Saido Berahino: Digadang Striker Potensial Inggris Hingga Kembali Memperkuat Burundi

Cerita

by Arienal A Prasetyo

Arienal A Prasetyo

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Saido Berahino: Digadang Striker Potensial Inggris Hingga Kembali Memperkuat Burundi

Perang saudara di Burundi pada 1993 hingga 2005 membuat ribuan orang kehilangan nyawa dan banyak yang melarikan diri ke luar negeri.

Satu dari sekian banyak orang yang pergi ke luar negeri adalah Liliane Berahino, ibu dari Saido Berahino, setelah suaminya meninggal karena perang saudara pada 1997.

Mereka melarikan diri ke Inggris, tepatnya ke kota Birmingham. Saido kecil kemudian menimba ilmu di akademi West Bromwich Albion, dan di sanalah ia menunjukkan bakatnya.

“Saya dulu bermain untuk tim lokal saya, dan manajer memberi tahu saya bahwa saya akan dikirim ke West Brom untuk uji coba. Saat itu saya tidak begitu tahu siapa mereka, karena saya tidak tahu tim Inggris selain empat besar,” kata pemain kelahiran 4 Agustus 1993 itu kepada FourFourTwo.

West Brom beruntung karena mempunyai pemain berbakat seperti Berahino. Steve Hopcroft, pelatih akademi West Brom, memuji Berahino sebagai pemain yang potensial.

"Dia meningkat dari tahun ke tahun.Kami akan selalu ingat dia mencetak empat gol untuk U-15 dalam satu pertandingan melawan Liverpool. Semua tim akademi lainnya akan selalu berbicara tentang Saido setelah pertandingan,” kata Steve kepada The Telegraph pada 2014.

Performa apik di West Brom membuat Berahino mendapat panggilan timnas Inggris U-16 dan U-21. Total, ia mencetak 25 gol dalam 48 kali penampilan.

Pada 2014, Saido promosi ke tim utama West Brom dan bermain dalam 105 pertandingan serta mencetak 23 gol dan 3 asis hingga musim 2016/2017. Ia juga sempat mendapat panggilan timnas Inggris untuk menghadapi Kualifikasi Piala Eropa melawan Slovenia. Namun, pelatih The Three Lions saat itu, Roy Hodgson, tidak memberinya menit bermain.

Pada Januari 2017, Saido memulai petualangan baru dengan membela Stoke City. Bersama The Potters, Saido tidak mencetak satu gol pun di musim pertamanya. Bahkan, total ia hanya mencetak 5 gol dan 2 asis bagi Stoke City di semua kompetisi hingga musim 2018/2019.

Inggris memang memberi Saido kesempatan kedua untuk menjalani hidup, sebagaimana yang ia katakan, namun Burundi tetaplah menjadi tanah kelahirannya.

"Burundi adalah ibu pertiwi bagi saya. Saya akan selalu menjadi orang Burundi apapun yang terjadi, bahkan jika saya menjadi pemain Premier League yang sukses. Saya akan tetap memiliki budaya Burundi dalam diri saya. Bermain untuk Inggris benar-benar berbeda. Mereka telah memberi saya kesempatan kedua dalam hidup, memberi keluarga saya gaya hidup yang berbeda," kata Berahino, kepada The Telegraph pada 2013.

Oleh sebab itu, pada 2018, ia membuat salah satu keputusan penting dengan memilih memperkuat Burundi. Saido menjalani debut pada 8 September 2018, kala Burundi melawan Gabon dalam Kualifikasi Piala Afrika 2019.

Olivier Niyungeko, pelatih Burundi saat itu, menyebut bahwa Saido merupakan salah satu pemain yang sangat berpengaruh kepada tim.

"Kami memiliki banyak pemain yang tampil di negara-negara Afrika dan Asia, tetapi dua pemain itu (Saido dan Gael Bigirimana - yang saat itu membela Newcastle), memiliki pengaruh yang sangat besar dalam tim. Ketika mereka masuk, mereka memberi banyak motivasi kepada pemain lain, menunjukkan kepada mereka bahwa segala sesuatu mungkin terjadi dan sepak bola memang bisa mengubah hidup seseorang,” ujar Olivier pada 2019 dilansir dari FIFA.com.

Namun, karir Berahino tidaklah mulus. Ia pernah terlibat beberapa persoalan karena alasan indisipliner. Pada Februari 2017, misalnya, ketika membela Stoke City, ia di-banned selama delapan minggu karena ketahuan mengonsumsi drug saat masih berseragam West Brom.

Pada Mei 2019, ia pun mendapat persoalan karena mengemudikan mobil dalam kondisi mabuk. Pengadilan Highbury Corner menghukum Saido dengan larangan mengendarai mobil selama 30 bulan dan denda 75.000 Poundsterling.

Selain itu, yayasan yang ia kelola bernama Saido Berahino Foundation, diduga menggelapkan dana pada 2015 silam. Sebuah lembaga bernama WaterAid mengaku tidak menerima uang dari penggalangan dana yang dilakukan oleh yayasan milik Saido.

Sederet kasus yang menimpanya itu barangkali turut mempengaruhi performanya di lapangan. Setelah gagal bersinar bersama Stoke City, Saido hijrah ke Liga Belgia dengan membela Zulte Waregem di awal musim 2019/2020 dengan status free transfer.

Satu musim di Zulte Waregem, Saido dipinjamkan ke RSC Charleroi, sebelum kembali ke Inggris untuk membela Sheffield Wednesday. Di awal musim 2022/2023, Saido akhirnya bergabung dengan AEL Limassol.

Saido, yang lahir di Bujumbura, ibukota Burundi itu, kini memang tidak lagi bermain di klub elit Inggris. Saido tentu menjadi pemain Burundi yang wajib diwaspadai lini belakang Garuda. Bagaimanapun, meski tidak lagi bermain di kompetisi elit Eropa dan belum pernah mencetak gol untuk Burundi, Saido tetaplah striker yang berpengalaman.

Komentar