Sosok Fenomenal Itu Bernama Juergen Klopp

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Sosok Fenomenal Itu Bernama Juergen Klopp

Oleh: Septian Nugraha

Liverpool baru saja meraih gelar juara di ajang Liga Champions UEFA musim 2018/19. ‘Si Merah’ memenangi gelar keenamnya di kompetisi antar kesebelasan terbaik di benua Biru itu usai menumbangkan Tottenham Hotspur dua gol tanpa balas, dalam laga final yang berlangsung di Estadio Wanda Metropolitano, Madrid, Minggu (2/6/2019) dini hari WIB lalu.

Liverpool membutuhkan waktu setidaknya 14 tahun untuk kembali mencatatkan namanya sebagai kesebelasan terbaik di Eropa. Kali terakhir mereka meraih gelar Liga Champions adalah tahun 2005, setelah secara dramatis mengalahkan AC Milan di partai final, melalui adu penalti.

Dalam keberhasilan Liverpool meraih gelar keenamnya di Liga Champions, seluruh pemain layak mendapatkan apresiasi atas kontribusi luar biasanya. Namun berbicara siapa yang paling berjasa atas pencapaian tersebut, rasanya hampir semua orang sepakat untuk mengedepankan nama Jürgen Klopp, sang manajer.

"Saya merasa Klopp merupakan orang nomor satu di kesebelasan. Dia memang seorang manajer, namun maksud saya adalah sosok yang paling penting," kata legenda Liverpool, Jamie Carragher, dilansir dari Sky Sports.

*

Bagaimana tidak, Klopp, adalah sosok yang mampu membangunkan si burung bangau yang terluka, hingga membuatnya kembali terbang tinggi. Sebelum Klopp tiba di Anfield, Liverpool "konsisten dengan inkonsistensi" performanya di kompetisi. Situasi tak mengenakan yang dialami Liverpool terjadi setelah berakhirnya era Rafael Benitez di Anfield.

Pada saat itu, Liverpool memang sedang dalam kondisi yang teramat terpuruk. Bahkan klub nyaris gulung tikar lantaran utang yang semakin menumpuk, serta ketidakbecusan Tom Hicks dan George Gillet dalam mengurus klub.

Kepemilikan Liverpool pun kemudian diambil alih oleh Fenway Sports Group (FSG) pada Oktober 2010. Perusahaan olahraga asal Amerika Serikat yang dikomandoi John W. Henry itu sampai saat ini masih memegang kendali kepemilikan Liverpool.

Setelah Benitez pergi, beberapa manajer seperti Roy Hodgson hingga sang fenomenal Kenny Dalglish masuk untuk menangani ‘Si Merah’. Namun keduanya gagal mengangkat performa Liverpool ke penampilan terbaik. Begitu pula dengan Brendan Rodgers.

Bersama Rodgres, Liverpool memang hampir menjuarai Liga Primer Inggris musim 2013/14. Meski pada akhirnya gagal juara, tapi Liverpool mampu bercokol di posisi kedua, dan memastikan kembali berlaga di Liga Champions setelah lebih kurang empat tahun absen berlaga di kompetisi tertinggi Eropa itu.

Baca juga: Terpeleset

Sayang, di musim berikutnya Liverpool gontai. Keterpurukan Liverpool berlanjut di awal musim 2015/16, yang kemudian membuat Rodgers dipecat. Sepeninggal Rodgers, manajemen Liverpool mendatangkan Klopp untuk menukangi tim.

Penunjukkan Klopp, dianggap sebagai langkah tepat. Harapan tinggi dilambungkan kepada Klopp yang secara prestasi pernah membawa Borussia Dortmund dua kali juara Bundesliga (2010/11 dan 2011/12) dan mengantar Die Borussen menjadi runner-up Liga Champions (2012/13).

Kehadiran Klopp di Anfield, jelas dan sudah seharusnya menjadi sinyal bahaya bagi klub-klub yang merajai papan atas kompetisi utama Inggris, saat Liverpool terpuruk. Setidaknya, mereka harus bersiap untuk ledakan besar dengan kebangkitan Liverpool, raja sepakbola Inggris. Dan itu memang terjadi.

Perlahan namun pasti, Klopp mampu membuat Liverpool terbangun dari tidur panjangnya. Sejak ditangani Klopp, Liverpool terus menunjukkan peningkatan performa secara signifikan dari musim ke musim, yang juga berpengaruh pada pencapaian mereka di kompetisi.

Hingga pada musim 2018/19, Liverpool mulai menikmati hasil dari proses yang mereka lalui. Di musim tersebut Liverpool mampu menjadi pesaing potensial Manchester City dalam perebutan gelar juara Liga Primer Inggris.

Pada akhirnya Liverpool memang gagal menjuarai Liga Primer, setelah hanya mampu menempati posisi kedua dengan 97 poin, tertinggal satu angka dari Man City. Kendati demikian, Liverpool bisa membuat iri Man City dengan gelar juara Liga Champions yang mereka raih.

**

Melihat progres signifikan yang diperlihatkan Liverpool dalam beberapa musim terakhir, tak berlebihan bila menjadikan Klopp sebagai sosok sentral dari kebangkitan Liverpool saat ini. Pelatih berkebangsaan Jerman itu menjadikan Liverpool sebagai tim dengan permainan menyerang yang menghibur.

Dengan strategi khasnya, gegenpressing, permainan Liverpool tidak hanya menghibur namun juga ditakuti lawan. Saat kehilangan bola, pressing tinggi diterapkan untuk membuat lawan tertekan dan tak mampu mengembangkan permainan. Seketika bola berhasil dikuasai, gelombang serangan tanpa henti pun menusuk jantung pertahanan lawan dari berbagai sudut.

Klopp menyebut gaya permainan yang diusungnya dengan sebutan sepakbola heavy metal. Penganalogian yang sempurna. Melihat Liverpool bermain, memang seperti menyaksikan konser musik metal.

Alasan lain manajemen klub telah melakukan langkah tepat dengan menunjuk Klopp sebagai pelatih, adalah kepribadian pelatih 51 tahun itu yang menarik hati semua orang. Klopp adalah sosok yang ramah, murah senyum, rendah hati, ekspresif, humoris, penuh hormat, dan paling penting tidak gampang tersinggung.

Dengan sikapnya itu, Klopp bisa menarik hati fans. Para pendukung Liverpool sangat mengidolakannya, juga menghormatinya. Tiga musim tanpa gelar di Anfield, Klopp tetap dielu-elukan layaknya raja.

Selain itu, Klopp bisa membuat suasana ruang ganti timnya selalu kondusif. Ia mampu membuat para pemainnya bermain dengan determinasi tinggi dan sepenuh hati. Contoh paling fenomenal dari keberhasilan pendekatan Klopp kepada para pemainnya adalah saat mereka menyingkirkan Barcelona di semifinal Liga Champions musim ini.

Liverpool sudah tertinggal 0-3 di leg pertama dari Barcelona. Di atas kertas, peluang Liverpool lolos ke final sangat kecil. Tapi apa yang terjadi di leg kedua yang dimainkan di Anfield? Liverpool bisa membalikkan keadaan dengan menghajar Barcelona empat gol tanpa balas, dan memastikan lolos ke final Liga Champions.

Kesuksesan tersebut bukan hanya soal bagaimana keangkeran Anfield, seperti yang diucapkan Arsene Wenger. Lebih daripada itu, strategi yang tepat, juga spirit para pemain untuk menang juga sangat terlihat mencolok.

José Mourinho, yang tak lain mantan Manajer Manchester United, menyebut kunci keberhasilan Liverpool menyingkirkan Barcelona adalah ‘Klopp spirit’ menurutnya para pemain Liverpool telah mengaplikasikan semangat Klopp ke dalam permainan.

"Semua ini tentang dia (Klopp). Apa yang ditampilkan [Liverpool] mencerminkan dirinya, pantang menyerah, serta memiliki semangat juang. Semua yang terjadi hari ini aku pikir karena mentalitas Klopp," ujar Mou kepada beIN Sports.

Klopp Layak Bertahan Lebih Lama di Anfield

Dengan keberhasilannya membawa Liverpool menjadi juara di Liga Champions musim ini, banyak orang percaya pada musim depan, kiprah ‘Si Merah’ akan semakin berbahaya. Pada musim depan, Liverpool dipercaya bisa meraih banyak gelar, dengan catatan konsisten dengan penampilannya.

Setidaknya ada enam gelar yang bisa Liverpool raih pada musim depan: Piala Super Eropa, Community Shield, Liga Primer Inggris, Piala FA, Piala Carling, bahkan mempertahankan gelar di Liga Champions pun bukan hal yang mustahil.

"Mengapa Liverpool tidak bisa masuk ke final Liga Champions tiga kali berturut-turut? Mengapa Liverpool, dengan tim yang bagus ini, dengan semangat yang baik ini, dengan empati yang baik pula. Mulai dari klub, manajer, pemain, dan para pendukung, mengapa tidak [masuk final untuk yang] ketiga kalinya?” sambung Mou.

Tidak hanya musim depan, Klopp juga dipercaya bisa mengantar Liverpool meraih kejayaan di musim-musim berikutnya. Potensi tersebut amatlah terlihat, sehingga manajemen Liverpool tak segan untuk memagari Klopp dengan penawaran kontrak baru.

Langkah manajemen untuk memperpanjang masa bakti Klopp di Liverpool pun tentu mendapatkan dukungan banyak pihak, terutama mereka yang kadung mencintai Liverpool.

“Saya tidak tahu situasi kontraknya. Namun, saya sarankan agar dia diberikan kontrak baru. Dia sosok yang berperan dalam meraih trofi [Liga Champions]. Dia akan menghabiskan waktu tujuh tahun di klub bila sesuai kontraknya. Tapi saya berharap, semoga, dia bisa berada di klub lebih lama mungkin [selama] 17 tahun,” tegas Carragher.

Jürgen Klinsmann pun menyatakan Klopp layak bertahan lebih lama lagi di Anfield. Mantan pelatih Timnas Jerman itu menyebut karakter dan etos kerja Klopp senada dengan folosofi yang diusung Liverpool. Klinsmaan menegaskan, Klopp adalah sosok sempurna bagi Liverpool.

“Dia (Klopp) adalah sosok yang Anda harapkan untuk terus berkembang. Dia begitu bergairah, memiliki etos kerja, dan pekerja keras. Cara dia memenangkan hati orang-orang di Liverpool dan menyatu dengan mereka, membuahkan hasil luar biasa seperti pencapaiannya di Liga Champions musim ini. Klopp sangat sempurna bagi Liverpool,” tegas Klinsmann.

***

Meski begitu semua tergantung Klopp, apakah dia mau untuk bertahan lebih lama diAnfield atau tidak. Namun bila dirinya mau bertahan lebih lama lagi dan bisa membawa Liverpool meraih banyak prestasi selama kiprahnya bersama ‘Si Merah’, bukan tidak mungkin nama Klopp akan sejajar dengan Bill Shankly, Bob Paisley, Kenny Dalglish, hingga Gerard Houllier yang sampai hari ini namanya abadi dikenang sebagai pelatih terbaik Liverpool.


Penulis merupakan jurnalis sepakbola. Bisa dihubungi lewat akun Twitter di @nugrahatian13

Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.

Komentar