Kutukan, Kejayaan, dan Kejatuhan America de Cali

Cerita

by Redaksi 6

Redaksi 6

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Kutukan, Kejayaan, dan Kejatuhan America de Cali

Kejayaan dan kejahatan adalah dua sisi yang tidak dapat dilepaskan dari sepakbola Amerika Latin. Relasi hingga kucuran dana dari mafia atau kartel narkoba guna mempermulus jalan kesuksesan klub biasa dilakukan.

Kisah kejayaan klub Kolombia, America de Cali, dalam 40 tahun terakhir juga tidak luput dari kejahatan-kejahatan "lumrah" tersebut. Nama mereka agung di Kolombia dan sempat dinobatkan sebagai klub terbaik ke-2 di dunia oleh IFFHS pada 1996 silam.

Asal-muasal America de Cali sudah ada sejak 1918 silam, ketika para murid-murid Colegia Santa Librada membentuk klub untuk berkompetisi dengan sekolah-sekolah lain bernama America FC. Namun, secara resmi, America baru berdiri pada 13 Februari 1927 silam.

21 tahun berselang, di bawah pimpinan Humberto Salcedo Fernandez, America dibawa ke ranah profesional. Langkah tersebut ditentang Benjamin Urrea ‘Garabato’, rekan pendiri sekaligus mantan pemain America. Seperti Bela Guttmann, Garabato mengutuk, “Jika klub merambah profesional, saya bersumpah kepada Tuhan bahwa klub ini tidak akan pernah juara.”

America mentok hanya dua kali finis sebagai runner-up (1960, 1969) liga domestik (Categoria Primera A) selama lebih dari tiga dekade.

Pada 1979, sejarah terjadi. America mendatangkan Gabriel Ochoa Uribe sebagai pelatih baru. Hasilnya instan. Musim itu, America langsung menjadi juara liga domestik untuk pertama kalinya.

Tahun-tahun berikutnya, America de Cali semakin sukses di kancah domestik. Terlebih setelah mendapatkan suntikan dari Gilberto dan Miguel Rodriguez Orejuela bersaudara. Tujuan kedua bersaudara tersebut tidak lain adalah untuk menyaingi kartel besar lainnya di Kolombia, Pablo Escobar, yang juga menjadi cukong dari rival terkuat America, Atletico Nacional Medellin.

Suplai dana segar membuat America dapat mendatangkan pemain bintang. Willington Ortiz digaet dari rival satu kota mereka, Deportivo Cali; lantas duo Timnas Peru Guillermo La Rosa dan Cesar Cueto; tak luput bomber legendaris Paraguay, Roberto Cabanas.

Bahkan, Miguel Rodriguez secara pribadi sempat menawarkan uang sebesar 3 juta dolar kepada Diego Armando Maradona untuk bermain selama enam bulan di sisa musim 1980. Sempat setuju, Maradona secara pribadi memberitahu Miguel Rodriguez bahwa dirinya lebih memilih pergi ke Boca Juniors dan usai Piala Dunia 1982, dia akan ke Barcelona.

Meski gagal menggaet Maradona, America tetap mendominasi liga domestik di bawah arahan Uribe. Tercatat, klub berjuluk Los Diablos Rojos sukses menjadi kampiun lima musim beruntun sejak 1982 hingga 1986.

Terlepas dari kesuksesan di kancah domestik, trofi kontinental tidak pernah mereka raih. Kutukan Garabato masih melekat. America de Cali lolos ke final Copa Libertadores selama tiga musim beruntun (1985, 1986, 1987), tetapi mereka selalu keluar stadion dengan tertunduk. Lebih muramnya, pada 1989, rival terberat mereka, Atletico Nacional, menjadi tim Kolombia pertama yang meraih Copa Libertadores.

“Memenangkan liga tidak memberikan kompensasi. Tim ini dibentuk untuk memenangkan Copa Libertadores. Saya tidak memihak Nacional. Tetapi tim kami jelas lebih baik daripada mereka. Dan Anda bertanya kepada diri sendiri, ‘Apakah itu keberuntungan? Takdir? Apa seperti ini sepakbola?” kenang eks penyerang America, Wellington Ortiz.

Link streaming Gremio vs America de Cali

Berakhirnya Era Kartel

Pendekatan kekerasan dan suap yang dilakukan kartel-kartel kepada para pejabat pemerintah Kolombia untuk melancarkan distribusi narkoba tentu mendapati oposisi. Jelang pemilihan Presiden 1990, salah satu calon, Luis Carlos Galan, secara terang-terangan memosisikan diri sebagai lawan kartel pada kampanyenya.

Lain itu, Galan mendukung penuh perjanjian ekstradisi dengan Amerika Serikat yang menjadi pasar kartel. Galan kemudian ditembak mati pada 18 Agustus 1989. Namun, DEA (Drug Enforcement Agency) kadung mengalihkan operasinya ke Kolombia.

Empat tahun berselang, Pablo Escobar ditembak mati. Sementara para kartel Cali termasuk Gilberto dan Miguel Rodriguez ditangkap pada 1995. Alhasil, suntikan dana segar kepada Atletico Nacional dan America de Cali menurun.

America masih melanjutkan dominasi domestik mereka dengan menjadi juara liga pada 1990, 1992, 1997, 2000, hingga 2001, meski kembali gagal menjadi juara Copa Libertadores 1996 (kalah dari Boca Juniors).

America meraih trofi kontinental pertamanya pada 1999. Mereka menekuk Santa Fe di final Copa Merconorte yang pada 2002 berganti nama menjadi Copa Sudamericana.

Di saat bersamaan meraih kejayaan, America dihadapkan situasi finansial yang menyulitkan. Bill Clinton, Presiden Amerika Serikat saat itu, melakukan investigasi ‘Perintah Eksekutif 12978’ terkait pencucian uang kartel Cali. Gilberto dan Miguel Rodriguez terbukti melakukan pencucian uang di America dan aset-aset disita. Tidak hanya itu, perusahaan-perusahaan yang terhubung dengan America de Cali dilarang beroperasi di Amerika Serikat.

Artinya, klub tidak akan mendapat sponsor dan hanya akan mengandalkan penjualan tiket dan merchandise untuk menambal gaji dan pengeluaran klub lainnya. Lain itu, transfer pemain harus dibayar secara tunai dan visa untuk tur ke Amerika Serikat dibekukan. Singkatnya, momen tersebut menjadi awal kejatuhan America de Cali.

Los Diablos Rojos terpaksa menjual pemain-pemain bintangnya dan pada tahun 2002, para pemain bintang mereka hampir sudah tidak ada. Meski pada 2010 berhasil lepas dari batasan finansial yang diberlakukan Clinton, America masih memiliki utang sekitar 2 juta dolar dan harus membatasi gaji maksimum pemain di angka 3.000 dolar per pekan.

Titik terendahnya, America de Cali untuk pertama kalinya terdegradasi ke Categoria B pada 2011. Mereka harus menunggu hingga akhir musim 2016 untuk kembali ke divisi teratas. Semenjak itu, America hanya menjadi tim medioker dan baru mampu kembali ke Copa Libertadores pada 2020.

Kini, America dihadapkan situasi menantang. Mereka wajib menang melawan Gremio pada Jumat (23/10) sembari berharap Internacional kalah dari Universidad Catolica untuk lolos ke 16 besar Copa Libertadores. America memiliki koleksi 5 poin di Grup E Copa Libertadores 2020, terpaut 3 angka dari Internacional yang akan bermain tandang ke kandang Catolica.

Tayangan langsung semua pertandingan Copa Libertadores serta highlights pertandingannya dapat Anda saksikan di Mola TV (klik di sini).

Komentar