Sandor Kocsis Tak Kalah Hebat dari Ferenc Puskas

Backpass

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Sandor Kocsis Tak Kalah Hebat dari Ferenc Puskas

Dalam skuat emas Tim Nasional Hungaria yang merajai panggung sepakbola internasional pada medio 1950-an, nama Sandor Kocsis barangkali tidak setenar Ferenc Puskas. Walau demikian, Kocsis tetap punya kontribusi besar di era kejayaan Hungaria kala itu.

Kocsis adalah tipikal penyerang yang berbeda dari Puskas, yang tak lain adalah tandemnya di lini depan Hungaria. Bila Puskas adalah tipikal penyerang yang sangat mengedepankan teknik untuk memesona penonton, maka Kocsis lebih mengandalkan postur tubuhnya yang tinggi besar untuk menaklukkan pertahanan lawan.

Keunggulan Kocsis terletak pada kemampuan duel udaranya. Dengan kemampuan tersebut Kocsis mendapat julukan: The Man with the Golden Head. Pengamat Sepakbola Hungaria, Gergely Marosi, menyebut bahwa Kocsis memiliki teknik sundulan terbaik dan tersempurna yang pernah dilihatnya di dunia sepakbola.

Marosi melanjutkan, dengan tubuhnya yang tinggi Kocsis bisa melakukan lompatan tinggi. Tapi yang paling mengagumkan adalah bagaimana sosok yang lahir pada 21 September 1929 itu mampu mengarahkan sundulannya dengan kecepatan bola yang tetap cepat dan kuat. Hal tersebut membuat kiper lawan akan kesulitan untuk mengantisipasi bola hasil sundulannya.

“Anda dapat melihat betapa kuatnya leher Kocsis. Dia menggunakan itu untuk efek yang bisa menghancurkan lawan. Dia mampu mengalahkan hampir semua orang dengan sundulannya. Saat menyongsong bola di udara dia akan berhenti sejenak di puncak lompatan dan kemudian mengirim sundulan kepalanya yang terkenal ke gawang lawan,” kata Marosi, dilansir dari These Football Times.

Sundulan emas Kocsis terekam jelas dalam penampilannya di semifinal Piala Dunia 1954 saat menghadapi Uruguay. Dalam pertandingan yang berlangsung di Stade Olympique de la Pontaise, Lausanne, Swiss itu Kocsis muncul sebagai pahlawan kemenangan Hungaria. Saat itu, hingga 90 menit laga berlangsung kedua tim bermain imbang 2-2. Pada menit ke-111 dan ke-116, Kocsis muncul sebagai pembeda melalui dua gol yang diciptakannya melalui sundulan kepala. Hungaria pun menang 4-2 dan melenggang ke babak final.

Tak hanya itu, Piala Dunia 1954 sejatinya adalah panggung pertunjukan Kocsis. Di laga perdana fase grup menghadapi Korea Selatan, Kocsis membukukan hat-trick dalam kemenangan 9-0 Hungaria atas Korea Selatan. Pada laga kedua menghadapi Jerman Barat, Kocsis kembali beraksi dengan menyarangkan empat gol untuk membawa Hungaria menang 8-3. Pencapaian hebat Kocsis dalam dua laga awal Hungaria di fase grup pun menjadikannya sebagai pesepakbola pertama yang mampu mencatatkan dua hat-trick secara beruntun dalam satu edisi Piala Dunia.

Baca Juga: Kisah The Magical Magyars, Versi Awal Total Football dan Taktik Sepakbola Modern

Di akhir turnamen, Koscic pun menjadi pencetak gol terbanyak dengan koleksi 11 gol. Meski begitu, ia gagal membawa Hungaria menjadi juara Piala Dunia setelah takluk 2-3 dari Jerman Barat di laga final.

Banyak pihak percaya bahwa kegagalan Hungaria merebut trofi Jules Rimet untuk kali pertama itu menjadi penyebab popularitas Kocsis tidak setenar Puskas, walau keduanya berada dalam satu tim yang sama. Jadi apa yang membedakan Puskas dan Kocsis, jawabannya adalah prestasi, terutama di level klub.

Di era 1950-an, indikator keberhasilan pesepakbola diukur dari reputasi dan prestasi yang diukirnya. Maka tak heran bila warisan Puskas jauh lebih dikenal ketimbang Kocsis. Di level klub Puskas begitu gemilang.

Banyak prestasi diraihnya terlebih saat dirinya membela Real Madrid. Total ada 10 gelar bergengsi yang berhasil disumbang Puskas untuk El Real (tambahan lima gelar juara saat ia masih membela Budapest Honved). Itu belum termasuk puluhan gelar individual yang tersimpan di lemari trofi miliknya. Sementara Kocsis, dari tiga kesebelasan yang dibelanya selama aktif bermain (Ferencvaros TC, Honeved FC, dan FC Barcelona) hanya sembilan trofi yang diraihnya.

Selain prestasi, ada beberapa aspek pendukung yang membuat popularitas Kocsis tak sementereng Puskas. Salah satunya Kocsis yang tak kembali ke Hungaris di akhir kariernya. Kocsis tidak pernah kembali lagi ke negara asalnya hingga kematiannya di tahun 1979. Jasadnya pun terkubur lama di Spanyol, hingga pada 2012 diterbangkan ke Hungaria. Selain itu, sikap rendah hati yang dimiliki Kocsis pun menjadi faktor lain yang membuat popularitasnya kalah dari Puskas.

“Itu mungkin ada hubungannya dengan fakta bahwa, tidak seperti Puskas, dia tidak pernah punya kesempatan untuk kembali ke rumah. Selain itu, kepribadiannya cukup pendiam dan tertutup. Dia tidak pernah menjadi orang yang mempromosikan diri - dan itu mungkin menjadi faktor ketika membangun sebuah warisan,” tegas Marosi.

Apapun itu, Kocsis tetaplah layak dipandang sebagai salah satu pemain besar dan paling berbakat yang pernah ada di dunia sepakbola. Statistik penampilannya bersama Hungaria pun terbilang lebih baik dari Puskas. Sejak 1948 membela timnas Hungaria, Kocsis mampu membukukan 75 gol dalam 68 pertandingan. Puskas mencetak 84 gol dari 85 laga. Secara numerik Puskas lebih unggul, tapi secara persentase mencetak gol, Kocsis tentu lebih baik.

Komentar