar, sementara sang lawan hanyalah kesebelasan promosi. Seharusnya, Persib (dan juga para pendukungnya) tak perlu terlalu khawatir akan segala psywar-psywar yang terjadi sebelum pertandingan. Karena jika kubu Persib terpancing mengikuti ‘permainan’ kubu Pusamania Borneo FC ini, hal tersebut akan menjadi bumerang tersendiri di mana fokus Persib bisa teralihkan dari pertandingan.

Dan yang terakhir dan paling penting, Persib seharusnya bisa mengambil banyak pelajaran dari pertemuan pertama di Stadion Segiri. Karena melihat strategi yang digunakan PBFC, dengan kualitas yang dimiliki para pemain Persib rasanya bukan hal yang mustahil untuk menciptakan dua atau tiga gol pada laga kali ini.

Sebagaimana yang terlihat pada pertemuan pertama, PBFC begitu mengandalkan trio Papua: Terens Puhiri, Ferinando Pahabol, dan Boaz Solossa. Sederhananya, Persib hanya perlu menutup jalur operan bagi ketiga pemain tersebut.

Kecepatan yang dimiliki ketiga pemain ini menjadi hal yang perlu diwaspadai benar oleh para pemain Persib. Karena kecepatan ketiganya pula yang menjadi sumber-sumber proses terjadinya tiga gol PBFC yang bersarang ke gawang I Made Wirawan.

Perlu diketahui, PBFC dipastikan tak akan diperkuat gelandang serang asing mereka, yaitu Srdan Lopicic. Absennya pemain asal Montenegro ini bisa membuat Boaz ditempatkan lebih ke dalam, atau dengan kata lain lebih bermain sebagai gelandang serang ketimbang penyerang sayap.

Boaz bisa dibilang akan menjadi kunci permainan PBFC pada laga sore ini. Soal menjadi pengatur ritme serangan dan penyuplai bola, kualitas pemain timnas Indonesia ini memang tak perlu diragukan lagi, seperti terlihat pada fase grup di mana ia menciptakan sejumlah assist.

Boaz nantinya akan menjadi penyuplai bagi dua penyerang sayap PBFC, entah itu Terens-Pahabol atau Terens-Aldair. Sebagaimana pada pertemuan pertama, sisi sayap menjadi area utama PBFC dalam melakukan serangan.

Secara teori, strategi dengan double pivot Persib akan bisa meredam taktik PBFC tersebut. Entah itu gelandang serang diisi oleh Boaz atau buka, dua gelandang Persib ini wajib menjadi pemutus serangan PBFC agar bola tak bisa leluasa dikirimkan ke arah kedua sayap.

Dua gelandang Persib pun mesti siap berada di dekat daerah kotak penalti saat bola berhasil digulirkan ke sayap pertahanan Persib. Hal ini untuk mengantisipasi umpan silang atau cut back penyerang sayap PBFC, yang skema ini merupakan skema dua dari tiga gol PBFC pada leg pertama.

Hariono secara tipikal bermain sangat cocok untuk melindungi area tengah Persib sebagai gelandang bertahan. Namun siapa yang akan menjadi tandemnya masih menjadi tanda tanya. Secara gaya bermain, Taufiq lebih cocok menamani Hariono karena bermain lebih ke dalam dibanding Dedi Kusnandar.

Masalahnya, Dedi dan Taufiq dikabarkan kurang fit pada laga ini. Jika pelatih Persib, Djajang Nurjaman, ragu untuk memasang salah satu dari kedua pemain ini, nama yang tersisa pada pos ini hanyalah Agung Pribadi. Namun permainan Agung sendiri rasanya masih belum stabil dan tampaknya akan kewalahan dalam menghadapi pemain seperti Boaz.

Sebenarnya, ada opsi lain untuk penempatan pemain pada pos gelandang bertahan. Tony Sucipto yang kerap dipasang sebagai bek kiri, sebenarnya tak asing untuk menempati pos gelandang bertahan. Saat ia masih membela Persijatim atau Sriwijaya FC dan sejumlah laga timnas Indonesia, Tony cukup identik dengan gelandang bertahan dengan covering area yang mumpuni.

Double pivot dalam formasi 4-2-3-1 ini pun aka dibutuhkan saat menambal kekosongan yang ditinggalkan para bek sayapnya. Persib sendiri kerap melibatkan para pemain bek sayap seperti Supardi Nasir, Dias Angga, atau Jajang Sukmara, termasuk juga Tony, dalam melakukan serangan.

Kekosongan yang hadir saat melakukan overlap inilah yang mungkin akan dimanfaatkan oleh para pemain PBFC. Karenanya, jika dua gelandang bertahan Persib bermain sangat disiplin, mereka bisa men-delay bola sambil menunggu para pemain bek sayap kembali pada posisinya. Karena ini pula bukan pilihan bijaksana jika Firman Utina ditempatkan sebagai gelandang bertahan untuk menemani Hariono.

Disiplinnya para pemain gelandang bertahan menjadi pentik karena akan menjadi hal yang cukup beresiko jika pemain bek tengah seperti Vujovic dan Achmad Jufriyanto yang menandingi kecepatan para pemain sayap PBFC. Keduanya kurang memiliki kecepatan yang baik dan akan kewalahan untuk menghadapi pemain cepat seperti Terens, Boaz, atau Pahabol.

Lantas, bagaimana dengan lini serang?

Idealnya, Tantan-Zulham bisa menjadi pilihan yang pas sebagai penghuni penyisir kedua sisi. Di sisi sayap pertahanan lawan, Diego Michiels memiliki kelemahan dalam melakukan transisi dari menyerang ke bertahan. Sementara Zulvin Zamrun, rasanya lawan yang sepadan bagi sang kakak, Zulham Zamrun, ataupun Tantan.

Yang menjadi pertanyaan, apakah Djanur berani mencadangkan Atep yang merupakan kapten kesebelasan?

Demi berjalannya strategi yang telah diungkapkan di atas, harusnya Djanur berani membangku cadangkan Atep. Atep, bersama Firman Utina, bisa menjadi senjata pamungkas saat masuk pada babak kedua, saat stamina dan konsentrasi pemain PBFC mulai menurun.

Namun dengan kualitas para pemain Persib yang cukup merata, sebenarnya banyak alternatif yang bisa digunakan untuk menjungkalkan PBFC. Strategi di atas hanyalah salah satu strategi yang bisa digunakan Djanur untuk meredam agresivitas trio Papua.

Yang perlu diingat, Persib memiliki kualitas untuk menaklukkan PBFC dengan mudah di Stadion Si Jalak Harupat. Bermain di kandang, absennya Lopicic, dan strategi yang tepat, menjadi sejumlah faktor yang bisa membuat Persib meraih kemenangan dan menghentikan langkah PBFC. Ditambah lagi jika wasit pada pertandingan ini bisa memimpin secara fair.

foto: ligaindonesia.co.id

Komentar