Suka Duka Wasit Perempuan Indonesia

Cerita

by Arienal A Prasetyo

Arienal A Prasetyo

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Suka Duka Wasit Perempuan Indonesia

Pada konferensi pers setelah terpilih menjadi Ketua Umum PSSI, Kamis (16/2/2023), Erick Thohir menyinggung beberapa langkah yang akan dilakukan untuk membenahi PSSI, salah satu di antaranya adalah menambah wasit perempuan.

"Kenapa tidak kita coba wasit perempuan juga? Ada polisi perempuan, ada TNI perempuan, kenapa wasit tidak bisa? Karena saya yakin, dari pengalaman saya di tempat lain, ketika saya dorong jumlah kepemimpinan wanita itu perubahannya sangat signifikan," terang Menteri BUMN itu kepada awak media.

Jumlah wasit perempuan di Indonesia memang belum banyak. Redaksi Panditfootball bertanya kepada salah satu wasit perempuan berlisensi C1 yang pernah memimpin Liga 1 Putri dan turnamen perempuan lainnya, yakni Alenne T Laloan tentang kendala menjadi wasit perempuan di Indonesia dan harapannya untuk pengurus PSSI yang baru.

***

Panditfootball: Dalam konferensi pers setelah terpilih menjadi ketua umum PSSI, Erick Thohir mengungkapkan berbagai rencananya, termasuk menggunakan wasit perempuan. Bagaimana pendapatmu soal ini mengingat kamu adalah perempuan yang juga sedang bergelut dalam dunia wasit?

Alenne T Laloan: Yang jelas menurut aku pribadi itu benar-benar positif dan ngasih harapan buat aku dan teman-teman wasit yang lain, karena dari yang sebelum-sebelumnya mungkin sudah ada seperti kompetisi atau job buat kami (wasit perempuan), tapi kami masih minoritas, masih dikesampingkan, dan masih banyak juga kompetisi perempuan pakai wasit cowok. Walaupun sudah ada wasit perempuan, cuma kan belum sepenuhnya (pakai wasit perempuan). Dengan adanya dukungan dari ucapan Pak Erick kemarin ya semoga aja bisa lebih baik.

Panditfootball: Apa tantangan terbesar perempuan di Indonesia yang ingin meniti karir sebagai wasit?

Alenne T Laloan: Dari pengalaman pribadiku adalah minimnya informasi. Pasti orang bertanya `mau jadi wasit gimana caranya?", karena awalnya aku jadi wasit pun aku nggak nyangka kalau aku akan bergelut di dunia ini, karena minimnya informasi dari lingkungan sekitar, minimnya juga pengetahuan orang-orang tentang `oh bisa ya cewek jadi wasit.` Selain itu juga orang kan menganggap remeh `apa bisa (cewek jadi wasit?` atau ` kalau cewek yang jadi wasit nanti gini gini gini,` mereka masih banyak yang mandang wasit cewek nggak mungkin mampu setara sama cowok.

Panditfootball: Mengapa kamu memutuskan untuk menekuni profesi wasit?

Alenne T Laloan: Awalnya aku jadi pemain. Aku sebenarnya cuma iseng, kaya tanya-tanya `emang kalau wasit harus cowok ya? emang nggak boleh wasit cewek?` aku bilang gitu terus (aku nanya ke wasit yang memimpin pertandingan di mana aku main), bapaknya bilang `kata siapa? boleh kok."

Awalnya aku mendapat brosur pendaftaran wasit futsal. Aku sebenarnya yakin nggak yakin gitu. Akhirnya yaudah coba aja nggak papa. Itu berbayar juga dan saat aku memutuskan untuk mendaftar aku nggak main-main, dong. Akhirnya aku coba dan aku masuk ke asosiasinya juga kaya ke Askot. Dari Askot, karena banyak pertandingan sepakbola, mereka menawari `nggak mau jadi wasit bola aja?.` Akhirnya aku ambil lisensi wasit sepakbola dan ternyata aku lebih nyaman di bola dan karir aku cukup baik di bola karena saat kita sudah terjun ke sepakbola, teman-teman di asosiasi mendukung apalagi wasit cewek kan belum banyak dan mereka juga dukung kita untuk naik karena untuk mewakili daerah juga.

Panditfootball: Jumlah wasit sepakbola perempuan di Indonesia saat ini bisa dibilang sangat sedikit. Menurut kamu apa penyebabnya dan bagaimana langkah-langkah yang harus ditempuh untuk meningkatkan partisipasi perempuan di bidang perwasitan?

Alenne T Laloan: Sosialisasi dan mengubah cara pandang orang-orang itu perlu karena cara pandang orang-orang lama itu `ah udah nggak laku jadi pemain, jadi wasit aja," banyak mereka yang memandang kaya gitu, sedangkan udah nggak jamannya kaya gitu. Kalau dari awal sudah memilih wasit ya wasit, karena wasit sendiri kan kaya program gitu, program umurnya, berdasar umur, berdasar kemampuan, berdasar fisik. Jadi nggak bisa dari pemain udah cedera baru jadi wasit.

Salah satu orang takut untuk ambil keputusan `ya aku mau mantep karir jadi wasit aja` mungkin dari liga yang belum konsisten karena saat seseorang jadi wasit, itu nggak bisa dijadikan sampingan, jadi harus fokus. Seminggu itu tujuh hari, kami para wasit itu lima hari mempersiapkan untuk satu pertandingan di hari minggu. Senin sampai Jumat kami fokus untuk latihan fisik, me-review lagi law of the game. Untuk hari Sabtu mungkin kita istirahat tapi kita tetap mempersiapkan besok pertandingan seperti apa. Jadi nggak bisa kalau dijadikan sampingan.

Panditfootball: Karena Liga 1 Putri belum bergulir secara konsisten, apakah kamu juga mengambil pekerjaan sebagai wasit fun football?

Alenne T Laloan: Karena turnamen sering off, jadi aku mengambil pekerjaan sebagai wasit di fun football. Tapi, aku juga harus selektif, mana yang kira-kira berbahaya dalam arti ada beberapa orang yang fun football yang tujuannya bukan untuk fun football, mereka sengaja pakai wasit cewek untuk sesuatu hal yang menguntungkan mereka. Walaupun nggak banyak tim-tim yang kaya gitu, tapi aku lebih selektif saat menjadi wasit di fun football dan aku memilihnya yang orang-orang yang sudah aku kenal dan aku tahu. Walau aku nggak tahu orangnya, aku akan tanya-tanya dulu. Contohnya tim yang sudah terkenal suka intervensi wasit, di lapangan seperti sengaja nyalah-nyalahin wasit atau rese istilahnya. Sebenarnya nggak ada masalah dari saya pribadi sebagai pengadil lapangan kalau itu dalam liga atau kompetisi yang resmi. Kalau sekadar fun football kan nggak ada badan pelindung kami (wasit), jadi malah bikin rusuh, malah jelekin nama kita dan malah jadi risiko.

Panditfootball: Apa harapanmu untuk pengurus PSSI periode 2023-2027?

Alenne T Laloan: Buat pengurus PSSI yang baru semoga beneran bisa merealisasikan Liga 1 Putri dan turnamen-turnamen sepakbola putri lainnya, setara dengan yang pria. Banyak juga dari kami wasit-wasit putri yang menggantungkan mata pencaharian kami dari situ yang hidup dari bola.

Komentar