Harry Kane Terisolasi, Liverpool Menghukum Spurs dengan Efektivitas Tinggi

Analisis

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Harry Kane Terisolasi, Liverpool Menghukum Spurs dengan Efektivitas Tinggi

Liverpool berhasil mencuri tiga poin penting di kandang Tottenham Hotspur dengan kemenangan 2-1, Minggu (6/11). Mohamed Salah mencetak dua gol sebelum dibalas oleh Harry Kane di babak kedua. Hasil ini membawa Liverpool naik ke peringkat delapan dengan torehan 19 poin sekaligus menggusur Tottenham ke peringkat empat dengan 26 poin. Hasil ini sangat berarti bagi The Reds karena sebelumnya mereka menelan dua kekalahan beruntun.

Antonio Conte menurunkan komposisi pemain yang di luar dugaan. Ia tetap bermain dengan formasi dasar 5-3-2. Tapi, Kane berpasangan dengan Ivan Perisic di lini depan, bukan Lucas Moura. Ryan Sessegnon dan Emerson Royal bermain sejak menit pertama sebagai dua bek sayap. Di tengah, trio Rodrigo Bentancur Pierre-Emile Hojbjerg, dan Yves Bissouma masih menjadi pilihan utama pelatih asal Italia tersebut.

Di kubu tim tamu, Jurgen Klopp tidak melakukan banyak perubahan dari skuad yang ia turunkan tengah pekan lalu dalam ajang Liga Champions. Darwin Nunez, Roberto Firmino, dan Mohamed Salah bermain bersama. Harvey Elliot dan Thiago Alcantara bermain sejajar dengan Fabinho di lini tengah.

Gambar 1 - Susunan Sebelas Pertama Tottenham Hotspur dan Liverpool sumber : Sofascore

Gambar 1 - Susunan Sebelas Pertama Tottenham Hotspur dan Liverpool

sumber : Sofascore

Pertandingan berjalan sangat menarik. Kedua pelatih menerapkan taktik yang berbeda. Klopp lebih banyak mengandalkan umpan-umpan terobosan ke arah sayap sementara Conte berusaha menumpuk banyak pemain di tengah agar dua bek sayap leluasa untuk mengeksploitasi area flank.

Taktik Klopp lebih efektif terutama di babak pertama, mereka mencetak dua gol dari kaki Salah. The Reds mendominasi 64 persen penguasaan bola dan melakukan sembilan tembakan. Sisi kanan pertahanan Spurs menjadi target titik lemah yang diincar oleh Thiago dkk. Terbukti Darwin Nunez beberapa kali mendapatkan ruang dan kesempatan menembak. Gol pertama Liverpool juga berawal dari umpan diagonal Andrew Robertson dari sisi kanan pertahanan tuan rumah.

Walaupun demikian, punggawa The Lilywhites berhasil menciptakan beberapa peluang melalui umpan panjang dari lini belakang ke arah Sessegnon atau Emerson. Tercatat mereka berhasil melepaskan dua tembakan ke gawang di babak pertama. Perisic yang diplot sebagai penyerang bayangan lebih sering bergerak melebar untuk menciptakan keunggulan pemain di sayap kiri. Pada situasi ini Alexander-Arnold sering kewalahan terlebih ia juga rajin meninggalkan pos nya untuk membantu serangan The Reds.

Laga semakin menarik ketika memasuki babak kedua. Tottenham justru menguasai lebih banyak bola dan berani mengambil inisiatif serangan. Masuknya Kulusevski membuat lini serang jauh lebih “hidup”. Sayangnya, tim besutan Antonio Conte gagal menyamakan kedudukan hingga peluit panjang berbunyi. Walaupun Conte berhasil membuat perubahan positif di babak kedua, ia seharusnya bisa menghindari kesalahan di babak pertama.

Terlalu Pasif

Keputusan Conte untuk memasang tiga gelandang di depan lima bek bertujuan untuk mengantisipasi pergerakan dinamis antara Salah dan Firmino yang rajin turun menjemput bola. Emerson dan Sessegnon yang melindungi area flank memiliki tugas lain, yaitu mengganggu Alexander-Arnold dan Robertson agar tidak leluasa mengirimkan umpan diagonal untuk mengubah arah serangan (switch) atau menyuplai bola untuk Nunez, Firmino, dan Salah.

Strategi tersebut akan berjalan efektif jika mereka bisa lebih aktif untuk menekan ketika Liverpool menguasai bola. Tapi, yang terjadi di lapangan (babak pertama) justru sebaliknya. Spurs lebih banyak menunggu di area sendiri, menumpuk pemain di belakang dengan mengincar serangan balik melalui eksplosivitas bek sayap. Hal ini menyebabkan tim tamu sangat leluasa melakukan sirkulasi dan progresi bola ke berbagai arah. Kondisi ini berlangsung selama 45 menit. Liverpool melepas empat tembakan ke arah Hugo Lloris sementara Spurs hanya mengancam gawang Alisson sebanyak dua kali.

Conte perlu menyadari bahwa serangan balik cepat yang menjadi senjatanya selama liga bergulir sedang melemah akibat absennya beberapa pemain. Tapi, ia tetap teguh dengan pendirian tetap berharap pada serangan balik. Padahal, ia masih memiliki beberapa pemain seperti Lucas Moura, Oliver Skipp, bahkan Bryan Gill yang memiliki atribut berbeda agar tidak terlalu mengandalkan serangan balik dan mendesain rencana yang lebih segar.

Harry Kane yang Terisolasi

Keterpurukan Spurs di babak pertama tidak hanya berasal dari pasifnya pergerakan pemain ketika bola dikuasai lawan, melainkan juga penempatan posisi pemain ketika mereka mendapatkan kesempatan untuk menguasai bola dan menciptakan peluang.

Keputusan Conte memasang Perisic sebagai penyerang bayangan bukan keputusan yang buruk. Ia bertujuan untuk menjadikan Perisic sebagai gelandang yang mendukung atau melengkapi peran Kane di lini depan. Perisic yang mempunyai pengalaman dan pernah bermain di berbagai posisi diharapkan mampu menjalankan tugas berat dari pelatihnya.

Sepanjang pertandingan, Perisic lebih sering melebar ke sisi kiri untuk mengeksploitasi ruang yang ditinggalkan Alexander-Arnold. Selain itu, pergerakannya akan menciptakan keunggulan pemain pada area tersebut sehingga peluang untuk lepas dari tekanan lawan lebih besar. Harapannya, sisi kiri menjadi jalur serangan utama Conte untuk menyuplai bola ke kotak penalti.

Gambar 2 - Heatmap Sentuhan Ivan Perisic (kiri) dan Bissouma, Hojbjerg, Bentancur (kanan)

sumber : WhoScored

Jika melihat ilustrasi di atas, Perisic sering menyentuh bola di area half space atau flank kiri. Pergerakan ini bertujuan agar ia mendapat ruang untuk melepaskan umpan silang ke dalam kotak penalti. Terbukti ia menjadi pemain yang paling sering melepas umpan silang dengan total 14 umpan.

Sayangnya, pergerakan Perisic tidak direspons dengan baik oleh tiga gelandang Spurs. Mereka jarang masuk ke kotak penalti untuk mendukung Kane. Ketidakharmonisan ini semakin membuat Kane terisolasi. Akibatnya, bek lawan bisa fokus terhadap pergerakan kapten tim nasional Inggris tersebut. Sepanjang babak pertama, Kane sama sekali tidak mendapatkan kesempatan untuk mengancam gawang Alisson.

Kondisi ini baru terpecahkan setelah Kulusevski dan Moura masuk pada menit ke-68. Kulusevski bergerak begitu dinamis di depan kotak penalti. Hal ini membuat konsentrasi Van Dijk dan Konate terpecah karena kini Kane tidak berdiri seorang diri. Mereka harus mengantisipasi ruang-ruang yang diciptakan oleh Kulusevski untuk Kane. Hasil pertandingan bisa berbeda jika Conte memasukan Kulusevski lebih cepat.

Komentar