Mungkinkah FIFA Meralat Keputusan untuk Ezra Walian?

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Mungkinkah FIFA Meralat Keputusan untuk Ezra Walian?

Timnas Indonesia U-23 tengah bersiap menghadapi babak kualifikasi Piala Asia U-23 2020. Tapi persiapan Indonesia sedikit terganggu karena adanya masalah administrasi. Satu hari jelang pertandingan pertama melawan Thailand, Ezra Walian, penyerang naturalisasi yang dipersiapkan untuk ajang tersebut, dinyatakan tidak boleh membela Indonesia karena tidak memenuhi syarat naturalisasi.

Keputusan tersebut terbilang aneh. Ezra sudah dinaturalisasi sejak 2017 silam dan telah membela timnas Indonesia baik di level U-23 maupun senior ketika timnas Indonesia masih dilatih Luis Milla. Tapi statusnya baru dipersoalkan dua tahun berselang, bahkan sehari jelang keikutsertaan Indonesia di babak kualifikasi Piala Asia U-23 2020.

PSSI mengatakan, AFC sebenarnya mengetahui bahwa Ezra merupakan pemain naturalisasi. Namun mereka meminta PSSI untuk berkordinasi dengan FIFA dan Federasi Sepakbola Belanda (KNVB) terkait keabsahan statusnya. Setelah berkomunikasi dengan KNVB, FIFA mengirimi surat yang ditandatangani oleh Omar Ongaro (Football Regulatory Director FIFA) dan Erika Montemor Ferreira (Head of Players` Status) pada PSSI tentang larangan memainkan Ezra pada babak kualifikasi Piala Asia U-23 2020 ini. Mereka menyatakan status Ezra kembali ditinjau ulang berdasarkan surat dari KNVB pada 15 Maret 2019 lalu. Karena itu juga FIFA bahkan melarang Ezra bermain untuk timnas Indonesia lagi.

"Berdasarkan pernyataan yang dikeluarkan Federasi Sepak Bola Belanda (KNVB) tertanggal 15 Maret 2019, sang pemain dipermasalahkan karena telah bermain dua pertandingan untuk Timnas Belanda di level U-17 dalam turnamen resmi pada 19 Oktober 2013 dan 22 Oktober 2013," bunyi surat FIFA tersebut.

"Konsekuensinya, dan berdasarkan data dari dokumen yang dikirimkan, Ezra Walian tidak berhak untuk meminta berpindah Asosiasi merujuk kepada fakta bahwa dia pindah kewarganegaraan Indonesia setelah bermain dalam laga internasional di kompetisi resmi pertamanya sebagai salah satu perwakilan dari tim Belanda."

FIFA merujuk Pasal 8 dalam Statuta FIFA bagian Regulations Governing the Application of the Statutes. Pada ayat 1b memang disebutkan bahwa "pemain yang berpindah kewarganegaraan tidak diizinkan bermain untuk negara barunya di kompetisi apapun jika dia sudah bermain untuk negara sebelumnya."

Ezra belum pernah bermain pertandingan internasional level "A" bersama Belanda, yang artinya bermain untuk timnas senior. Tapi tampaknya FIFA mengacu pada bagian ayat 1a yang berbunyi "Sang pemain belum bermain .... pada pertandingan internasional baik bermain penuh atau sebagian dalam sebuah kompetisi resmi untuk negaranya saat ini....". FIFA menilai penampilan Ezra bersama Timnas Belanda U-17 pada babak kualifikasi Piala Eropa U-17 2014 silam adalah penampilan Ezra pada ajang kompetisi resmi bersama Belanda.

Tapi jika itu alasannya, tampaknya FIFA keliru karena dalam kasus lain FIFA memberikan lampu hijau. Sebagai contoh adalah Thiago Motta yang berpindah dari Brasil ke Italia. Sebelum mengajukan perpindahan kewarganegaraan ke Italia pada 2010, gelandang kelahiran Sao Bernardo (Brasil) ini pernah berlaga di Piala Amerika Selatan U-17 1998.

Emerson Palmieri yang kini sudah memiliki 2 caps timnas Italia pun tercatat pernah bermain di Piala Amerika Selatan U-17 2011 dan Piala Dunia U17 2011 bersama Brasil. Bahkan Emerson jadi pemain inti dan tak tergantikan di kedua kompetisi tersebut, di mana ia membawa Brasil juara Piala Dunia U-17 2011.

Selain itu, Ezra juga punya "darah" Indonesia karena ayahnya berasal dari Indonesia. Ini seharusnya cukup menjadi syarat Ezra berpindah kewarganegaraan sebagaimana yang tertulis dalam Statuta FIFA bagian Regulations Governing the Application of the Statutes Pasal 6 ayat 1b. Toh, Thiago Motta pun mendapatkan kewarganegaraan Italia karena memiliki `darah` Italia dari leluhurnya.

PSSI sendiri bersikap legawa dalam masalah ini. Mereka menghormati keputusan FIFA. Walau begitu mereka masih akan mengupayakan status Ezra agar bisa kembali membela Indonesia di masa yang akan datang. PSSI sendiri mengatakan bahwa Ezra sebelumnya bisa bermain di SEA Games 2017 sendiri karena SEA Games tidak berada di bawah yuridiksi FIFA dan AFC.

Mungkinkah FIFA Meralat Keputusan?

FIFA nyatanya pernah melakukan kesalahan administrasi serupa di masa lalu. Gelandang timnas Thailand, Charyl Chappuis, pernah dilarang tampil pada ajang Kualifikasi Piala Asia 2015 setelah statusnya ditangguhkan meski sudah berpaspor Thailand. Kala itu rekam jejaknya yang pernah berlaga di Piala Dunia U17 2009 bersama Swiss membuat status Chappuis dipertanyakan.

Walau begitu, setelah sempat jadi polemik selama hampir satu tahun, Chappuis akhirnya tetap dibawa timnas Thailand termasuk pada laga melawan Lebanon pada Kualifikasi Piala Asia 2015 pada Maret 2014 meski dia tidak dimainkan. Dia baru bermain untuk Thailand U23 beberapa bulan berikutnya. Hingga kini, Chappuis sudah memiliki 20 caps bersama timnas senior Thailand. Dia juga sudah berlaga pada ajang seperti SEA Games, Asian Games, dan Piala AFF.

Oleh karenanya, bisa saja FIFA meralat keputusan pelarangan Ezra Walian membela timnas Indonesia. Lagipula selain Motta, Emerson Palmieri, dan Chappuis, ada banyak lagi contoh pemain lain yang pernah bermain di "kompetisi resmi" usia muda tapi bisa berubah kewarganegaraan: Kalidou Koulibaly (pernah bermain di Piala Dunia U-20 bersama Perancis, sekarang Senegal), Andreas Pereira (pernah bermain di Piala Eropa U-17 bersama Belgia, sekarang Brasil), dan Moritz Bauer (pernah bermain di Piala Eropa U-21 bersama Swiss, sekarang Austria).

Meski FIFA telah menyatakan larangan untuk Ezra membela Indonesia lagi, FIFA pun sebenarnya memberikan kesempatan pada Indonesia untuk mengajukan banding, bahkan jika banding tidak disetujui Indonesia bisa membawa masalah ini ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS). PSSI, seperti yang dikatakan Sekretaris Jendral, Ratu Tisha, akan melakukan upaya tersebut.

Jika PSSI punya bukti otentik terkait semua keabsahan status Ezra, Ezra bisa kembali memperkuat timnas Indonesia di masa yang akan datang. Meskipun begitu, untuk ajang Kualifikasi Piala Asia U-23 2020 nanti, Ezra dipastikan absen karena untuk sementara statusnya ditangguhkan.


Simak opini, komentar, dan sketsa adegan Rochy Putiray bersama pemain naturalisasi gadungan dan agennya, terkait kebijakan naturalisasi yang hanya merupakan akal-akalan klub dalam menyikapi peraturan pemain asing serta merugikan Tim Nasional Indonesia untuk jangka panjang:



Komentar